Ragamharian.com – , Jakarta – Perang antara Israel Iran memasuki fase baru setelah Presiden Donald Trump mengumumkan gencatan senjata.
Namun, di lapangan, situasi justru membingungkan dan serangan masih terus terjadi. Setelah serangkaian serangan yang dimulai pada Minggu lalu, yang melibatkan intervensi Amerika Serikat, Washington mengeluarkan pernyataan mengejutkan, seperti yang dirangkum dari Al Jazeera dan The Guardian.
Pengumuman Gencatan Senjata dari Trump
Di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan, Trump mengumumkan bahwa Iran dan Israel sepakat untuk menghentikan permusuhan. Dalam sebuah unggahan panjang di platform Truth Social pada Senin malam, ia menyatakan bahwa gencatan senjata akan berlangsung selama 24 jam dan optimis bahwa kondisi ini akan mengakhiri perang.
Nyatanya, gencatan senjata tersebut tidak segera terwujud. Iran masih melancarkan serangan ke Israel, tampaknya masih marah akibat tindakan AS. Serangan Israel sehari sebelumnya telah mengakibatkan kematian sembilan warga Iran dan melukai lebih dari 30 orang lainnya.
Dampak bagi Warga Sipil
Serangan dari Iran terus berlanjut meskipun gencatan senjata yang disepakati berakhir pada pukul 04.00 GMT (11:00 WIB). Bahkan, serangan tersebut masih terjadi 2,5 jam setelah waktu yang ditentukan, meskipun media resmi kedua negara telah mengumumkan bahwa gencatan senjata telah dimulai. Serangan Iran ini menargetkan berbagai lokasi di Israel, termasuk tiga bangunan perumahan yang padat di Beersheva, yang hancur akibat serangan tersebut. Akibatnya, empat orang dilaporkan tewas dan lebih dari 20 orang lainnya mengalami luka-luka.
Tidak hanya di lapangan, kebingungan soal gencatan senjata ini juga terjadi dimana-mana. Bukan hanya itu, mantan Duta Besar AS untuk Israel Dan Shapiro juga mengatakan hal serupa dalam unggahannya di X.
“Sangat membingungkan! Apakah Israel memiliki 12 jam lagi untuk menyerang berdasarkan pengumuman pertamanya? Atau apakah mereka seharusnya dalam gencatan senjata sekarang? Bahkan setelah kematian di Beersheva dan rentetan Iran setelah tenggat waktu? Tidak ada yang tahu! Ketepatan dalam perang dan perdamaian.”
Di sisi lain, Israel yang sebelumnya telah mengeluarkan pernyataan resmi soal gencatan senjata pada akhirnya tidak dapat menahan diri akibat serangan yang terus menerus dari Iran. Menteri Pertahanan Israel Benny Katz memberikan instruksi kepada militer untuk “merespons dengan keras terhadap pelanggaran Iran soal gencatan senjata dengan serangan intens ke jantung kota Teheran.” Dalam aksi tersebut, mereka meluncurkan rudal yang berhasil menghancurkan instalasi radar.
Dampak bagi Pasar Minyak
Sementara itu, dilansir dari berita CNN, gencatan senjata yang rapuh antara Iran dan Israel disambut positif oleh para investor. Harga minyak mengalami penurunan tajam pada Selasa, 24 Juni 2025, kembali ke level sebelum konflik dimulai. Harga minyak mentah Brent, yang menjadi patokan global turun sebanyak 6,1 persen menjadi 67,14 dolar AS per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate, patokan minyak AS turun sebanyak 6 persen menjadi 64,37 dolar AS per barel.
Harga-harga ini setara dengan penutupan sebelum Israel melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni. Serangan tersebut memicu konflik selama 12 hari. Kedua belah pihak saling meluncurkan rudal dan ditambah keterlibatan militer langsung dari sekutu utama Israel, Amerika Serikat.
Selain itu, gencatan senjata Israel Iran yang rapuh ini juga mengurangi kekhawatiran akan terganggunya pasokan minyak global. Berdasarkan data dari Badan Energi Internasional, banyak investor sebelumnya khawatir soal kabar Iran akan menutup Selat Hormuz, jalur perairan penting yang mengangkut sekitar seperempat pasokan minyak dunia. Skenario tersebut yang dapat menyebabkan lonjakan harga minyak, kini tampaknya tidak lagi menjadi ancaman.
Nurdin Saleh berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: