## Tan Joe Hok, Legenda Bulu Tangkis Indonesia yang Berpulang
Indonesia berduka. Tan Joe Hok, legenda bulu tangkis yang namanya harum di kancah internasional, telah meninggal dunia pada Senin, 2 Juni 2025, pukul 10.52 WIB di Rumah Sakit Medistra. Kabar duka ini disampaikan langsung oleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) melalui akun media sosial resmi mereka. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi dunia olahraga Indonesia dan para penggemar bulu tangkis.
Tan Joe Hok, yang juga dikenal dengan nama Hendra Kertanegara, lahir di Bandung pada 11 Agustus 1937. Perjalanan hidupnya menuju puncak prestasi merupakan kisah inspiratif tentang kerja keras dan kegigihan. Ia memulai latihan bulu tangkis di lapangan yang dibangun ayahnya di depan rumah, sejak pagi buta, dengan cita-cita sederhana: mampu hidup berkecukupan. Doa dan tekadnya yang kuat membawanya bergabung dengan klub Blue White, Bandung, setelah dilirik oleh Lie Tjuk Kong.
Puncak kariernya dimulai pada tahun 1954. Di usia 17 tahun, Tan Joe Hok menjuarai kejuaraan nasional setelah mengalahkan Njoo Kiem Bie. Kemenangan ini membuka jalan bagi kesempatan-kesempatan luar biasa. Ia berkesempatan bermain di India, mengunjungi berbagai kota seperti Bombay, New Delhi, dan Calcutta, serta Bangkok dan Singapura. Saat tur tersebut, Ismail bin Mardjan, pasangan juara All England, meramalkan masa depan gemilang bagi Tan Joe Hok, mengatakan ia akan menjadi yang terbaik di dunia asalkan terus berlatih keras.
Ramalan tersebut menjadi kenyataan. Pada tahun 1959, Tan Joe Hok menorehkan sejarah sebagai atlet bulu tangkis Indonesia pertama yang berhasil menjuarai All England, mengalahkan Ferry Sonneville di babak final. Prestasi gemilangnya ini bahkan diliput oleh majalah Sports Illustrated edisi 13 April 1959, memikat perhatian publik Amerika Serikat. Sukses ini juga mengantarkannya pada beasiswa di Baylor University, Texas, mengambil jurusan Premedical Major in Chemistry and Biology.
Di tengah kesibukan studinya, Tan Joe Hok tetap membela Indonesia di Piala Thomas tahun 1961 di Jakarta dan 1964 di Tokyo. Ia juga meraih medali emas di Asian Games 1962. Sayangnya, keikutsertaannya di Piala Thomas 1964 di Tokyo membuatnya gagal menyelesaikan studi S-2 karena kekurangan kredit. Ia tercatat sebagai salah satu dari lima tunggal putra Indonesia yang pernah menjuarai All England, bersama Rudy Hartono, Liem Swie King, Ardy B Wiranata, dan Hariyanto Arbi.
Situasi politik yang tidak stabil pada tahun 1965 memaksanya untuk mengubah nama. Atas perintah Kolonel Mulyono dari CPM Guntur, atlet-atlet berdarah Tionghoa diminta mengganti nama. Tan Joe Hok pun diberi nama Hendra oleh HR Dharsono, Panglima Kodam Siliwangi, dan menambahkan “Kertanegara” sendiri.
Dedikasi Tan Joe Hok pada bulu tangkis berlanjut setelah pensiun sebagai atlet. Ia menjadi pelatih bulu tangkis di PB Djarum sejak 1982 dan berhasil mengantarkan anak didiknya meraih kemenangan di Piala Thomas 1984. Pengabdiannya yang luar biasa dihargai dengan penghargaan Lifetime Achievement Award dari KONI Pusat pada tahun 2021.
Kepergian Tan Joe Hok merupakan kehilangan besar bagi dunia bulu tangkis Indonesia. Kisah hidupnya, dari cita-cita sederhana hingga menjadi legenda All England, akan selalu dikenang sebagai inspirasi bagi generasi penerus.