Rotasi Sektoral di Pasar Saham: Tren dan Prospek Menarik di Semester II 2025
Tengah memanasnya geopolitik Timur Tengah dan meredupnya perang dagang AS-China, pasar saham Indonesia mengalami rotasi sektoral yang dinamis. Beberapa sektor telah mencatatkan kenaikan signifikan sejak awal tahun hingga 16 Juni 2025. Sektor teknologi memimpin dengan lonjakan 69,75%, diikuti sektor bahan baku (21,53%) dan transportasi & logistik (9,96%).
Namun, Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, mengingatkan potensi profit taking jika sentimen negatif muncul. Ia menilai valuasi beberapa saham sudah premium. “Kecuali sektor bahan baku, yang berpotensi menguat jika konflik Israel-Iran meningkat,” jelasnya. Liza mencontohkan dampak perang Rusia-Ukraina tahun 2022 yang mendorong harga komoditas dan membuat IHSG, dengan karakteristik *commodity-driven*, menjadi sangat *bullish*. Ia memprediksi siklus komoditas akan *bullish* mulai 2025, sehingga eskalasi konflik Timur Tengah saat ini bisa menjadi momentum yang tepat. Lebih lanjut, Liza juga memproyeksikan rebalancing portofolio investor institusi pada semester II 2025, terutama jika suku bunga acuan turun. Potensi penurunan suku bunga The Fed dan BI pada September mendatang, menurutnya, akan membuat sektor perbankan menarik.
Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory, mengamati potensi berlanjutnya penguatan sektor yang telah naik, meski rotasi sektoral diprediksi terjadi. Ia melihat sinyal pelemahan di sektor teknologi dan kesehatan, sementara sektor keuangan masih stagnan. “Sektor bahan baku, terutama emas dan energi, serta transportasi dan logistik, khususnya emiten perkapalan, berpotensi tetap menguat,” tambahnya.
Mirae Asset Sekuritas memiliki pandangan berbeda. Martha Christina, Head of Investment Information, menilai sektor perbankan, meskipun saat ini belum semenarik komoditas, berpotensi menarik arus modal asing (capital inflow) seiring potensi pemangkasan suku bunga The Fed. Mereka merekomendasikan BBCA karena kinerja terbaik di antara bank besar lainnya. Emas juga menjadi pilihan utama Mirae Asset, mempertimbangkan ketidakpastian geopolitik yang membuat harga emas diperkirakan tetap tinggi (di atas US$3.000 per ons troi). ANTM menjadi *top pick* mereka di sektor ini. Selain itu, Mirae Asset juga menyukai sektor logam, melihat potensi peningkatan permintaan dari China seiring meredanya tensi dagang AS-China. Mereka merekomendasikan *selective buy* pada emiten timah dan nikel seperti NCKL, DFKT, dan NCIL.
Kiwoom Sekuritas, di sisi lain, memilih sektor konsumer dan kesehatan (ACES dengan target harga Rp 654 dan KLBF dengan target Rp 1.760), serta sektor perbankan (BBRI dengan target Rp 4.720 dan BMRI dengan target Rp 6.300 dalam 12 bulan ke depan). Untuk sektor energi dan utilitas, pilihan mereka jatuh pada PTBA (target Rp 3.100), MTEL (target Rp 700), dan AKRA (target Rp 1.500).
(Grafik PTBA oleh TradingView)