Belajar Bareng Papa: Tips Asyik & Seru untuk Anak!

Avatar photo

- Penulis Berita

Senin, 2 Juni 2025 - 01:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berikut adalah artikel yang sudah ditingkatkan:

Mengasuh Rasa Ingin Tahu Anak: Mengapa Rumah Adalah Sekolah Pertama dan Terbaik

“Papa, aku juga mau ikut les!” atau “Papa, aku mau belajar… yang hewan-hewan itu, lho!” Suara-suara ini bukan sekadar celotehan biasa, melainkan refleksi dari semangat belajar yang luar biasa pada anak kami, yang baru berusia 3,5 tahun. Keingintahuannya tak terbatas; dari sekadar menggambar dan mewarnai, ia juga ingin mencoba memaku, mencampur adonan kue, memasak sayur, bahkan mengunci pintu – yang pernah membuat Mamanya terkunci di dalam rumah!

Reaksi kami sebagai orang tua? Campur aduk. Ada kebahagiaan dan kebanggaan melihat antusiasmenya yang tinggi, namun tak jarang juga muncul kerepotan. Pekerjaan rumah bisa terhambat, dapur berantakan, atau bahkan perkakas pecah. Meskipun demikian, kami memilih untuk melihat setiap momen ini sebagai kesempatan emas dalam pendidikan anak usia dini.

Bagi kami, melibatkan anak dalam aktivitas orang dewasa adalah cara krusial untuk membangun ikatan yang kuat sekaligus menanamkan berbagai pelajaran berharga. Keingintahuan anak terhadap dunia orang dewasa, sebagaimana literatur ilmiah menyebutkan, adalah naluriah. Mereka terdorong untuk melihat, menyentuh, dan mengalami langsung lingkungan sekitar mereka. Di sinilah benih imajinasi dan kreativitas anak mulai bersemi dan berkembang. Tentu, semua eksplorasi ini tetap di bawah pengawasan ketat, memastikan anak tidak terpapar benda tajam, panas, listrik, atau hal berbahaya lainnya.

Konsep “guru pertama” ini begitu nyata dalam keluarga kami. Istriku, seorang ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan yang kuat, kini sepenuhnya fokus pada rumah tangga. Namun, ilmu yang dimilikinya tak sia-sia; ia menjelma menjadi pribadi yang adaptif dan berpikiran terbuka, khususnya dalam pendekatan pendidikan dan stimulasi anak. Ia rajin mencari inspirasi media belajar dari Instagram, dan tak jarang teman-teman merekomendasikan *worksheet* menarik, mulai dari aktivitas mewarnai dinosaurus favorit anak kami, hingga berhitung dengan gambar hewan. Kami berbagi tugas: istri membeli *soft file*-nya, aku mencetaknya. Saat aku bekerja, anak belajar bersama ibunya. Ketika aku pulang, setelah rehat sejenak, aku gantian menemaninya belajar. Tak jarang, ia langsung menyambut, “Papa, aku mau belajar!”—sebuah ajakan yang tak bisa ditolak.

Komitmen kami terhadap perkembangan anak sudah dimulai bahkan sejak ia dalam kandungan. Kami memutarkan musik klasik sesuai anjuran para ahli, aku membacakan cerita dari komik Alkitab, dan mengajaknya berbincang, meskipun respons yang kudapat hanyalah tendangan kecil dari perut ibunya. Saat anak kami mulai bisa duduk di boncengan motor, kami ajak ia berkeliling kota. Dalam perjalanan, kami mengenalkan berbagai jenis kendaraan, warna, hewan, hingga huruf dan angka secara langsung. Kini, ia sudah lancar menghitung 1 sampai 10 dan mengeja beberapa kata seperti “ALKITAB”. Tak hanya itu, kami juga rutin mengajaknya menyatu dengan alam—ke sawah, gunung, air terjun, bahkan berkemah. Kami bahkan membeli tenda yang kini menjadi tempat tidur favoritnya di kamar, menciptakan pengalaman *camping* ala-ala di rumah.

Kembali ke aktivitas *worksheet* yang sederhana namun seru. Anak kami selalu antusias mengerjakannya. Misalnya, saat melihat gambar hewan, ia dengan bangga menyebutkan nama-namanya. Kemudian, aku membantunya menghitung jumlah hewan tersebut dan menuliskan angka bersama-sama. Ada pula *worksheet* lain yang menyajikan tiga pilihan angka. Setelah ia menghitung jumlah hewan, aku membacakan pilihan angkanya satu per satu, dan anakku akan menunjuk angka yang benar. Aku kemudian membantunya melingkari pilihan tersebut. Aktivitas yang terlihat sederhana ini sesungguhnya adalah waktu berkualitas keluarga yang tak ternilai harganya, di mana kami bisa berinteraksi, mengajar, dan belajar di rumah bersama.

