Bermain Ombak di Pantai Cacalan dan Bersafari di Savana Baluran

Avatar photo

- Penulis Berita

Sabtu, 19 Juli 2025 - 11:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada artikel sebelumnya, saya menulis tentang roadtrip saya dan keluarga dari Bandung ke Banyuwangi. Jika ingin membaca artikel tersebut, silakan klik Roadtrip ke Kota Paling Timur Pulau Jawa

Setelah sampai di Banyuwangi, kami tidak bisa berlama-lama di sana karena dua hari lagi anak sulung sudah harus masuk sekolah. Padahal Banyuwangi mempunyai banyak tempat wisata yang menarik.

Seandainya punya waktu yang cukup, saya ingin mengunjungi Hutan Trambesi, Pantai Pulau Merah, dan Kawah Ijen. Semoga kami bisa berkunjung di lain waktu jika kami ke Banyuwangi lagi.

Pada Sabtu pagi setelah sarapan, kami bersiap untuk check-out dari hotel tempat kami menginap. Kami mau pergi ke pantai yang dekat dengan hotel, setelah itu langsung jalan pulang.

Hotel yang kami tempati merupakan resort dengan gaya tradisional Bali. Walaupun kami tidak nyebrang ke Bali, lumayan lah sedikit merasakan vibes Bali di sana.

Setelah check out, kami menuju ke Pantai Cacalan. Kami memilih Pantai Cacalan karena di internet melihat jika pantai ini memiliki kolam untuk bermain kano.Pada saat masuk dan membayar tiket, kami melihat di sebelah kanan banyak warung yang berjejer, sedangkan di sebelah kiri adalah gazebo dengan pemandangan laut. Kami pun belok kiri untuk parkir.Kami semua antusias untuk bermain-main air di pantai dan setelah melihat pantainya, ternyata pinggir pantainya penuh dengan batu kerikil. Anak bungsu yang memang suka air langsung menuju pantai ditemani ayahnya. Sedangkan saya dan anak sulung duduk-duduk di gazebo beberapa waktu sampai akhirnya kami ikut bergabung.Karakteristik pantai berbeda-beda, tetapi kaki jadi agak sakit juga kalau yang kami injak adalah batu-batu kecil. Jadinya kami harus memakai sandal dan hanya bermain air dengan ringan saja. Merasakan hempasan ombak di kaki sambil melihat pemandangan lautan selat Bali dan Pulau Bali di seberang sana.

Anak sulung kemudian pergi ke bagian pantai sebelah kanan untuk mengecek keberadaan kolam kano. Tidak lama kemudian dia kembali dan bilang jika di sana keadaannya lebih bersih dan pantainya pun pantai pasir.Kami pun pergi ke bagian pantai sebelah kanan yang tidak terlihat saat kami masuk tadi karena tertutupi oleh warung-warung. Dan ternyata benar, keadaannya lebih bagus.Di sana ada kolam payau bernama “Rowo Kano.” Kolam yang ditumbuhi pohon bakau dan ada kano yang bisa disewa dan dinaiki pengunjung. Saya menawari anak sulung dan anak bungsu untuk naik kano, tapi mereka tidak tertarik. Akhirnya kami jalan-jalan pada jembatan kayu yang melintas di atas kolam.

Di seberang kolam tersebut ada beberapa gazebo yang keadaannya lebih bersih dari yang kami tempati sebelumnya. Kami lalu berjalan mengitari kolam dan kembali lagi ke pantai.

Di sana banyak burung merpati yang berjalan-jalan di pasir maupun yang terbang. Anak bungsu senang melihatnya dan berusaha untuk menangkapnya. Tapi tentu saja burung-burung itu lebih lincah untuk menghindar. Di Pantai Cacalan memang sengaja disimpan beberapa kandang burung merpati dan menjadi daya tarik wisata.

Kami lalu berjalan mendekati laut. Di pinggirnya berjejer kursi santai. Pasir yang ada di Pantai Cacalan adalah pasir hitam. Di bagian pantai yang sebelah kanan ini masih ada batu, tetapi hanya sedikit sehingga kami bisa bermain air dengan nyaman.

Anak bungsu sangat senang sekali bermain ombak dan berguling-guling di pasir. Berlari mengejar dan dikejar ombak. Mijah banget pokoknya. (Mijah: banyak aksi, sangat aktif – b. sunda).

