IHSG Capai Rekor Baru di Atas 7.600: Menguak Prospek dan Rekomendasi Saham Pilihan di Paruh Kedua 2025
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa gemilang, berhasil mempertahankan momentum penguatan di zona hijau selama empat hari perdagangan berturut-turut. Bahkan, laju positif ini sukses mendorong indeks menembus level psikologis 7.600.
Pada penutupan perdagangan Senin (28/7/2025), IHSG mengukuhkan posisinya dengan penguatan 0,94% atau bertambah 71,26 poin, mencapai level 7.614,76. Laju impresif ini juga mencatatkan IHSG sebagai yang tertinggi sepanjang tahun berjalan, dengan akumulasi kenaikan mencapai 7,55%. Keberhasilan IHSG memecahkan rekor ini tentu memicu pertanyaan: bagaimana prospek IHSG ke depan? Simak analisis mendalam dari para pakar dan rekomendasi saham pilihan untuk paruh kedua tahun ini.
Oktavianus Audi, Analis sekaligus VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, optimistis menatap prospek IHSG pada paruh kedua tahun 2025. Ia menilai indeks akan semakin positif, didukung oleh beberapa sentimen utama yang saling berkesinambungan.
Pertama, adalah keberlanjutan pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral. Dengan proyeksi penurunan suku bunga sekitar 25–50 basis poin (bps), kebijakan ini berpotensi besar mendorong *rebalancing* portofolio investasi, termasuk dari investor asing, untuk beralih ke aset dengan risiko yang lebih tinggi di pasar saham.
Kedua, stabilnya perekonomian global yang terus membaik. Meredanya ketegangan geopolitik, tercapainya kesepakatan tarif perdagangan antara Amerika Serikat dan negara mitra dagang, serta normalisasi aktivitas ekonomi di dua kekuatan utama dunia, China dan Amerika Serikat, akan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif.
Ketiga, dukungan kuat dari faktor domestik yang solid. Stabilitas nilai tukar rupiah, pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih tangguh, serta daya beli masyarakat yang tetap terjaga menjadi fundamental yang kokoh bagi pergerakan IHSG.
Namun demikian, Audi mengingatkan bahwa ada beberapa faktor yang patut dicermati dan berpotensi menjadi pemberat laju IHSG. “Meski demikian, ada sejumlah pemberat yang dapat terjadi pada IHSG,” kata Audi kepada Kontan, Senin (28/7/2025). Salah satu perhatian utama adalah pemulihan kinerja keuangan saham-saham *blue chip* yang cenderung melambat, terutama pada sektor pertumbuhan dan siklikal seperti keuangan. Di samping itu, pelonggaran kebijakan moneter yang meleset dari harapan pasar juga turut menjadi potensi hambatan. Dengan kombinasi sentimen positif dan potensi risiko ini, Audi melihat peluang menarik pada saham-saham yang sempat mengalami koreksi, menjadikannya pilihan investasi yang patut dipertimbangkan.
Senada dengan pandangan positif, Managing Director Research PT Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, menyoroti peran dominan saham-saham milik grup Prajogo Pangestu sebagai motor penggerak indeks dalam beberapa pekan terakhir. Dukungan kuat datang dari potensi masuknya saham-saham ini ke dalam indeks MSCI, menyusul pencabutan perlakuan khusus sebelumnya. Setelah IHSG menembus level 7.600, Harry menetapkan target *bullish* indeks berada di kisaran 7.700. “Proyeksi ini didasarkan pada asumsi pertumbuhan *Earning per Share* (EPS) sebesar 4,6% dan Rasio harga terhadap laba (P/E) di level 13 kali,” ucap Harry kepada Kontan, Senin (28/7/2025).
Meskipun demikian, Harry juga mengidentifikasi sentimen negatif yang dapat menekan laju indeks, terutama dari sektor perbankan. Laporan kinerja keuangan kuartal II-2025 emiten perbankan, yang belum sesuai ekspektasi pasar, menjadi bayang-bayang utama. “Secara fundamental di semester I-2025, banyak emiten yang membukukan laba di bawah perkiraan konsensus terutama di sektor perbankan dan telekomunikasi,” tambah Harry.
Rekomendasi Saham Pilihan
Dengan mempertimbangkan dinamika pasar dan proyeksi para analis, berikut adalah rekomendasi saham pilihan dari kedua analis untuk dicermati:
Harry Su dari Samuel Sekuritas memaparkan saham-saham pilihannya beserta target harga:
* PT Bank Central Asia Tbk (BBCA): Rp 10.000
* PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM): Rp 3.500
* PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP): Rp 12.800
* PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT): Rp 3.000
* PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA): Rp 2.000
Sementara itu, Oktavianus Audi dari Kiwoom Sekuritas merekomendasikan:
* Buy saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan target harga Rp 9.250.
* Buy saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan target harga Rp 3.460.
* Trading Buy saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dengan target harga Rp 9.000.
* Trading Buy saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan target harga Rp 1.570.