Emas Terjun Bebas! The Fed Rem Jadi Penyebab? Cek Analisanya!

Avatar photo

- Penulis Berita

Kamis, 19 Juni 2025 - 06:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Harga Emas Tertekan Setelah The Fed Tahan Suku Bunga dan Sinyalkan Pelonggaran Lebih Lambat

NEW YORK – Pasar emas global menunjukkan reaksi beragam pada Rabu, setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Keputusan ini, disertai sinyal pemangkasan suku bunga yang lebih lambat di masa depan, menekan harga emas spot meskipun emas berjangka sempat menguat tipis.

Harga emas spot tercatat turun 0,4% menjadi US$ 3.374,75 per ons pada pukul 15:19 waktu setempat. Secara kontras, harga emas berjangka AS justru sedikit menguat 0,03% ke posisi US$ 3.408,10 per ons. Fluktuasi ini terjadi setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa pihaknya masih memperkirakan adanya “sejumlah inflasi yang signifikan” dalam beberapa bulan ke depan, sebuah pernyataan yang meredam ekspektasi pasar.

Sebelumnya, harga emas sempat mengalami kenaikan sesaat setelah The Fed mengumumkan kebijakan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4,25%–4,50%. Optimisme ini juga didorong oleh proyeksi awal The Fed yang mengindikasikan pemangkasan suku bunga sebesar setengah poin persentase hingga akhir tahun 2025. Namun, sentimen positif tersebut cepat memudar menyusul nada hati-hati yang disampaikan Ketua Powell.

“Powell berulang kali menegaskan bahwa dengan tingkat pengangguran yang rendah dan stabil, The Fed berada dalam posisi yang tepat untuk menunggu dan melihat perkembangan,” kata Tai Wong, seorang pedagang logam independen. Ia menambahkan, “Ia menyampaikan bahwa pertemuan bulan September bisa menjadi momen penting, namun hal ini tidak cukup untuk mendorong aset atau emas yang mengharapkan sinyal kebijakan yang lebih dovish.” Wong juga menekankan bahwa harga emas perlu menembus kembali level US$ 3.400 per ons agar sentimen *bullish* bisa menguat signifikan.

Meskipun para pembuat kebijakan The Fed masih memperkirakan adanya pemotongan suku bunga sebesar setengah poin persentase pada tahun ini, mereka merevisi laju pemotongan selanjutnya menjadi masing-masing seperempat poin persentase pada tahun 2026 dan 2027. Pergeseran proyeksi ini menunjukkan pendekatan yang lebih bertahap terhadap normalisasi kebijakan moneter. Powell sendiri menegaskan bahwa seluruh proyeksi kebijakan tersebut dapat berubah tergantung pada data ekonomi yang masuk, khususnya terkait perkembangan inflasi.

Di tengah dinamika moneter ini, Presiden AS Donald Trump turut bersuara. Ia mendesak The Fed untuk segera memangkas suku bunga dan menyindir Powell yang dianggap terlambat bertindak. Selain faktor kebijakan moneter, ketegangan geopolitik juga menjadi sorotan. Trump menyatakan kemungkinan akan bertemu dengan pihak Iran untuk membahas konflik yang berlangsung antara Israel dan Iran. Ketidakpastian geopolitik seperti ini, bersama dengan potensi suku bunga yang lebih rendah, umumnya meningkatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.

“Tren global yang terus mencari alternatif penyimpanan nilai di luar dolar AS tetap kuat, didorong oleh meningkatnya minat terhadap aset yang lebih independen dari kontrol eksternal,” ujar Ryan McIntyre, Managing Partner di Sprott Inc., menggarisbawahi peran emas sebagai pilihan investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Sementara itu, pergerakan harga logam mulia lainnya menunjukkan variasi yang signifikan. Harga perak spot turun 1,5% ke level US$ 36,70 per ons. Kontras dengan perak, harga platinum melonjak 4,3% menjadi US$ 1.319,03 per ons, setelah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi sejak Februari 2021 dengan kenaikan hingga 5%. Di sisi lain, harga paladium turun tipis 0,5% ke US$ 1.046,75 per ons. Dalam catatan terpisah, Goldman Sachs menyebut bahwa reli pada harga platinum dan perak dalam beberapa waktu terakhir cenderung bersifat spekulatif dan kurang ditopang oleh fundamental pasar yang kuat, mengindikasikan potensi volatilitas di masa mendatang.

Berita Terkait

Indonet Andalkan Pusat Data Dongkrak Pendapatan 2024: Strategi Jitu?
Keringanan Kartu Kredit Diperpanjang! Cek Syarat Terbaru dari BI
Susunan Direksi Komisaris PLN 2024: Cek Daftar Lengkap & Terbaru!
Kredit Melambat? Ini Wejangan Bos BI untuk Bank!
Yovie Widianto Jadi Komisaris Pupuk Indonesia: Intip Kekayaannya!
Emas Antam Anjlok! Harga Hari Ini 19 Juni 2025, Cek Detailnya!
Ekonomi Dunia Kembali Bergejolak: Mirip Krisis Covid-19, Kata Kemenkeu!
IHSG 19 Juni Diprediksi Loyo! Intip Saham Rekomendasi Analis Sekarang!

Berita Terkait

Kamis, 19 Juni 2025 - 11:50 WIB

Keringanan Kartu Kredit Diperpanjang! Cek Syarat Terbaru dari BI

Kamis, 19 Juni 2025 - 11:40 WIB

Susunan Direksi Komisaris PLN 2024: Cek Daftar Lengkap & Terbaru!

Kamis, 19 Juni 2025 - 11:10 WIB

Kredit Melambat? Ini Wejangan Bos BI untuk Bank!

Kamis, 19 Juni 2025 - 11:02 WIB

Yovie Widianto Jadi Komisaris Pupuk Indonesia: Intip Kekayaannya!

Kamis, 19 Juni 2025 - 10:00 WIB

Emas Antam Anjlok! Harga Hari Ini 19 Juni 2025, Cek Detailnya!

Berita Terbaru

Public Safety And Emergencies

Bali Kembali Terbang: Penerbangan Normal Usai Erupsi Lewotobi!

Kamis, 19 Jun 2025 - 13:05 WIB

Fashion And Style

Warna Cat Kamar Mandi 2024: Hijau Sage & Tren Google!

Kamis, 19 Jun 2025 - 13:00 WIB

Technology

iPhone 14 Pro Max: Harga Baru vs Second iBox

Kamis, 19 Jun 2025 - 12:45 WIB

Public Safety And Emergencies

SPMB Jakarta Kacau: Website Error, Orang Tua Kebingungan!

Kamis, 19 Jun 2025 - 12:35 WIB