Prospek Saham Konsumer Tetap Cerah di Tengah Pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen
JAKARTA — Sektor saham konsumer diyakini masih memiliki prospek yang kokoh, bahkan di tengah pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Mei 2025. Penurunan IKK ini, meskipun mencerminkan moderasi sentimen, dinilai bersifat transisional dan tidak akan menggerus daya beli masyarakat secara fundamental.
Berdasarkan survei terbaru Bank Indonesia (BI), IKK Mei 2025 tercatat sebesar 117,5. Angka ini, meski masih berada di level optimistis, menunjukkan penurunan 4,2 poin dari posisi April yang mencapai 121,7. Pelemahan tersebut dipicu oleh merosotnya dua komponen utama IKK, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang turun 7,7 poin menjadi 106, serta Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang melemah 0,8 poin ke level 129 pada Mei 2025.
Fithra Faisal Hastiadi, Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa penurunan IKK ini mengindikasikan adanya moderasi sentimen rumah tangga dalam jangka pendek, khususnya setelah periode puncak konsumsi musiman Idulfitri. “Angka ini merupakan level terendah sejak September 2022, sejalan dengan perlambatan ekonomi,” ungkap Fithra dalam publikasi risetnya, dikutip Sabtu (14/6/2025).
Meski demikian, Fithra menilai pelemahan IKK tersebut lebih bersifat transisional ketimbang struktural. Pasalnya, berbagai subsidi pemerintah yang baru-baru ini digulirkan diharapkan mampu menjaga daya beli konsumen, terutama di segmen menengah ke bawah. Lebih lanjut, dengan prospek inflasi yang stabil, tren penurunan harga pangan, serta ketahanan eksternal ekonomi yang kuat, intervensi pemerintah diyakini akan menjadi penopang utama keyakinan dan laju konsumsi rumah tangga ke depan. “Dengan adanya stimulus fiskal dan inflasi yang terjaga, pemulihan keyakinan dalam jangka menengah tetap berada pada jalurnya,” pungkasnya optimis.
Senada, Analis BRI Danareksa Sekuritas, Christy Halim, menambahkan bahwa stimulus ekonomi dari pemerintah, ditambah dengan penguatan nilai tukar rupiah, akan berperan krusial dalam mendukung daya beli masyarakat serta kinerja laba emiten sektor konsumer pada paruh kedua tahun 2025. Namun demikian, tidak dapat dimungkiri bahwa laporan laba emiten konsumer pada kuartal I/2025 sempat menunjukkan pelemahan, yang mencerminkan redupnya permintaan domestik dan berlanjutnya tren *downtrading* oleh konsumen selama periode Idulfitri.
Christy menekankan, “Meskipun laju pendapatan pada April 2025 dari beberapa emiten konsumer menunjukkan perbaikan, kami menilai performa Mei–Juni 2025 akan menjadi kunci untuk menilai keberlanjutan pemulihan.” Di tengah dinamika pasar ini, BRI Danareksa Sekuritas tetap mempertahankan peringkat *overweight* untuk sektor konsumer. Keputusan ini didasarkan pada daya tahan sektor konsumer yang telah terbukti mampu bertahan di tengah perlambatan ekonomi, seperti yang terlihat pada kuartal III/2021, serta kuartal II dan III/2023.
Adapun risiko utama yang patut dicermati dalam sektor konsumer meliputi kemungkinan daya beli masyarakat yang lebih lemah dari perkiraan dalam beberapa kuartal mendatang, serta potensi kenaikan harga komoditas lunak (*soft commodity*) yang lebih tinggi dari proyeksi, yang dapat menekan margin keuntungan emiten lebih dalam.
*Disclaimer*: *Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.*