Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi signifikan pekan lalu, menembus level psikologis 7.000 dan menutup perdagangan Jumat di posisi 6.907,13.
Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan mencatat penurunan kumulatif yang cukup tajam, mencapai 3,61%. Menurut Praktisi Pasar Modal dan Founder WH-Project, William Hartanto, pelemahan ini secara teknikal sudah teridentifikasi.
William menjelaskan bahwa kegagalan IHSG menembus level 7.200 telah membentuk pola double top, yang mengindikasikan potensi penurunan. Ia menambahkan, sentimen eksternal seperti perang tarif dan konflik geopolitik di Timur Tengah masih sama kuatnya, namun aksi profit taking menjadi pemicu utama akibat gagalnya penembusan level 7.200.
Di sisi lain, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menyoroti beberapa sentimen yang mendorong pelemahan IHSG sepanjang pekan lalu.
Pertama, peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah menjadi perhatian utama. Keterlibatan anggota G7, termasuk Amerika Serikat, dalam konflik ini telah meningkatkan kekhawatiran pasar akan potensi kenaikan inflasi global.
Kedua, tertahannya suku bunga acuan, baik dari Bank Indonesia (BI) maupun The Fed (Fed Fund Rate/FFR), juga memberikan sentimen negatif. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan tekanan pada daya beli masyarakat dan permintaan kredit, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Terakhir, Audi mencatat bahwa tekanan jual dari investor asing mencapai Rp 4,52 triliun di seluruh perdagangan pekan lalu, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar.
Menatap perdagangan awal pekan ini, Audi memperkirakan IHSG masih akan bergerak melemah, namun cenderung terbatas. Ia memproyeksikan rentang pergerakan indeks berada pada level support 6.850 dan resistance 7.000, dengan indikator MACD yang menunjukkan tren pelemahan.
Pasar masih akan memantau ketat tensi yang terjadi di Timur Tengah; jika terjadi eskalasi, potensi tekanan terhadap pasar akan kembali meningkat. Selain itu, pidato Ketua The Fed Jerome Powell juga dinantikan investor, terutama pandangannya terkait kekhawatiran penundaan pelonggaran suku bunga dalam jangka pendek.
Senada dengan Audi, William Hartanto juga memperkirakan IHSG bakal bergerak melemah. Ia memproyeksikan rentang pergerakan indeks berada di antara 6.829 hingga 6.991.
Menurut William, sentimen yang mempengaruhi pergerakan ini masih berasal dari faktor teknikal, yang melanjutkan konfirmasi pola dan menandai dimulainya downtrend. Dalam kondisi ini, William merekomendasikan saham-saham pilihan seperti FORE dengan target harga Rp 730 per saham, ARCI di Rp 715 per saham, ENRG di Rp 400 per saham, dan BRPT dengan target Rp 1.700 per saham.