Evakuasi Pendaki Brasil di Rinjani: Fakta Terbaru & Kondisi Terkini

Avatar photo

- Penulis Berita

Selasa, 24 Juni 2025 - 17:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Evakuasi seorang pendaki berkebangsaan Brasil yang mengalami kecelakaan tragis di tebing Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, masih terus diupayakan hingga Selasa (24/06). Insiden yang menimpa Juliana Marins ini, yang terjadi pada Sabtu (21/06) lalu, kini memasuki hari keempat pencarian dengan berbagai helikopter disiapkan untuk proses evakuasi jalur udara, di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu.

Tim SAR gabungan telah mengerahkan segala upaya untuk menemukan Juliana Marins, perempuan berusia 26 tahun yang terperosok ke jurang di ketinggian Gunung Rinjani. Posisi Juliana berhasil terdeteksi pada Senin (23/06) melalui pemantauan drone, sekitar 500 meter di bawah posisi awalnya. Namun, Kepala Kantor SAR Mataram, Muhammad Hariyadi, menyatakan bahwa kondisi Juliana masih belum bisa dipastikan. “Kami sudah menemukan titik di mana survivor ini ditemukan berada. Melalui pemantauan drone, kami tidak melihat survivor bergerak. Kami belum bisa memastikan,” jelas Hariyadi pada Selasa (24/06). Peristiwa ini bukanlah kali pertama pendaki mengalami kecelakaan serupa di gunung tertinggi kedua di Indonesia tersebut.

Kendala dan rencana evakuasi menjadi fokus utama dalam operasi yang melibatkan sekitar 50 anggota tim gabungan, terdiri dari tim SAR, TNI, Polisi, relawan, pemandu wisata, dan porter. Mereka bersiaga di sekitar lokasi penyelamatan, menghadapi tantangan berat akibat medan yang sangat terjal dan perubahan cuaca ekstrem. Hariyadi menyoroti bahwa kendala utama adalah medan yang curam serta kabut tebal yang dapat muncul sewaktu-waktu, menghambat upaya pencarian. Hingga Selasa siang, metode evakuasi yang paling tepat belum dapat dipastikan, menunggu hasil penilaian dari tim lapangan serta pantauan helikopter yang sedang dilakukan. Opsi evakuasi menggunakan helikopter menjadi pilihan yang terbuka lebar, namun pelaksanaannya sangat bergantung pada kondisi cuaca. Gubernur Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhammad Iqbal, juga telah menjalin komunikasi dengan PT Amman Mineral Nusa Tenggara untuk memanfaatkan helikopter khusus mereka yang dirancang untuk operasi di medan ekstrem. “Lakukan kemampuan terbaik kita, termasuk kemungkinan rescue melalui airlifting menggunakan helikopter dengan pilot spesifikasi airlifter supaya tidak kehilangan golden time penyelamatan,” ujarnya. Beliau menambahkan bahwa durasi evakuasi masih belum bisa dipastikan, menyesuaikan dengan situasi di lapangan.

Bagaimana kronologi kejadian? Kementerian Kehutanan yang turut mengoordinasikan penyelamatan ini mencatat bahwa Juliana Marins memulai pendakian melalui pintu Sembalun pada Jumat (20/06) bersama 12 rekan lainnya. Dua anggota kelompok Juliana menggambarkan pendakian itu sebagai “sulit,” sementara salah satunya bahkan menyebutnya “sangat sulit” dan “sangat dingin, benar-benar sangat berat,” seperti dikutip dari jaringan TV Brasil Globo. Pada saat kecelakaan, Juliana berada di belakang kelompoknya yang mendaki bersama pemandu. Kejadian berlangsung sangat pagi, sebelum matahari terbit, dalam kondisi jarak pandang yang buruk dan medan yang sulit serta licin, hanya diterangi lentera sederhana.