Saya harus menjaganya dengan baik karena takut dia berlari terlalu jauh ke arah laut. Setelah beberapa lama menikmati pantai dan bermain ombak, suami mengingatkan kalau kami tidak bisa terlalu lama di sana jika kami ingin ke destinasi wisata selanjutnya. Akhirnya kami sudahi bermain di Pantai Cacalan dan berkendara lagi.Sebelum keluar dari Banyuwangi, kami berkeliling kota dulu sebentar untuk melihat suasana kota di sana. Kemudian, kami membeli tape Bondowoso yang banyak dijual di pinggir jalan. Di Bandung juga banyak tape, tapi kami mau juga merasakan tape dari daerah lain.Setelah mencicipinya, rasa tapenya enak dan manis. Tape Bondowoso lebih lembek daripada tape Bandung, tapi teksturnya tidak berserat sehingga lebih mudah saat dimakan. Kami membeli 2 besek dan habis sebelum kami sampai di tujuan kami selanjutnya.

Tujuan kami selanjutnya adalah Taman Nasional Baluran yang kami lewati sekalian jalan pulang dan letaknya tidak terlalu jauh dari Banyuwangi. Taman Nasional Baluran termasuk ke dalam Kabupaten Situbondo dan sering disebut sebagai “Africa van Java” atau “Little Africa in Java”.

Julukan ini diberikan karena bentang alamnya yang menyerupai savana di Afrika dengan hamparan padang rumput yang luas dan satwa liar yang hidup bebas.

Pada saat masuk, di parkiran sudah banyak monyet yang menyambut. Kami antusias sekali dan membayangkan jika di dalam nanti lebih banyak lagi hewan yang akan kami temui.

Kami lalu berhenti untuk membeli tiket di visitor center. Di sana ada juga penyewaan mobil Jeep supaya kesan safarinya lebih terasa. Tapi kami memutuskan untuk memakai mobil kami sendiri saja. Setelah membeli tiket, kami pun mulai masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Baluran. Kami melalui jalan yang di sisi kanan dan kirinya dipenuhi berbagai macam pohon.

Kami pikir kami bisa menemukan lebih banyak monyet di sepanjang jalan itu, tapi ternyata tidak. Kami lalu berkelakar mungkin monyetnya lebih suka di tempat parkir karena di sana banyak orang yang memberi makan.Setelah beberapa kilometer berkendara, kami memasuki Savana Bekol. Barulah di sana banyak monyet. Mereka mendekati mobil kami dengan posisi berdiri.Mungkin mereka berharap kami memberinya makanan. Tetapi, ada papan yang memperingatkan agar kami tidak memberi makan satwa di sana. Bagaimanapun mereka memang satwa liar dan seharusnya mencari makanan alami yang bisa mereka dapatkan di sana.Kami lalu berkendara dan berhenti di savana yang terdapat pohon akasia nya. Pohon ini menjadi ciri khas savana yang luas dan sering menjadi latar belakang foto yang populer.

Katanya sih savana di Baluran ini memiliki pemandangan terbaiknya jika musim kemarau supaya vibes Afrika-nya dapet. Tapi karena musim kemarau saat ini masih hujan, jadi suasana masih cukup hijau.Beberapa orang berfoto di sana dan kami pun tidak ketinggalan untuk berfoto juga. Kami juga melihat sekeliling siapa tahu menemukan rusa atau kerbau liar. Tapi tidak menemukannya. Mungkin hewan-hewan itu sedang berkumpul di lokasi yang lain.Kami kemudian naik mobil lagi dan berhenti lagi di spot foto dengan pemandangan Savana dan latar belakang Gunung Baluran.  Kata anak sulung, bentuk Gunung Baluran seperti gunung di film Jurassic Park. Setelah dilihat-lihat, iya juga sih.

Tidak lupa kami mengamati keadaan sekitar siapa tahu ada hewan yang bisa kami temui selain monyet. Tetapi tidak ada. Malah kami hanya menemukan kotoran kerbau yang ada di tengah jalan.

Setelah puas berfoto, kami berkendara lagi menuju pantai Bama. Dalam perjalanan, kami melihat sekelompok burung terbang di antara pohon palem yang tinggi. Dari bentuknya, kami tebak itu adalah burung enggang. Akhirnya ada juga hewan selain monyet yang kami temui di sana.

Pada saat sudah sampai di tempat parkir Pantai Bama, kami mendapati banyak monyet di sana. Petugas parkir memperingatkan agar kami tidak membawa makanan ke sana.

Benar saja. Monyet-monyet itu memang sangat nakal. Mereka merebut makanan yang dipegang oleh beberapa pengunjung walaupun makanannya terbungkus. Mereka saling menjerit satu sama lain dan bertengkar setiap waktu.

