Peningkatan Krisis Kelaparan di Gaza: Ratusan Tewas, Mayoritas Anak-Anak di Tengah Gempuran dan Blokade Israel
GAZA, RAGAMHARIAN.COM – Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memprihatinkan, dengan krisis kelaparan yang terus memburuk akibat blokade dan gempuran Israel yang tak henti. Hingga Rabu (23/7/2025), angka kematian akibat kelaparan di wilayah tersebut telah mencapai total 101 jiwa.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan bahwa sebagian besar korban meninggal dalam beberapa pekan terakhir, menyusul memburuknya kondisi kemanusiaan sejak Israel menerapkan blokade total pada Maret 2025. Bahkan, pada Selasa (22/7/2025) saja, sedikitnya 15 warga Palestina dilaporkan tewas akibat kelaparan dalam satu hari. Data yang mengiris hati menunjukkan, dari total 101 korban kelaparan, 80 di antaranya adalah anak-anak, menandai kerentanan ekstrem kelompok termuda di Gaza.
Pelapor PBB Sebut Israel Targetkan Perempuan dan Anak di Gaza, Ingin Hentikan Reproduksi Palestina
Meskipun Israel sedikit melonggarkan blokade sejak Mei 2025, volume bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza dinilai masih jauh dari cukup untuk meredakan krisis yang kian mendalam. Ironisnya, Israel juga dilaporkan lebih cenderung mengizinkan penyaluran bantuan melalui lembaga kontroversial, Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang didukung oleh Israel bersama Amerika Serikat. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat laporan yang mengejutkan: lebih dari 1.000 warga Palestina tewas dibunuh oleh Israel di lokasi distribusi GHF sejak lembaga tersebut mulai beroperasi, menambah lapisan tragedi pada upaya bantuan.
Pelapor PBB Sebut Kelaparan di Gaza Sengaja Diciptakan Israel, Satu Juta Anak Palestina Terancam
Nebal Farsakh, juru bicara Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), menegaskan bahwa kondisi di Gaza telah mencapai “malapetaka kemanusiaan yang tidak terkira.” Dalam pernyataannya kepada *Al Jazeera* pada Rabu (23/7/2025), Farsakh mengungkapkan, “Sejak penutupan seluruh perbatasan selama lebih dari empat bulan, tidak ada makanan, air bersih, maupun obat-obatan yang masuk Jalur Gaza.” Kondisi ini, tambahnya, telah menciptakan “malapetaka karena orang-orang secara harfiah mati kelaparan.”
Dampak langsung dari minimnya bantuan ini adalah memburuknya kondisi kesehatan masyarakat secara drastis. Farsakh juga menyoroti peningkatan tajam jumlah pasien yang dirawat karena malnutrisi di rumah sakit-rumah sakit Gaza belakangan ini. Kelompok paling rentan yang merasakan dampak terparah adalah anak-anak, ibu hamil, dan lanjut usia, yang semakin banyak dilarikan ke fasilitas medis akibat kekurangan gizi akut. Krisis kelaparan di Gaza bukan lagi ancaman, melainkan realitas mengerikan yang merenggut nyawa setiap harinya.