Dari setiap momen kebersamaan dan pembelajaran interaktif ini, aku menyerap tiga pelajaran penting yang sangat berharga dalam konteks parenting:

1. Belajar Bisa di Mana Saja, Kapan Saja: Banyak orang beranggapan bahwa belajar baru dimulai saat anak masuk sekolah. Padahal, rasa ingin tahu anak sudah tumbuh pesat jauh sebelum itu. Menundanya justru berisiko memadamkan semangat belajar alami mereka. Seperti yang diungkapkan Ki Hadjar Dewantara, belajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Dalam konteks ini, rumah kami adalah sekolah pertama dan paling esensial bagi anak.
2. Media Belajar Melimpah, Banyak yang Gratis: Di era digital yang serbacanggih ini, ide dan bahan belajar sangat mudah ditemukan. Platform seperti Instagram, Pinterest, hingga aplikasi desain seperti Canva, semuanya dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan, barang bekas seperti kardus dan botol pun bisa disulap menjadi alat stimulasi anak yang menyenangkan. Yang terpenting bukanlah mahalnya media, melainkan waktu dan perhatian tulus peran orang tua untuk mendampingi proses belajar mereka.
3. Anak Tidak Butuh Mainan Mahal, Tapi Waktu Bersama: Aku teringat unggahan seorang teman: ada seorang ayah dan anaknya duduk berdampingan. Dalam benak sang ayah, terbayang kemewahan uang, mobil mewah, dan liburan mahal. Namun, isi pikiran anaknya sederhana: sekadar duduk bersama ayahnya. Sesederhana itu. Dan bisa jadi, inilah yang sesungguhnya diinginkan anak kita: bukan mainan terbaru, bukan gawai mahal, melainkan waktu, kebersamaan, tatapan mata yang hangat, sapaan penuh kasih, dan pelukan saat ia berusaha belajar menulis angka.

Bagaimana dengan Ayah-Bunda sekalian? Pernahkah anak Anda datang dan berkata, “Aku mau belajar sama Papa… sama Mama…”? Ketahuilah, itu adalah ajakan paling tulus yang keluar dari hati mereka, sebuah panggilan untuk waktu berkualitas yang tak boleh kita abaikan. Momen-momen ini adalah fondasi tak ternilai untuk membentuk karakter, kreativitas anak, dan kecerdasan mereka di masa depan.

Berita Terkait

Jam Malam Pelajar: Respon Mengejutkan Setelah 3 Hari Berlaku
Masuk Sekolah Jam 6.30 Pagi di Jabar? Ini Aturan Barunya!
Jam 6 Pagi Sekolah? Ini Alasan Menteri Pendidikan!
P2G: Jam Malam Siswa Oke, Tapi Sekolah Jam 6 Pagi? Tolak!
Sekolah Jam 6 Pagi? Mendikbudristek Akhirnya Bereaksi!
Wamendikbud: Jam Sekolah Jam 6 Pagi? Istikharah Dulu!
Sekolah Jam 6 Pagi? KPAI Dukung Dedi Mulyadi, Asalkan…
7 Wisata Edukasi Anak Terbaik di Bandung: Seru & Bermanfaat!

Berita Terkait

Rabu, 4 Juni 2025 - 19:08 WIB

Jam Malam Pelajar: Respon Mengejutkan Setelah 3 Hari Berlaku

Rabu, 4 Juni 2025 - 09:49 WIB

Masuk Sekolah Jam 6.30 Pagi di Jabar? Ini Aturan Barunya!

Rabu, 4 Juni 2025 - 08:05 WIB

Jam 6 Pagi Sekolah? Ini Alasan Menteri Pendidikan!

Selasa, 3 Juni 2025 - 21:25 WIB

P2G: Jam Malam Siswa Oke, Tapi Sekolah Jam 6 Pagi? Tolak!

Selasa, 3 Juni 2025 - 20:03 WIB

Sekolah Jam 6 Pagi? Mendikbudristek Akhirnya Bereaksi!

Berita Terbaru

Travel

Waktu Terbaik Penggemar K-Pop ke Korea Selatan

Jumat, 6 Jun 2025 - 02:14 WIB

Finance

YLKI Desak OJK: Kaji Ulang Co-Payment Asuransi Kesehatan!

Jumat, 6 Jun 2025 - 02:03 WIB

Uncategorized

Pajak Barang Bawaan Luar Negeri: Aturan Baru yang Wajib Diketahui!

Jumat, 6 Jun 2025 - 01:44 WIB