Kami jadi jaga jarak dengan mereka. Kemudian, kami berjalan menuju pantai. Pantai Bama adalah pantai pasir putih yang indah. Tetapi di sana ada papan larangan untuk berenang. Sepertinya tidak jauh dari garis pantai ada dasar laut yang curam karena ada tali pembatas di sana.Setelah dicek di Google, di dekat Pantai Bama memang ada palung sehingga tidak aman jika pengunjung berenang di sana. Oleh karena itu pengunjung hanya bermain dan berjalan-jalan saja di tepi pantainya. Di sana ada penyewaan kapal bagi pengunjung yang ingin berkeliling.

Pohon yang tumbuh di pinggir Pantai Bama bulan pohon kelapa seperti pantai pada umumnya, tetapi pohon yang seperti ada pada foto di bawah ini.

Setelah beberapa waktu menikmati suasana Pantai Bama, kami pun kembali lagi ke mobil untuk kembali lagi ke visitor center.

Sebenarnya, banyak spot lain yang bisa dilihat di Baluran ini, hanya saja kami tidak bisa berlama-lama untuk mengeksplor lebih jauh.

Kami pun berkendara kembali menuju visitor center dan di sepanjang perjalanan kami bisa melihat turis semakin banyak yang datang. Syukurlah kami datang saat keadaan masih belum terlalu ramai.

Setelah keluar dari Taman Nasional Baluran, kami berkendara lagi di jalan yang membelah hutan Baluran. Di sisi kanan kiri jalan banyak sekali monyet yang berjalan-jalan. Malah, lebih banyak monyet di pinggir jalan raya ini daripada di dalam taman nasional.

Kami jadi berspekulasi kalau monyet-monyet ini sering mendapatkan makanan dari mobil-mobil yang melintas di sana sehingga mereka lebih senang berada di pinggir jalan raya.

Keberadaan mereka juga jadi bikin kagok pengendara. Beberapa kali suami saya mau nyalip truk-truk besar, tapi tidak jadi karena takut menabrak monyet-monyet itu.

Itulah cerita perjalanan kami ke destinasi wisata di Pantai Cacalan Banyuwangi dan Taman Nasional Baluran Situbondo.

Apa lagi tempat yang bisa kami temui saat kami berkendara lagi menuju Bandung? Saya akan menuliskannya di artikel yang selanjutnya.

Berita Terkait

Solo Traveling Wanita: 8 Tips Aman & Seru dari Ahli!
Pangalengan: 7 Wisata Hits yang Wajib Kamu Jelajahi!
5 Aplikasi Saat Traveling ke Malaysia, Berguna dan Wajib Kamu Punya!
10 Wisata Alam di Kota Batu, Banyak Air Terjun dan Rafting
5 Jenis Penipuan yang Sering Dialami Turis di Taj Mahal
Resor Pantai Baru Korea Utara, Tidak Terbuka untuk Turis Asing
Sudah Berlaku, Ini Aturan Bagasi Lion Air Terbaru yang Perlu Diketahui
10 Potret Keluarga Citra Kirana Keliling New Zealand dengan Campervan

Berita Terkait

Sabtu, 19 Juli 2025 - 18:23 WIB

Solo Traveling Wanita: 8 Tips Aman & Seru dari Ahli!

Sabtu, 19 Juli 2025 - 16:24 WIB

Pangalengan: 7 Wisata Hits yang Wajib Kamu Jelajahi!

Sabtu, 19 Juli 2025 - 12:26 WIB

5 Aplikasi Saat Traveling ke Malaysia, Berguna dan Wajib Kamu Punya!

Sabtu, 19 Juli 2025 - 11:23 WIB

10 Wisata Alam di Kota Batu, Banyak Air Terjun dan Rafting

Sabtu, 19 Juli 2025 - 11:16 WIB

5 Jenis Penipuan yang Sering Dialami Turis di Taj Mahal

Berita Terbaru

Uncategorized

Psikologi Warna Hitam: 10 Sifat Unik Orang yang Suka Berpakaian Hitam

Sabtu, 19 Jul 2025 - 19:34 WIB

Uncategorized

Erika, Fuji, Rachel Vennya: Intip 7 Potret Persahabatan Mereka!

Sabtu, 19 Jul 2025 - 19:27 WIB

Home And Garden

Rahasia Kamar Mandi Minimalis Kecil: 5 Tips Cantik & Lega!

Sabtu, 19 Jul 2025 - 19:05 WIB

Technology

Grand Filano vs Stylo 160: Mana Skutik Retro Terbaik untukmu?

Sabtu, 19 Jul 2025 - 18:51 WIB