Scroll Pinterest, rumah impian terpampang nyata: dapur estetis, kamar minimalis, dan kenyamanan yang seolah tak terjangkau. Namun, realita bagi banyak anak muda berkata lain. Rumah idaman masih berupa pin di papan impian, belum menjadi kenyataan. Mengapa? Bukan karena malas, melainkan karena kecepatan perubahan dunia yang jauh melampaui laju kenaikan gaji.
Generasi muda hari ini bekerja keras. Banyak yang bekerja lembur, mengambil pekerjaan sampingan, dan gigih menjalani *freelance* demi bertahan hidup di kota besar. Ironisnya, memiliki rumah sendiri tetap menjadi mimpi yang sulit diraih. Harga properti meroket jauh lebih cepat daripada peningkatan pendapatan, menjadikan KPR terasa seperti beban tak berujung. Berbeda dengan orang tua kita yang mungkin bisa membeli rumah setelah beberapa tahun bekerja, kita bahkan bersyukur bisa menyewa di lokasi yang relatif dekat dengan tempat kerja.
Banyak yang masih tinggal bersama keluarga, bukan karena ketidakmampuan mandiri, tetapi karena realita biaya hidup yang semakin tinggi membuat menabung menjadi perjuangan berat. Situasi ini semakin kompleks bagi generasi *sandwich*, yang gajinya tak hanya untuk kebutuhan pribadi, tetapi juga untuk membantu orang tua, membiayai pendidikan adik, atau menghadapi pengeluaran tak terduga. Jadi, bukannya tak menginginkan rumah impian, tetapi prioritas lain kerap menggeser impian tersebut.
Manifestasi dan *vision board* memang mendorong kita untuk percaya pada kekuatan visualisasi. Menuliskan target, membayangkan detailnya, dan merasakan seolah-olah sudah memilikinya adalah langkah positif. Namun, realita berupa gaji pas-pasan, utang pendidikan, dan harga kebutuhan pokok yang terus naik kerap membuat mimpi terasa jauh.
Memasang foto rumah impian di Pinterest bukanlah kesalahan. Justru, itu bisa menjadi pengingat akan cita-cita untuk hidup lebih baik daripada sekadar bertahan. Yang perlu dihindari adalah perbandingan diri dengan orang lain yang terlihat lebih sukses. Siapa tahu, kesuksesan yang terlihat itu hanyalah pencitraan yang menyembunyikan perjuangan dan pengorbanan.
Memiliki rumah, berlibur ke luar negeri, makan tanpa perlu melihat harga – semua impian itu sah dan layak diperjuangkan. Namun, jika belum tercapai saat ini, bukan berarti kita gagal. Mungkin kita hanya menempuh jalur yang berbeda, perjalanan yang lebih panjang, tetapi bukan berarti tak akan sampai pada tujuan.
Rumah impian mungkin belum terwujud, tetapi itu tidak berarti kita pasif. Kita telah bekerja keras, bertahan, dan terus berproses. Jangan meremehkan perjalanan kita hanya karena hasil akhirnya belum bisa dipamerkan. Pinterest tetap bisa diisi, sebagai pengingat bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang mimpi yang masih menyala.
Suatu hari nanti, mungkin kita akan benar-benar berada di rumah impian itu, bukan hanya sebagai pin di papan, tetapi sebagai kenyataan. Saat itu, kita akan menyadari bahwa perjalanan panjang, sekalipun penuh tantangan, bukanlah sia-sia.