Ragamharian.com – Jakarta – Indonesia tengah menghadapi fenomena kemarau basah, sebuah kondisi cuaca tak biasa dengan curah hujan tinggi meski musim kemarau telah tiba. Ketidakpastian cuaca ini meningkatkan risiko berbagai penyakit, salah satunya bronkitis, yang sering ditandai dengan batuk.
Bronkitis adalah peradangan pada bronkus, saluran udara yang menghubungkan paru-paru dengan lingkungan luar. Gejala utamanya adalah batuk, yang bisa disertai napas berbunyi (wheezing), sesak dada, demam ringan, kelelahan, dan kesulitan bernapas. Batuk ini sangat mengganggu dan dapat berlangsung selama beberapa hari hingga minggu. Kondisi ini perlu diwaspadai, terutama pada bayi, balita, lansia, dan mereka dengan sistem imun lemah, karena bronkitis, dalam kasus yang parah, bahkan dapat berujung pada kematian. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat mencatat sekitar 350 kematian akibat bronkitis setiap tahunnya.
Terdapat dua jenis utama bronkitis: akut dan kronis. Bronkitis akut, ditandai dengan gejala yang memburuk dalam beberapa hari meskipun batuk dapat berlangsung hingga berminggu-minggu, seringkali disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan seperti flu, pilek, atau COVID-19. Iritasi pada saluran bronkial akibat infeksi saluran pernapasan atas menjadi pemicunya. Berbeda dengan bronkitis akut, bronkitis kronis berlangsung lebih lama, bahkan tanpa batas waktu. Kondisi ini disebabkan oleh iritasi saluran bronkial akibat paparan jangka panjang zat berbahaya di lingkungan, seperti asap, alergen, bahan kimia, atau debu. Perokok atau mantan perokok memiliki risiko lebih tinggi terkena bronkitis kronis, dengan 75% penderita termasuk dalam kategori ini. Bronkitis kronis lebih umum terjadi pada orang berusia di atas 40 tahun.
Memahami perbedaan kedua jenis bronkitis penting untuk mengetahui penularannya. Bronkitis kronis, yang disebabkan oleh iritan lingkungan, tidak menular. Sebaliknya, bronkitis akut, khususnya yang disebabkan virus, dapat menular melalui droplet yang dikeluarkan saat batuk, bersin, atau berbicara. Seperti yang diungkapkan Dr. Jason Nagata, dokter anak di UCSF Benioff Children’s Hospital San Francisco pada 12 Maret 2025, “Bronkitis virus bisa menular antar orang lewat menghirup droplet dari batuk, bersin, atau bicara orang yang terinfeksi.” Virus juga dapat menular melalui kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, kemudian masuk ke tubuh melalui mata, hidung, atau mulut.
Pencegahan bronkitis dimulai dengan menjaga kebersihan, terutama mencuci tangan secara teratur dan menghindari menyentuh wajah. Langkah ini sangat penting karena virus dan bakteri penyebab pilek, flu, dan infeksi pernapasan lainnya mudah menular. Cara terbaik mencegah bronkitis adalah dengan menghindari sakit sejak awal, termasuk menghindari kontak dengan orang sakit, terutama yang menunjukkan gejala flu atau pilek. Menghindari paparan asap rokok, termasuk berhenti merokok, juga merupakan langkah penting dalam mengurangi risiko terkena bronkitis.
Rachel Caroline L. Toruan, Putri Safira Pitaloka, Sukma Kanthi Nurani, dan Yayuk Widiyarti berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Yang Perlu Diketahui Soal Bronkitis, Apakah Menular?