Coco Gauff Raih Gelar French Open 2025: Ukir Sejarah Penuh Emosi di Roland Garros
JAKARTA – Lapangan tanah liat Philippe Chatrier di Roland Garros, Paris, menjadi saksi bisu sejarah baru. Petenis muda berbakat asal Amerika Serikat, Coco Gauff, berhasil merengkuh gelar juara tunggal putri French Open 2025 setelah menaklukkan petenis nomor satu dunia, Aryna Sabalenka, dalam laga final yang dramatis pada Sabtu, 8 Juni.
Pertarungan sengit antara dua petenis papan atas ini memang telah diprediksi sebagai final impian. Gauff, yang menduduki peringkat kedua dunia, menghadapi tantangan berat dari Sabalenka asal Belarusia yang saat ini berada di puncak daftar petenis wanita dunia.
Meskipun sempat kehilangan set pertama dengan skor ketat 6-7(5), petenis berusia 21 tahun itu menunjukkan mental baja dan semangat juang yang luar biasa. Gauff bangkit dengan gemilang di dua set berikutnya, mengunci kemenangan dengan skor 6-2, 6-4, setelah berjuang keras selama lebih dari dua setengah jam di bawah tekanan tinggi.
Gelar French Open 2025 ini menjadi torehan bersejarah bagi Gauff, menandai titel Grand Slam tanah liat pertamanya dan gelar Grand Slam keduanya secara keseluruhan, menyusul kesuksesannya di US Open 2023. Kemenangan ini juga terasa sangat personal, sebab ia berhasil menebus kekalahan menyakitkan yang dialaminya di final Roland Garros 2022.
Setelah memastikan kemenangan, di hadapan ribuan penonton yang memadati Lapangan Philippe Chatrier, Gauff tak kuasa menahan luapan emosinya. Dengan mata berkaca-kaca, ia mengungkapkan perasaannya yang campur aduk kepada *CNN*. “Jujur saja, saya tidak menyangka saya bisa melakukannya. Saya rasa saya berbohong kepada diri sendiri bahwa saya pasti bisa melakukannya,” ujarnya. “Tiga final… saya mendapat kemenangan paling penting – hanya itu yang penting.”
Rasa lega begitu membuncah karena mampu menebus kegagalan di final 2022, kala itu ia dikalahkan oleh Iga Swiatek. “Saya mengalami banyak hal ketika saya kalah di sini tiga tahun lalu,” kenangnya. “Saya senang bisa kembali ke sini (menjadi juara).”
Kemenangan Gauff juga menorehkan tinta emas dalam sejarah, menjadikannya petenis kulit hitam pertama asal Amerika Serikat yang meraih gelar French Open sejak legenda Serena Williams pada tahun 2015. Lebih dari sekadar trofi, Gauff menyadari makna yang lebih dalam dari kemenangannya ini. Ia secara samar namun jelas menyinggung kondisi politik di negaranya, Amerika Serikat, pasca-pemilihan Presiden Donald Trump. “Ini sangat berarti, dan jelas ada banyak hal yang terjadi di negara kita saat ini, seperti, semuanya, ya. Saya yakin kalian tahu,” katanya dengan senyum tipis.
Di tengah gejolak tersebut, Gauff berharap kemenangannya dapat membawa secercah harapan. “Namun, hanya untuk bisa menjadi representasi dari hal itu dan representasi dari, saya rasa, orang-orang yang mirip saya di Amerika yang mungkin merasa kurang mendapat dukungan selama kurun waktu ini, dan hanya menjadi refleksi harapan dan cahaya bagi orang-orang tersebut,” imbuhnya, menunjukkan kedewasaan dan kesadaran sosial yang luar biasa.
Kemenangan Gauff tak lepas dari penampilan impresifnya, meskipun ia juga diuntungkan oleh 70 kesalahan sendiri yang dilakukan oleh Sabalenka, termasuk enam kesalahan ganda yang krusial. Namun, sebagai bentuk sportivitas, Gauff tak lupa memberikan penghormatan kepada rivalnya itu sebelum berpose bersama anak-anak pemungut bola dalam sesi foto juara.
Di momen puncak kebahagiaan itu, Gauff secara khusus menyampaikan rasa terima kasihnya yang mendalam kepada kedua orang tuanya. “Kalian telah melakukan banyak hal untuk saya, mulai dari mencuci baju hingga menjaga saya tetap membumi dan memberi saya keyakinan bahwa saya bisa melakukannya,” ucapnya penuh haru, menggarisbawahi peran krusial keluarga dalam perjalanannya menuju puncak.
Baca juga: 10 Atlet dengan Bayaran Tertinggi di Dunia: Cristiano Ronaldo Teratas