Pada Sabtu (21/06), korban dilaporkan terjatuh ke arah Danau Segara Anak, dengan perkiraan kedalaman 150-200 meter, sekitar pukul 06.30 Wita di titik Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Rinjani. Otoritas Taman Gunung Rinjani mengunggah di media sosial bahwa tim penyelamat pada hari itu mendengar teriakan minta tolong Juliana. Rekaman drone dan klip video yang beredar online, juga disiarkan media Brasil, menunjukkan Juliana masih hidup pada Sabtu, terlihat duduk dan bergerak di tanah abu-abu jauh di bawah jalur pendakian. Namun, tim penyelamat gagal menemukannya ketika mereka turun 300 meter ke lokasi yang diperkirakan. Ia juga tidak merespons panggilan mereka.

Memasuki Minggu (22/06), rekaman drone menunjukkan bahwa Juliana tidak lagi berada di lokasi sebelumnya. Kabut tebal semakin menghambat upaya penyelamatan dan memengaruhi penggunaan drone termal. Akhirnya, pada Senin (23/06), tim penyelamat berhasil menemukan Juliana kembali, yang tampaknya telah jatuh lebih jauh. Sayangnya, pekerjaan harus dihentikan kembali karena cuaca buruk.

Kasus ini juga menyita perhatian luas di media sosial, terutama di kalangan warganet Brasil. Akun Instagram @resgatejulianamarins, yang diklaim dibuat oleh pihak keluarga, telah mengumpulkan 1,2 juta pengikut hingga artikel ini diterbitkan. Berbagai unggahan di akun ini tidak hanya mengabarkan perkembangan terbaru evakuasi, tetapi juga mendesak pemerintah Indonesia untuk serius dalam upaya penyelamatan. Warganet Brasil membanjiri kolom komentar akun Instagram Presiden Prabowo Subianto, mendesak penyelamatan segera dan meminta pemerintah Indonesia untuk menerima dukungan teknis dari negara tetangga serta komunitas internasional, mengingatkan bahwa mata internasional mengawasi upaya evakuasi ini. Menanggapi desakan tersebut, Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, menegaskan keseriusan pemerintah Indonesia. Empat helikopter telah disiapkan sebagai bagian dari upaya penyelamatan. “Pemerintah semua serius untuk menangani kasus ini, jam 7 pagi tadi teman-teman dari balai dan semua sudah ke TKP lagi, bahkan Pak Basarnas mengatakan bahwa satu pesawat helikopter sudah standby, Pak Gubernur juga sudah men-standby-kan tiga jenis helikopter yang memungkinkan untuk turun,” kata Raja Antoni.

Juliana Marins, yang diidentifikasi oleh media Brasil dan keluarganya sebagai perempuan berusia 26 tahun, digambarkan sebagai pengembara yang berani. Salah seorang rekannya menyebut Juliana sebagai sosok pekerja keras yang rajin menabung untuk mewujudkan impiannya melakukan perjalanan backpacking. Ia dilaporkan telah mengunjungi beberapa negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, Vietnam, dan Indonesia.

Sebagai respons terhadap insiden ini, jalur pendakian dari Pelawangan 4 Sembalun menuju puncak Gunung Rinjani ditutup sementara. Penutupan ini dilakukan hingga proses evakuasi pendaki asal Brasil tersebut selesai. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Yarman Wasur, mengonfirmasi penutupan sementara aktivitas pendakian dari Pelawangan 4 jalur wisata Pendakian Sembalun menuju puncak gunung Rinjani mulai 24 Juni 2025, sampai batas waktu yang tidak ditentukan atau hingga evakuasi korban selesai. Penutupan ini diharapkan dapat mempercepat proses evakuasi sekaligus mempertimbangkan aspek keselamatan pengunjung dan tim evakuasi. Sebelumnya, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan, Satyawan Pudyatmoko, kepada BBC News Indonesia pada Senin (23/06), menyatakan bahwa jalur tersebut tidak ditutup karena “tidak akan mengganggu proses evakuasi.” Namun, para pendaki diperingatkan dan diarahkan untuk tidak mendekati lokasi evakuasi. Satyawan juga menambahkan bahwa penutupan pendakian berpotensi menyebabkan kekacauan bagi para pendaki yang telah melakukan pemesanan online dan menempuh perjalanan jauh ke Rinjani.

