Skandal Suap Guncang Malut United: Dua Petinggi Dipecat, Klub Tetap Percaya Pelatih Lokal
Malut United, klub sepak bola kebanggaan Maluku Utara, tengah menghadapi badai besar. Pemecatan mengejutkan Imran Nahumarury (pelatih kepala) dan Yeyen Tumena (direktur teknik) pada Senin (16/6) telah mengguncang jagat sepak bola nasional. Bukan sekadar pergantian personel, pemecatan ini terungkap sebagai buntut dari dugaan praktik suap dalam perekrutan pemain.
Asghar Saleh, asisten manajer Malut United, membongkar praktik tersebut. Ia mengungkapkan indikasi penyimpangan sudah tercium sejak klub berlaga di Liga 2 musim 2023/2024. Mayoritas pemain, menurut Asghar, diharuskan memberikan sejumlah uang kepada Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena untuk mendapatkan kontrak. “Waktu di Liga 2 itu mayoritas pemain (yang memberi setoran), di Liga 1 ada sebagian yang begitu,” ungkap Asghar.
Pihak manajemen, termasuk pemilik klub, rupanya sudah lama mengetahui indikasi ini. Namun, mereka memberikan kesempatan kepada keduanya untuk berubah dan menjalankan nilai-nilai profesionalisme dan kejujuran. Sayangnya, kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan. “Fondasi utama kami itu kejujuran. Dari sana baru bisa bicara soal integritas. Tapi ketika diberi kesempatan pun tidak ada perubahan,” tegas Asghar.
Keputusan tegas pun akhirnya diambil. Pemecatan Imran dan Yeyen menjadi bukti komitmen Malut United terhadap transparansi dan integritas. Meskipun diterpa isu sensitif ini, klub berjuluk Laskar Kie Raha tersebut tetap teguh menatap masa depan. Mereka menolak larut dalam polemik dan justru fokus memperkuat pondasi klub.
Salah satu langkah strategis yang diambil adalah konsistensi dalam menggunakan pelatih lokal. Berbeda dengan tren penggunaan pelatih asing yang mendominasi Liga 1, Malut United tetap memegang teguh komitmennya untuk memberdayakan talenta lokal. “Kami tetap konsisten memakai pelatih lokal. Ini adalah bagian dari komitmen klub untuk membangun ekosistem sepak bola yang sehat dan berkelanjutan,” tegas Asghar Saleh.
Langkah Malut United ini patut diapresiasi. Di tengah badai skandal, klub ini memilih untuk membenahi sistem internal, mengedepankan integritas, dan memberdayakan talenta lokal sebagai wujud identitas klub yang kuat. Keputusan ini membuktikan bahwa keberhasilan di dunia sepak bola tidak hanya ditentukan oleh pelatih asing, namun juga oleh integritas dan komitmen terhadap pengembangan talenta lokal.