Terobosan Dekade: Uni Eropa dan Indonesia Capai Kesepakatan Politik Perjanjian Perdagangan Bebas Ambitius
Brussels, Belgia – Setelah hampir satu dekade perundingan intensif, Uni Eropa dan Indonesia secara resmi mengumumkan pencapaian kesepakatan politik untuk menuntaskan perjanjian perdagangan bebas bilateral. Pengumuman bersejarah ini disampaikan langsung oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, bersama Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, di Brussels pada Minggu, 13 Juli 2025.
Dalam konferensi pers, Von der Leyen menyoroti pentingnya momen ini di tengah gejolak global. “Kita hidup di masa yang penuh gejolak, ketika ketidakpastian ekonomi bertemu dengan volatilitas geopolitik. Mitra seperti kita harus semakin erat. Jadi, hari ini kita mengambil langkah besar dalam kemitraan ini,” ungkapnya, menegaskan komitmen kedua belah pihak untuk mempererat hubungan.
Kesepakatan ini, yang disebut Von der Leyen sebagai “Perjanjian Perdagangan Bebas yang ambisius,” menandai tonggak penting menuju finalisasi kesepakatan pada September 2025. Selanjutnya, dokumen resmi akan dirampungkan oleh Kepala Perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto. Von der Leyen optimis bahwa kesepakatan ini akan membuka pintu bagi pertumbuhan ekonomi. “Ada banyak potensi yang belum dimanfaatkan dalam hubungan perdagangan kita. Kesepakatan ini hadir di waktu yang tepat, membuka pasar-pasar baru, menciptakan lebih banyak peluang di industri utama, aktivitas bisnis, pertanian, otomotif, dan jasa,” tambahnya, seperti dikutip dari *AFP*.
Sejak tahun 2016, Uni Eropa, yang terdiri dari 27 negara, dan Indonesia, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, telah aktif merundingkan kesepakatan ini. Upaya negosiasi ini semakin diintensifkan di tengah iklim ketidakpastian global, termasuk ancaman perang dagang yang sempat dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Von der Leyen pun menegaskan bahwa langkah ini merupakan bukti nyata komitmen Uni Eropa dalam mencari pasar-pasar baru yang lebih terbuka.
Menyambut baik pencapaian ini, Presiden Prabowo Subianto menyebutnya sebagai “terobosan” signifikan setelah perundingan yang berlangsung selama satu dekade penuh. “Setelah 10 tahun negosiasi, kami telah mencapai kesepakatan untuk memiliki Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif, yang pada dasarnya merupakan perjanjian perdagangan bebas,” jelas Prabowo. Ia juga menegaskan pandangan Indonesia terhadap Eropa. “Kami menganggap Eropa masih merupakan faktor yang sangat penting, dan kami ingin melihat Eropa yang sangat kuat,” lanjutnya, meskipun turut menekankan bahwa Amerika Serikat tetap menjadi pemimpin penting di kancah global.
Sebagai informasi, Uni Eropa menempati posisi mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia, dengan total nilai perdagangan bilateral mencapai 30,1 miliar dolar AS pada tahun 2024. Namun, perjalanan menuju kesepakatan ini tidak lepas dari tantangan. Hubungan kedua belah pihak sempat memanas akibat usulan larangan impor Uni Eropa atas produk-produk yang terkait deforestasi, termasuk minyak sawit yang merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia. Aturan kontroversial tersebut kini telah ditunda hingga akhir tahun ini, membuka jalan bagi kelancaran kesepakatan perdagangan bebas ini.