Dengan ketinggian lebih dari 3.700 meter, Gunung Rinjani adalah gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia dan menjadi tujuan pendakian populer bagi wisatawan, termasuk Juliana. Namun, insiden yang menimpanya bukanlah kasus terisolasi. Gunung ini menyimpan sejarah kecelakaan pendakian yang berulang:
Pada Desember 2021, seorang pendaki asal Surabaya berusia 26 tahun meninggal dunia setelah terjatuh ke dalam jurang sedalam 100 meter saat mendaki melalui jalur Senaru, Lombok Utara.
Pada Agustus 2022, seorang pendaki asal Portugal berusia 37 tahun meninggal setelah terjatuh dari tebing di puncak Gunung Rinjani saat sedang berswafoto. Jenazahnya berhasil dievakuasi pada 22 Agustus.
Pada September 2024, seorang pendaki asal Jakarta dilaporkan hilang setelah diduga jatuh ke jurang di kawasan Gunung Rinjani pada 28 September. Jasad korban berhasil dideteksi oleh drone thermal di kedalaman ratusan meter dari lokasi kejadian dan dievakuasi sepekan setelahnya.
Pada Oktober 2024, seorang pendaki asal Irlandia terjatuh ke jurang sedalam 200 meter saat mendaki puncak Rinjani pada 9 Oktober. Korban berhasil diselamatkan tim SAR dengan luka ringan.
Pada Mei 2025, seorang pendaki asal Malaysia bernama Rennie Bin Abdul Ghani (57) meninggal setelah terjatuh ke jurang sedalam sekitar 80-100 meter di jalur Banyu Urip saat menuruni gunung melalui jalur Torean, Lombok.
Terakhir, pada Juni 2024, seorang perempuan warga negara Swiss tewas setelah terjatuh di jalur pendakian ilegal Bukit Anak Dara, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.

Berita Terkait

Konflik Iran-Israel, Indonesia Pantau Ketat WNI di Kawasan Teluk
Tragis! Ayah WN Brasil Rinjani Gagal ke RI Akibat Konflik Iran-Israel
Evakuasi Pendaki Brasil di Rinjani Dipantau Kedubes, Bagaimana Kondisinya?
Rekrutmen PPSU Jakarta Dilaporkan ke Pramono: Ada Apa?
1.023 Lowongan PPSU Jakarta: Syarat & Cara Daftarnya!
Waspada Juice Jacking! Tips Aman Ngecas HP di Bandara
3 Jemaah Haji Indonesia Hilang di Makkah-Jeddah: Pencarian Intensif
Evakuasi WNI Iran: Kepulangan Rombongan Besok!

Berita Terkait

Selasa, 24 Juni 2025 - 23:55 WIB

Konflik Iran-Israel, Indonesia Pantau Ketat WNI di Kawasan Teluk

Selasa, 24 Juni 2025 - 21:20 WIB

Tragis! Ayah WN Brasil Rinjani Gagal ke RI Akibat Konflik Iran-Israel

Selasa, 24 Juni 2025 - 19:30 WIB

Evakuasi Pendaki Brasil di Rinjani Dipantau Kedubes, Bagaimana Kondisinya?

Selasa, 24 Juni 2025 - 17:35 WIB

Evakuasi Pendaki Brasil di Rinjani: Fakta Terbaru & Kondisi Terkini

Selasa, 24 Juni 2025 - 16:30 WIB

Rekrutmen PPSU Jakarta Dilaporkan ke Pramono: Ada Apa?

Berita Terbaru