Harga Minyak Dunia Mendidih: Analisis & Dampak Terkini

Avatar photo

- Penulis Berita

Senin, 16 Juni 2025 - 11:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Harga Minyak WTI Melambung di Tengah Ketegangan Israel-Iran: Ancaman Pasokan Global Menguat

JAKARTA – **Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kembali menunjukkan performa *bullish* yang signifikan pada awal pekan ini, melanjutkan tren penguatan tajam yang telah dimulai sejak Jumat lalu. Kenaikan substansial ini didorong oleh memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah, khususnya menyusul eskalasi serangan udara antara Israel dan Iran yang kian meluas, memicu kekhawatiran serius terhadap stabilitas pasokan minyak global.

Data terkini dari Trading Economics pada Senin (16/6) pukul 10.49 WIB menunjukkan, harga minyak WTI melonjak 0,91% menjadi US$ 73,64 per barel dalam kurun waktu 24 jam. Peningkatan ini merupakan bagian dari reli impresif yang telah mengukir akumulasi penguatan sebesar 12,73% hanya dalam sepekan terakhir, menandakan momentum kenaikan yang kuat di pasar minyak.

Menurut analisis Andy Nugraha, seorang ahli dari Dupoin Futures Indonesia, kondisi teknikal harga minyak** saat ini secara jelas memancarkan sinyal *bullish* yang kuat. Indikator ini semakin dipertegas oleh lonjakan volume transaksi opsi beli (*call options*) minyak pada level US$ 80, yang mencetak rekor tertinggi sejak Januari 2025. Fenomena ini tidak lain mencerminkan ekspektasi tinggi dari para pelaku pasar akan kenaikan harga yang berkelanjutan. “Ini merupakan indikator bahwa banyak *trader* yang memperkirakan adanya potensi gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah,” jelas Andy dalam riset terbarunya.

Andy menambahkan, apabila tekanan *bullish* ini terus berlanjut, harga minyak WTI berpotensi besar untuk menguji area *resistance* krusial di level US$ 77 per barel dalam waktu dekat.

Memasuki aspek sentimen, tidak dapat dipungkiri bahwa faktor geopolitik menjadi katalisator utama di balik reli harga minyak saat ini. Serangan balasan yang intens antara Israel dan Iran pada akhir pekan lalu, yang sayangnya menelan korban sipil, telah secara drastis meningkatkan kekhawatiran akan pecahnya konflik berskala lebih besar di kawasan vital tersebut.

Ketegangan yang membara ini secara langsung mengindikasikan risiko serius terhadap kelancaran distribusi pasokan minyak global, khususnya melalui Selat Hormuz. Jalur pelayaran strategis ini merupakan arteri vital yang dilewati sekitar 20% dari total konsumsi minyak dunia. Apalagi, Iran sendiri adalah produsen utama dalam organisasi OPEC, dengan kapasitas produksi sekitar 3,3 juta barel per hari dan ekspor yang melampaui 2 juta barel. Ancaman serangan terhadap infrastruktur energi Iran atau potensi blokade Selat Hormuz dapat memicu gangguan pasokan yang masif dan tak terhindarkan bagi pasar global.

Meskipun OPEC dan sekutunya memiliki kapasitas cadangan yang signifikan untuk menutupi potensi kekurangan, gejolak di pasar tetap merespons dengan tingkat kekhawatiran yang sangat tinggi terhadap ketidakpastian pasokan minyak di masa depan.

Kendati demikian, Andy Nugraha turut mengingatkan adanya potensi koreksi harga minyak WTI jika pasar menunjukkan reaksi berlebihan atau sentimen mulai berbalik. “Apabila harga gagal mempertahankan tren naiknya dan tekanan jual mendominasi, maka WTI berpotensi terkoreksi tajam menuju *support* terdekat di level US$ 71,” pungkasnya dengan nada hati-hati.

Dinamika politik global juga turut memengaruhi sentimen pasar. Pernyataan Donald Trump yang menyiratkan perlunya ‘pertarungan’ sebelum gencatan senjata dapat tercapai, semakin menambah lapisan kompleksitas pada situasi yang sudah genting. Dalam lingkungan geopolitik yang sarat ketidakpastian ini, volatilitas harga minyak diproyeksikan akan tetap berada pada level yang sangat tinggi.

Berita Terkait

Investasi Menjanjikan Semester II 2025: Sektor Paling Potensial
WEGE Raih Kontrak Raksasa Rp 100 Miliar!
Waskita Karya (WSKT) Fokus Tuntaskan Restrukturisasi Obligasi Rp 1,3 Triliun di 2025
CHIP Targetkan Kenaikan Kinerja 10% di 2025: Strategi Ambisius
Saham Big Bank Ambles! BNI Terjun Bebas di Awal Pekan
Hotel Fitra Incar Pertumbuhan 2 Digit di Bisnis Umrah 2025
Bea Masuk Benang Sintetis Gagal Selamatkan Industri Tekstil?
Saham Big Banks Loyo? Ini Analisis Pergerakan Awal Pekan!

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 21:16 WIB

Investasi Menjanjikan Semester II 2025: Sektor Paling Potensial

Senin, 16 Juni 2025 - 19:44 WIB

WEGE Raih Kontrak Raksasa Rp 100 Miliar!

Senin, 16 Juni 2025 - 19:15 WIB

Waskita Karya (WSKT) Fokus Tuntaskan Restrukturisasi Obligasi Rp 1,3 Triliun di 2025

Senin, 16 Juni 2025 - 17:55 WIB

CHIP Targetkan Kenaikan Kinerja 10% di 2025: Strategi Ambisius

Senin, 16 Juni 2025 - 17:40 WIB

Saham Big Bank Ambles! BNI Terjun Bebas di Awal Pekan

Berita Terbaru

Politics

Netanyahu: Iran 2 Kali Rencanakan Serangan ke Trump!

Senin, 16 Jun 2025 - 21:55 WIB

Entertainment

Nikita Mirzani dari Penjara Titip Pesan Lewat Film “Syirik”

Senin, 16 Jun 2025 - 21:19 WIB

Public Safety And Emergencies

Larangan Bawa Air Zamzam di Bagasi: Ini Alasannya!

Senin, 16 Jun 2025 - 20:46 WIB