Ragamharian.com – JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpotensi berbalik melemah setelah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin. Rilis data ekonomi AS yang lebih baik dari ekspektasi berpotensi menjadi tekanan yang membayangi pergerakan rupiah hari ini, Jumat (11/7).
Melansir data Bloomberg, rupiah berada di posisi Rp 16.224 per dolar AS pada perdagangan Kamis (10/7). Angka ini terpantau menguat 0,21% dibanding dengan perdagangan kemarin. Adapun rupiah di Jisdor Bank Indonesia juga terpantau menguat 0,20% menjadi Rp 16.220 per dolar AS.
Ibrahim Assuaibi, Pengamat Mata Uang & Komoditas menilai, penguatan mata uang Garuda ini tidak terlepas dari tekanan pada dolar AS. Untuk sementara, risalah rapat Federal Reserve (Fed) bulan Juni mengungkapkan bahwa sebagian besar pejabat memperkirakan penurunan suku bunga akan tepat akhir tahun ini, dengan dalih tekanan inflasi yang sudah mereda dan potensi pelemahan ekonomi dan pasar tenaga kerja.
Rupiah Berbalik Menguat Hari Ini (10/7), Ada Dana Asing Masuk ke Pasar Keuangan
Menurut Ibrahim, para pembuat kebijakan umumnya memandang inflasi terkait tarif cenderung bersifat sementara atau terbatas. Pergerakan inflasi hingga saat ini mencatatkan bahwa ekspektasi inflasi terjaga dengan baik.
“Hanya saja kemungkinan masih ada sebagian anggota the Fed yang tidak melihat perlunya perubahan kebijakan pada tahun ini,” ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Kamis (10/7).
Disamping itu, pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Rabu (09/7) bahwa tarif 50% untuk tembaga akan berlaku efektif pada 1 Agustus 2025. Sehari sebelumnya, Trump juga mengumumkan bahwa tarif timbal balik untuk Brasil akan naik menjadi 50% dari semula 10%.
Trump juga telah mulai mengirimkan surat tarif kepada mitra dagang utama minggu ini, dan telah mengumumkan bea masuk 25% untuk barang-barang dari Korea Selatan dan Jepang.
“Meskipun ancaman ini dampaknya terbatas pada pasar yang lebih luas, tetapi investor tetap waspada terhadap potensi eskalasi perdagangan dimasa mendatang,” terangnya.
Meski begitu, fokus pasar saat ini tertuju pada angka klaim pengangguran di AS mingguan, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 30-tahun serta data CPI German (mtm).
“Dari domestik, penguatan rupiah disokong oleh respon positif pasar terhadap komitmen pemerintah Indonesia yang memastikan bahwa proses negosiasi dengan AS terkait tarif 32% masih terus berjalan,” ungkapnya.Data klaim pengangguran mingguan AS rupanya dirilis lebih kuat dari perkiraan. Laporan klaim pengangguran AS terbaru menunjukkan bahwa 227.000 orang mengajukan klaim tunjangan pengangguran minggu lalu, jauh di bawah 235.000 yang diperkirakan oleh para ekonom.
Rupiah Ditutup Menguat ke 16.224 Per Dolar AS di Hari Ini (10/7), Mayoritas Asia Naik
Lukman Leong, Analis Doo Financial Futures bilang, penguatan rupiah hari ini didorong oleh sentimen yang sebetulnya tidak terlalu kuat dan bisa berubah setiap saat. Kemungkinan rilis angka klaim pengangguran akan memberikan katalis positif bagi dolar AS jika berkaca dengan tren sebelumnya.
Menurut Lukman, investor tampaknya tidak terlalu menghiraukan ancaman tariff Trump yang baru. Alhasil, rupiah dan mata uang regional lainnya menguat terhadap dolar AS yang didukung oleh sentimen risk on di pasar ekuitas.
Untuk perdagangan Jumat (11/7), Lukman memperkirakan bahwa rupiah masih akan berpotensi terkoreksi di kirasan Rp 16.200 – Rp 16.300 per dolar AS. Sementara Ibrahim cenderung melihat rupiah akan bergerak fluktuatif dengan potensi melemah di rentang Rp 16.220 – Rp 16.270 per dolar AS.