Ballerina: Sebuah Spin-off John Wick yang Memunculkan Lebih Banyak Pertanyaan daripada Jawaban
Keberhasilan fenomenal franchise *John Wick* telah melahirkan banyak harapan, termasuk *Ballerina*, sebuah spin-off yang akhirnya rilis pada Juni 2025. Namun, perjalanan *Ballerina* di bioskop tampaknya kurang cemerlang dibandingkan pendahulunya. Penurunan jumlah layar tayang menimbulkan pertanyaan: Mampukah *Ballerina* menyamai kesuksesan *John Wick*?
Film ini berfokus pada Eve Macarro (Ana de Armas), seorang balerina muda yang sejak kecil terjebak dalam sindikat pembunuh bayaran, Ruska Roma. Penggemar *John Wick* mungkin mengingat organisasi ini dari adegan di mana John Wick mengunjungi gedung latihan balet yang menjadi kedok operasi sindikat tersebut. Eve, yang kehilangan ayahnya sejak kecil dan bergabung dengan Ruska Roma, mendambakan balas dendam kepada mereka yang bertanggung jawab atas kematian ayahnya. Konflik batinnya antara kehidupan sebagai balerina dan pembunuh profesional menjadi inti konflik dalam film. Bahkan, saat bertemu John Wick (Keanu Reeves), ia sempat mempertanyakan pilihan hidupnya, dan John Wick memberikan nasihat bijak tentang pilihan yang masih dimilikinya.
Namun, kisah balas dendam Eve, meski dibalut aksi-aksi brutal dan memukau, terasa kurang berkesan. Latar belakang Eve sendiri, meskipun tragis, terasa klise—mirip dengan karakter *femme fatale* di film-film lain seperti *Black Widow*, *Kate*, *Atomic Blonde*, *Thunderbolt*, dan *Red Sparrow*. Perjalanan pelatihannya yang berat dan dilema internal yang dialaminya pun terasa terlalu umum. Berbeda dengan motif John Wick yang jelas (mobil dicuri, anjing dibunuh), motivasi Eve terkesan dangkal dan kurang kuat. Keputusan untuk membalas dendam pun terasa egois, mengabaikan konsekuensi terhadap rekan-rekannya di Ruska Roma.
Selain itu, latar belakang organisasi yang membunuh ayah Eve dan motif di balik perekrutan anak-anak kurang terjelaskan secara detail. Penonton hanya disajikan gambaran umum tentang brutalitas Ruska Roma tanpa pemahaman mendalam tentang peran dan posisi mereka dalam semesta *John Wick*. Kemampuan tempur Eve yang luar biasa—hampir *overpowered*—juga mengurangi ketegangan dan kejutan dalam adegan pertarungan. Walaupun adegan aksinya sadis dan brutal, bahkan melampaui *John Wick*, kekuatan Eve yang berlebihan justru terasa kurang memuaskan. Penggunaan senjata baru, seperti *flamethrower*, menambah unsur ketegangan, tetapi tidak cukup untuk menyelamatkan plot yang terasa datar.
Meskipun demikian, *Ballerina* masih memiliki beberapa poin plus. Kemunculan karakter ikonik dari semesta *John Wick*, seperti Winston (Ian McShane) dan Charon (Lance Reddick) – penampilan terakhir Lance Reddick sebelum kematiannya pada 17 Maret 2023 – memberikan sentuhan nostalgia bagi penggemar. Para perempuan eksentrik yang mencatat target buruan juga menambah warna dalam film ini. Kehadiran John Wick sendiri berhasil membangkitkan semangat penonton.
Namun, integrasi John Wick dalam *Ballerina* menimbulkan inkonsistensi. Timeline yang disebutkan (setelah *John Wick 3*) terasa janggal mengingat situasi John Wick pada saat itu. Perannya yang lebih pasif dan seolah-olah “menerima tugas” juga terasa bertolak belakang dengan karakternya yang independen.
Secara keseluruhan, *Ballerina* merupakan film yang cukup menghibur berkat aksi-aksinya yang memukau. Namun, ceritanya yang kurang kuat dan karakter yang kurang mendalam membuatnya sulit untuk bersaing dengan pendahulunya. Pergantian sutradara dari Chad Stahelski (*John Wick*) ke Len Wiseman mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan kualitas cerita, meskipun penulis naskah, Shay Hatten, tetap sama. Musik karya Tyler Bates dan Joel J. Richard, walaupun tetap berkualitas, terasa kurang berkesan dibandingkan dengan musik tema *John Wick*. Potensi sekuel *Ballerina* tampaknya kurang menjanjikan kecuali jika diintegrasikan dengan karakter-karakter lain di semesta *John Wick*, atau bahkan sebuah *crossover* dengan karakter Hutch Mansell dari film *Nobody*, sebuah ide yang sebenarnya cukup menarik.