Dolar AS Anjlok! Pasar Ragu Trump & The Fed?

Avatar photo

- Penulis Berita

Sabtu, 28 Juni 2025 - 01:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dolar AS Tertekan ke Titik Terendah 3,5 Tahun di Tengah Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga dan Spekulasi Politik

JAKARTA, RAGAMHARIAN.COM – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) semakin terperosok, mendekati level terendah dalam 3,5 tahun terakhir terhadap euro dan pound sterling. Tekanan ini datang dari meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), serta spekulasi intens seputar masa depan Ketua The Fed Jerome Powell di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

Pada Jumat (27/6/2025), Indeks Dolar AS—yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam terhadap enam mata uang utama dunia—merosot ke angka 97,398. Angka ini merupakan posisi terendah sejak Maret 2022, menunjukkan pelemahan signifikan. Dalam sebulan terakhir, indeks tersebut telah terkoreksi dua persen dan menandai penurunan selama enam bulan berturut-turut. Sejak awal tahun, nilai dolar telah anjlok lebih dari 10 persen.

Pelemahan dolar ini diperparah oleh pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell dalam sidang Kongres AS pekan ini yang dinilai lebih dovish. Meskipun masa jabatannya baru akan berakhir pada Mei 2026, pernyataan tersebut semakin memperkuat keyakinan pasar bahwa pemangkasan suku bunga akan dilakukan lebih agresif. Pelaku pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga tahun ini bisa mencapai 64 basis poin, meningkat tajam dari perkiraan sebelumnya yang hanya 46 basis poin.

Analis strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia (CBA), Carol Kong, menyoroti dinamika politik yang ikut membebani dolar. “Semakin cepat pengganti Powell diumumkan, semakin cepat ia bisa dianggap sebagai ‘bebek lumpuh’,” ujar Kong. Donald Trump sendiri belum menunjuk pengganti Powell secara resmi, namun beberapa sumber mengindikasikan bahwa nama-nama calon sudah mulai dipertimbangkan. Kecenderungan Trump memilih figur yang mendukung kebijakan moneter longgar menambah tekanan signifikan pada nilai dolar. “Untuk saat ini, ekspektasi Presiden Trump akan memilih ketua yang lebih dovish akan terus menekan harga FOMC dan dolar AS,” tambah Kong, mempertegas sentimen pasar.

Dampak pelemahan dolar terasa di pasar mata uang global. Nilai tukar euro menguat di kisaran 1,16885 dolar AS, setara sekitar Rp 19.287, setelah sempat mencapai 1,1745 dolar AS (Rp 19.379) pada sesi sebelumnya. Pound sterling juga mendekati puncaknya di 1,3725 dolar AS (Rp 22.646), tidak jauh dari rekor yang tercatat pada Oktober 2021.

Di sisi lain, mata uang *safe haven* seperti yen Jepang dan franc Swiss turut melonjak. Yen diperdagangkan di level 144,56 per dolar AS, sementara franc Swiss menguat tajam ke angka 0,8013 per dolar AS, mendekati level tertingginya dalam satu dekade. Bahkan dolar Australia, yang kerap dianggap sebagai proksi risiko, naik ke 0,6564 dolar AS (Rp 10.831), mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan. Dolar Taiwan juga menunjukkan penguatan mencolok, menyentuh titik terkuatnya sejak April 2022. “Semua orang menjual dolar AS, investor asing menjual, dan eksportir juga menjual,” kata seorang pedagang mata uang di Taiwan kepada *Reuters*, menggambarkan derasnya arus penjualan. “Bahkan pagi ini, kami punya klien besar yang melepas seluruh posisi dolar AS mereka.”

Selain faktor moneter dan politik internal AS, pasar juga mencermati tenggat waktu 9 Juli untuk kesepakatan perdagangan baru yang diusung Trump. Ancaman Trump untuk memberlakukan tarif timbal balik terhadap negara-negara mitra dagang utama jika kesepakatan tidak tercapai, menambah ketidakpastian dan memperburuk sentimen terhadap dolar. Merosotnya dolar AS ini menjadi penanda bagaimana dinamika politik dan kebijakan moneter dapat memengaruhi persepsi global terhadap stabilitas ekonomi Negeri Paman Sam. Sentimen pasar yang cenderung menghindari *greenback* ini memperkuat keyakinan bahwa investor kini mencari alternatif aset yang dianggap lebih stabil di tengah gejolak ekonomi global.

Berita Terkait

Djarum Investasi Rp 1 Triliun di Saham HEAL: Prospek Saham Rumah Sakit?
Grup Djarum Beli 559 Juta Saham RS Hermina: Gelontorkan Rp1 Triliun, Beli Saham di Atas Harga Pasar
Harga Emas Antam Anjlok Rp 23.000 Menjadi Rp 1.884.000 Per Gram Pada Hari Ini (28/6)
Strategi Jaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah, BI Rate Tetap di 5,5 Persen
Dirkeu Bank Sahabat Sampoerna Pilih Portofolio Risiko Rendah Jadi Pilihan
Harga Minyak Stabil Setelah OPEC+ Laporkan Rencana Kenaikan Produksi
Menguat di Akhir Pekan, Bagaimana Proyeksi IHSG Awal Pekan Depan?
PM Anwar: Potensi Investasi Indonesia-Malaysia Besar, Bisa Lebih Dioptimalkan

Berita Terkait

Sabtu, 28 Juni 2025 - 12:53 WIB

Djarum Investasi Rp 1 Triliun di Saham HEAL: Prospek Saham Rumah Sakit?

Sabtu, 28 Juni 2025 - 10:48 WIB

Grup Djarum Beli 559 Juta Saham RS Hermina: Gelontorkan Rp1 Triliun, Beli Saham di Atas Harga Pasar

Sabtu, 28 Juni 2025 - 09:16 WIB

Harga Emas Antam Anjlok Rp 23.000 Menjadi Rp 1.884.000 Per Gram Pada Hari Ini (28/6)

Sabtu, 28 Juni 2025 - 08:49 WIB

Strategi Jaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah, BI Rate Tetap di 5,5 Persen

Sabtu, 28 Juni 2025 - 07:45 WIB

Dirkeu Bank Sahabat Sampoerna Pilih Portofolio Risiko Rendah Jadi Pilihan

Berita Terbaru

Entertainment

Angel Pieters: Vakum Nyanyi, Bahagia Jadi Ibu Si Kecil

Sabtu, 28 Jun 2025 - 13:14 WIB

Politics

Geger Putusan MK! Reaksi DPR Soal Pemilu Serentak 2024

Sabtu, 28 Jun 2025 - 13:00 WIB

Entertainment

The Batman 2: Skenario Selesai, Gotham Terancam!

Sabtu, 28 Jun 2025 - 12:40 WIB