## Bahaya Vape: Antara Klaim Keamanan dan Ancaman Global
Rokok elektrik, atau vape, dengan kemasan warna-warni dan ribuan varian rasa, telah menjadi fenomena global. Namun, di balik pesona tersebut, tersimpan kekhawatiran serius tentang dampaknya terhadap kesehatan, khususnya pada anak muda. Sejumlah negara, termasuk Inggris Raya, telah mengambil langkah tegas dengan memberlakukan pembatasan bahkan pelarangan penjualan vape sekali pakai, mengancam pemilik toko nakal dengan denda tak terbatas dan hukuman penjara hingga dua tahun. Langkah ini bertujuan mengurangi dampak buruk lingkungan serta membatasi akses anak-anak terhadap produk ini.
Seberapa Berbahaya Vape?
Meskipun penelitian menunjukkan vaping jauh lebih aman daripada merokok tembakau, dampak jangka panjangnya terhadap paru-paru, jantung, dan otak masih menjadi perhatian. Banyak ahli medis merekomendasikannya hanya sebagai alat bantu berhenti merokok untuk orang dewasa, bukan sebagai alternatif merokok yang aman. Uap vape mengandung berbagai bahan kimia, termasuk nikotin yang adiktif. Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris Raya sendiri menekankan bahwa vaping hanya boleh digunakan oleh perokok dewasa yang ingin berhenti, dan tidak boleh digunakan oleh anak-anak atau orang dewasa non-perokok.
Meskipun terdapat klaim keamanan relatif, bukti yang mengkhawatirkan semakin banyak muncul. Sebuah studi pada 2020 di Manchester Metropolitan University menemukan vaping menimbulkan dampak serupa dengan rokok pada fungsi paru-paru dan kardiovaskular. Lebih mengkhawatirkan lagi, studi tersebut juga menunjukkan potensi vape untuk memicu kebiasaan merokok, terutama pada remaja – sebuah risiko yang juga disoroti oleh WHO. Pemerintah Inggris Raya bahkan telah menggelontorkan dana £62 juta untuk penelitian selama satu dekade yang akan melacak 100.000 anak berusia 8-18 tahun guna memahami risiko vaping secara lebih mendalam. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pun mendesak negara-negara untuk menerapkan langkah-langkah ketat untuk melindungi anak muda dari bahaya vaping.
Dampak Vape pada Kaum Muda: Sebuah Wabah yang Mengintai?
Dr. Ruediger Krech dari WHO mengklaim bahwa industri vape secara sengaja memasarkan produknya kepada anak-anak melalui media sosial dan influencer, menggunakan karakter kartun dan desain menarik. Peningkatan penggunaan vape di kalangan anak muda telah melampaui angka pengguna dewasa di banyak negara, sebuah tren yang mengkhawatirkan. Ahli jantung Brasil, Dr. Jaqueline Scholz, juga menyoroti peningkatan penggunaan vape di kalangan remaja di negaranya dan bahkan menyebutnya sebagai potensi “wabah.” Ia menyaksikan peningkatan jumlah anak muda dengan kadar nikotin dalam tubuh setara dengan merokok lebih dari 20 batang sehari. Ia menganjurkan pelarangan total terhadap rokok elektrik. WHO juga memperingatkan bahwa paparan singkat terhadap pemasaran vape di media sosial dapat meningkatkan kemungkinan vaping dan merokok di kemudian hari. Studi menunjukkan anak muda yang menggunakan vape hampir tiga kali lebih mungkin merokok di masa mendatang.
Pandangan Industri Vape dan Regulasi Global
John Dunne dari Asosiasi Industri Rokok Elektrik Kerajaan Bersatu (UKVIA) percaya regulasi yang efektif harus menemukan keseimbangan antara pencegahan akses anak muda dan mempertahankan aspek-aspek yang membuat vape menarik bagi perokok dewasa yang ingin berhenti. Ia menekankan bahwa vape jauh lebih aman daripada rokok konvensional dan telah berkontribusi pada penurunan angka perokok di Inggris.
Di tingkat global, regulasi vape bervariasi. Sebanyak 34 negara telah melarang penjualan rokok elektrik, sementara 88 negara tidak memiliki batasan usia minimum untuk membelinya. Uni Eropa telah menerapkan regulasi yang lebih ketat, tetapi aturan di masing-masing negara anggotanya berbeda-beda. Di Amerika Serikat, pembeli harus berusia minimal 21 tahun. Australia mewajibkan penjualan vape hanya di apotek.
Dampak Lingkungan Vape Sekali Pakai
Larangan vape sekali pakai di Inggris Raya juga didorong oleh keprihatinan lingkungan. Juga terdapat hampir lima juta vape sekali pakai dibuang setiap minggu di Inggris pada tahun 2023, mengakibatkan pencemaran lingkungan akibat baterai lithium-ion dan papan sirkuit yang mengandung senyawa beracun. Daur ulang vape sekali pakai juga menjadi tantangan karena desainnya yang rumit.
Statistik Penggunaan Vape:
Pada tahun 2021, diperkirakan 82 juta orang di seluruh dunia menggunakan vape atau produk tembakau yang dipanaskan tanpa dibakar. Di Amerika Serikat, 1,63 juta siswa sekolah menengah menggunakan vape pada tahun 2024. Di Inggris Raya, sekitar 18% anak-anak berusia 11-17 tahun menggunakan vape pada tahun 2024, dan 5,9% orang berusia 16 tahun ke atas menggunakannya setiap hari pada tahun 2023. WHO memperingatkan bahwa setidaknya 37 juta anak berusia 13-15 tahun menggunakan berbagai produk tembakau, termasuk vape.
Baca juga:
* Rokok elektrik bakal jadi ‘bom waktu kesehatan’ di Indonesia – Mengapa penggunanya semakin tinggi dan apa bahayanya?
* Jangan mengisap rokok elektrik, kata remaja yang paru-parunya rusak permanen
* Mengisap rokok elektrik alias vaping ‘lebih berbahaya dari yang kita pikirkan’
* Beralih dari rokok ke vaping ‘baik untuk jantung’
* Mengapa San Francisco melarang rokok elektrik?
* Mengisap rokok elektrik alias vaping ‘lebih berbahaya dari yang kita pikirkan’