Booking Hotel Bali Makin Pendek: Ancaman atau Peluang Bisnis?

Avatar photo

- Penulis Berita

Minggu, 13 Juli 2025 - 02:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Paradoks Industri Hotel Bali: Wisatawan Melonjak, Tapi TPK Anjlok Akibat Fenomena Booking Mendadak

Industri perhotelan di Bali tengah menghadapi era adaptasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di tengah dinamika global dan pergeseran pola kunjungan wisatawan, sebuah fenomena mencolok mulai mendominasi: periode pemesanan (booking period) hotel yang kian menyempit. Jika dahulu perencanaan perjalanan bisa dilakukan enam bulan sebelumnya, kini durasi tersebut terpangkas drastis, rata-rata hanya menjadi tiga bulan.

Pergeseran pola pemesanan ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan cerminan nyata dari ketidakpastian global yang memaksa wisatawan untuk membuat keputusan perjalanan secara lebih spontan. Fenomena ini, ditambah dengan tingginya harga tiket domestik dan ancaman geopolitik, menuntut para pelaku bisnis hotel di Bali untuk menjadi lebih gesit dan inovatif. Menurut Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia, pergeseran ini adalah indikasi kuat adanya dinamika baru yang secara fundamental memengaruhi pengambilan keputusan perjalanan.

Ironisnya, di balik angka kunjungan wisatawan yang menggembirakan, tersimpan tantangan serius bagi tingkat okupansi hotel. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menunjukkan bahwa pada April 2025, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 591.221 orang, melonjak 25,56 persen dari bulan sebelumnya. Australia tetap menjadi pasar dominan dengan kontribusi 23,59 persen, diikuti India (8,9 persen), China (8,3 persen), Korea Selatan (5 persen), dan Malaysia (3,8 persen).

Namun, kontras dengan optimisme tersebut, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pada Mei 2025 hanya mencapai 58,10 persen. Angka ini memang sedikit naik dari April, tetapi merosot signifikan 8 poin dibandingkan Mei 2024 yang mencapai 66,10 persen. TPK hotel non-bintang juga hanya mengalami kenaikan tipis menjadi 42,97 persen. Ferry Salanto menyoroti beberapa faktor kunci di balik fenomena ini, termasuk ketidakpastian ekonomi global, harga tiket pesawat domestik yang masih relatif tinggi, serta kebijakan efisiensi pemerintah yang membatasi perjalanan dinas. Kondisi ini, jelas Ferry, mempersulit para hotelier Bali dalam menentukan harga yang kompetitif karena ketidakpastian yang tinggi.

Meski demikian, ada secercah harapan jangka pendek. Kinerja hotel di Bali diproyeksikan akan meningkat tajam pada Juni 2025, didorong oleh libur sekolah di Indonesia dan libur musim panas di Australia, pasar utama yang menyumbang 1,54 juta kunjungan wisman sepanjang 2024. Libur panjang Hari Lahir Pancasila dan Idul Adha juga diharapkan mendongkrak kunjungan domestik secara signifikan. Penerbangan domestik di Bandara I Gusti Ngurah Rai juga menunjukkan tren positif, dengan kenaikan 36,41 persen pada April 2025 dan jumlah penumpang domestik melonjak 54,66 persen. Sayangnya, harga tiket pesawat domestik yang seringkali lebih mahal dari tiket internasional tetap menjadi ganjalan utama bagi wisatawan lokal.

Namun, di balik optimisme sesaat ini, ancaman jangka panjang membayangi. Perang di Timur Tengah, misalnya, menjadi risiko serius bagi pasar Eropa, salah satu sumber wisman penting bagi Bali. Konflik ini menciptakan ketidakpastian global yang mendalam, secara langsung memengaruhi keputusan perjalanan wisatawan Eropa, dan berpotensi memangkas kunjungan dari kawasan tersebut. Inilah, imbuh Ferry, salah satu pemicu utama mengapa wisatawan kini cenderung melakukan pemesanan di menit-menit terakhir.

Berita Terkait

Sri Mulyani: Pajak Optimal dengan Sistem Data Otomatis!
Pelumas Kawasaki: Performa Maksimal, Mesin Lebih Awet!
Bos Freeport Update Kondisi Smelter di Gresik
Stock Split 15 Juli 2025, Harga Saham Orang Terkaya Indonesia Ini Akan Dipecah 1:10
Harga Honda Jazz 2013 Bekas, Tipe RS Matik Makin Terjangkau Loh
Bara Makmur Lepas Saham TOBA: TBS Energi Utama Terdampak?
Kementerian dan Lembaga Semangat Minta Tambah Anggaran dalam RAPBN 2026
Manulife Prediksi Minat Investor Terhadap Pasar Pendapatan Tetap Asia Meningkat

Berita Terkait

Minggu, 13 Juli 2025 - 02:19 WIB

Booking Hotel Bali Makin Pendek: Ancaman atau Peluang Bisnis?

Sabtu, 12 Juli 2025 - 20:22 WIB

Sri Mulyani: Pajak Optimal dengan Sistem Data Otomatis!

Sabtu, 12 Juli 2025 - 17:48 WIB

Pelumas Kawasaki: Performa Maksimal, Mesin Lebih Awet!

Sabtu, 12 Juli 2025 - 13:15 WIB

Bos Freeport Update Kondisi Smelter di Gresik

Sabtu, 12 Juli 2025 - 12:05 WIB

Stock Split 15 Juli 2025, Harga Saham Orang Terkaya Indonesia Ini Akan Dipecah 1:10

Berita Terbaru

Entertainment

Tracklist Album BIG BANDS dari WayV, Rilis 18 Juli 2025

Minggu, 13 Jul 2025 - 08:43 WIB