Saham Bank Syariah Indonesia (BRIS) Ambles 7%, Aksi Jual Asing Jadi Pemicu?
Awal pekan ini, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengalami penurunan signifikan hingga 7%, mencapai level Rp 2.790 per saham. Penurunan ini cukup tajam dibandingkan pergerakan saham perbankan lainnya pasca libur panjang. Meskipun IHSG juga mengalami pelemahan, penurunan BRIS menjadi sorotan, terutama karena dipicu oleh aksi jual bersih investor asing yang mencapai Rp 7,61 miliar (dengan total aksi jual asing Rp 58,9 miliar dan aksi beli Rp 51,3 miliar). Ironisnya, meski mengalami penurunan ini, harga saham BRIS masih mencatatkan penguatan 2,2% sejak awal tahun.
Sorotan utama yang menyebabkan penurunan ini adalah isu perubahan kepemilikan BSI. Kabar yang beredar menyebutkan BPI Danantara akan mengakuisisi seluruh saham BSI yang saat ini dimiliki oleh bank-bank BUMN, yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Berdasarkan laporan registrasi pemegang efek per 30 April 2025, Bank Mandiri memegang porsi terbesar dengan 51,47% saham (23,74 miliar saham), diikuti BNI (23,24%) dan BRI (15,38%).
Namun, menariknya, sejumlah analis justru melihat potensi positif dari lepasnya BSI dari naungan bank-bank BUMN tersebut. Andrey Wijaya dari RHB Sekuritas Indonesia misalnya, berpendapat bahwa langkah ini akan mempercepat pengambilan keputusan strategis dan aksi korporasi BSI karena tidak lagi memerlukan persetujuan dari Bank Mandiri sebagai pemegang saham pengendali. Meski demikian, ia mengakui hilangnya sinergi dengan bank-bank BUMN sebagai dampak negatifnya.
Pendapat senada disampaikan Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo. Ia menilai lepasnya BSI akan memungkinkannya untuk lebih fokus pada penetrasi pasar dan pengembangan sektor perbankan syariah yang masih memiliki potensi besar. Dukungan dari Danantara, menurutnya, juga dapat mengoptimalkan pendanaan dan memperbaiki struktur modal BSI. Dengan demikian, meski penurunan saham terjadi, potensi pertumbuhan BSI ke depannya tetap dinantikan. *(Lihat grafik BRIS di TradingView)*