Ketangguhan Bitcoin Tak Tergoyahkan: Mengungkap Rahasia Kebangkitan di Tengah Gejolak Global
Di tengah riuhnya ketidakpastian geopolitik global, Bitcoin (BTC), sang koin utama di pasar kripto, kembali menunjukkan jati dirinya sebagai aset yang tangguh dan resilien. Bukan sekadar bertahan, aset digital ini bahkan berhasil pulih dengan cepat, didorong oleh fundamental yang kian kokoh dan perubahan sikap signifikan dari para investornya.
Pasca serangan pertama Israel ke Iran pada 13 Juni, harga Bitcoin sempat terperosok tajam dari level US$ 108.000, bahkan terus merosot hingga menyentuh kisaran US$ 97.000 menyusul keterlibatan Amerika Serikat dalam ketegangan Timur Tengah pada 22 Juni. Namun, yang mengejutkan, hanya berselang sehari setelahnya, harga Bitcoin sukses melesat kembali ke atas US$ 100.000. Data Coinmarketcap pada Minggu (29/6) pukul 14.45 WIB menunjukkan Bitcoin sudah bertengger kembali di harga US$ 107.372,16, menandai penguatan impresif sebesar 4,88% dalam sepekan terakhir.
Fenomena ketahanan harga Bitcoin ini, menurut analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, adalah cerminan dari evolusi perilaku investor. “Perilaku investor telah banyak berubah. Mereka kini lebih tenang dan tidak mudah panik saat menghadapi ketidakpastian,” jelas Fyqieh kepada Kontan, Kamis (26/6). Ini mengindikasikan pergeseran mentalitas dari reaktif menjadi strategis di kalangan investor kripto.
Lebih jauh, Fyqieh mengungkapkan bahwa ketika AS melancarkan serangan ke area rudal Iran pada 22 Juni, yang biasanya akan menjatuhkan nilai aset berisiko seperti kripto, para investor justru melihat momen koreksi tersebut sebagai peluang emas untuk akumulasi, bukan aksi jual panik. Bukti nyata dari strategi ini terlihat dari pergerakan institusi besar seperti BlackRock yang memindahkan 9.928 aset Ethereum (ETH) senilai US$ 24,15 juta ke Coinbase Prime pada 23 Juni, kemudian menarik lebih dari 11.000 ETH senilai US$ 27,2 juta dari Coinbase Prime sehari setelahnya, seperti diulas Cointelegraph pada Rabu (25/6). Langkah ini mengisyaratkan bahwa institusi pun turut memanfaatkan volatilitas pasar untuk mencari keuntungan.
Pada intinya, Fyqieh meyakini bahwa kepercayaan investor terhadap aset kripto kian menguat seiring dengan kokohnya fundamentalnya. “Aset kripto kini lebih menjanjikan. Terbentuk narasi kuat bahwa kripto adalah aset jangka panjang yang sah dan berpotensi tinggi,” ujarnya. Penguatan fundamental ini tak lepas dari peningkatan adopsi institusi, yang tercermin dari masifnya pengajuan ETF kripto baru di AS, serta kolaborasi intensif antara proyek-proyek kripto dan perusahaan-perusahaan raksasa. Salah satu kolaborasi terbaru yang patut dicatat adalah langkah Mastercard yang menggandeng Chainlink, sebuah jaringan oracle terdesentralisasi yang krusial dalam menghubungkan data off-chain ke dalam smart contract di blockchain. Kemitraan ini bertujuan untuk mendukung pembayaran kripto on-chain, membuka jalan bagi integrasi yang lebih luas.
Outlook Pasar Kripto
Beralih ke prospek pasar kripto secara keseluruhan, Fyqieh mengamati lanskap global yang kompleks: suku bunga yang tinggi namun stabil, inflasi yang belum sepenuhnya terkendali, dan pelemahan nilai dolar AS. Namun, di tengah kondisi makroekonomi yang penuh tantangan ini, harga Bitcoin berhasil bertahan tegak di atas level psikologis US$ 100.000. Secara teknikal, kondisi pasar menunjukkan kecenderungan konsolidasi yang sehat, ditandai dengan volume perdagangan yang relatif rendah namun selektif. Fyqieh bahkan membandingkan situasi ini dengan awal tahun 2000-an, ketika dolar AS melemah dan aliran modal beralih ke *emerging market*. “Saat ini kripto memainkan peran serupa sebagai ‘*emerging market*’ baru yang menyerap aliran modal global,” terangnya.
Untuk jangka pendek, Fyqieh memprediksi pergerakan harga Bitcoin dapat berada dalam rentang US$ 100.000–US$ 115.000. Prediksi ini cenderung positif, asalkan dukungan makroekonomi dan sentimen pasar tetap kondusif, menegaskan posisi Bitcoin sebagai aset digital yang semakin matang dan menjanjikan.