IPO Kripto COIN Cetak Oversubscribed 70 Kali: Antusiasme Pasar Diiringi Isu Integritas Pionir Bursa Kripto Indonesia
PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) mencetak sejarah di pasar modal Indonesia dengan penawaran umum perdana (IPO) sahamnya yang mencatatkan kelebihan permintaan atau *oversubscribed* lebih dari 70 kali. Lebih dari 100 ribu calon investor membanjiri pemesanan saham COIN, menandai antusiasme luar biasa terhadap kehadiran pionir bursa kripto di lantai bursa. Chief Investment Officer Coinwise, Andry Hakim, seperti dilansir dari *Antara*, menegaskan potensi respons positif pasar ini, mengingat COIN merupakan entitas bursa kripto pertama yang melantai di pasar modal Indonesia.
Sebagai entitas induk, COIN membawahi dua anak usaha strategis: PT Central Finansial X (CFX), bursa aset kripto perdana dan satu-satunya di Indonesia, serta PT Kustodian Koin Indonesia (ICC) atau Indonesia Coin Custodian, lembaga penyimpanan aset kripto. Kredibilitas kedua entitas ini semakin kuat karena telah mengantongi izin resmi dan berada di bawah pengawasan ketat Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam aksi korporasi ini, COIN menawarkan 2,2 miliar lembar saham dengan harga Rp 100 per saham. Perseroan telah mengantongi pernyataan efektif dari OJK, menjadi lampu hijau bagi pelaksanaan IPO ini.
Masa penawaran awal IPO COIN pada 23-25 Juni 2025 telah menunjukkan respons yang sangat positif dari calon investor maupun masyarakat. Emiten kripto ini dijadwalkan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Juli 2025 mendatang, menandai babak baru bagi pasar kripto nasional. Hingga 3 Juli 2025, tercatat 31 pedagang aset kripto telah terdaftar sebagai anggota bursa CFX, dengan 20 di antaranya telah mengantongi izin resmi sebagai Pedagang Aset Keuangan Digital (PAKD) dari OJK. Tren positif ini sejalan dengan data OJK yang menunjukkan total nilai transaksi aset kripto nasional pada April 2025 mencapai Rp 35,61 triliun, meningkat signifikan dari Rp 32,45 triliun pada bulan sebelumnya. Peningkatan ini juga diiringi lonjakan jumlah konsumen aset kripto menjadi 14,16 juta dari 13,71 juta.
Namun, di tengah euforia IPO bersejarah ini, muncul sorotan tajam dari Pengamat Hukum dan Pembangunan, Hardjuno Wiwoho. Ia memperingatkan agar momentum penting ini tidak lantas mengikis kredibilitas pasar modal nasional. Menurut Hardjuno, meski *initial public offering* COIN mencatatkan diri sebagai tonggak baru, integritasnya harus tetap terjaga tanpa cela, khususnya karena statusnya sebagai pionir. Ia khawatir jika pencapaian ini justru menciptakan preseden yang keliru di kemudian hari.
Hardjuno menekankan bahwa isu ini melampaui legalitas formal semata, menyentuh ranah etika dan kepercayaan publik. “Pasar modal adalah institusi kepercayaan,” tegasnya. “Calon emiten harus bersih, tidak hanya dari sisi laporan keuangan, tetapi juga dari aspek *governance* yang kuat.” Pihak COIN memang telah menanggapi polemik ini dengan menyatakan bahwa individu yang disorot kini tidak lagi tercatat sebagai pemilik manfaat akhir perusahaan. Namun, bagi Hardjuno, klarifikasi tersebut belum cukup meredakan keresahan publik terkait transparansi dan integritas pihak-pihak yang terlibat. Ia menambahkan bahwa semangat regulasi seperti Peraturan BAPPEBTI No. 8 Tahun 2021 yang mendorong transparansi dan perlindungan investor, tidak akan cukup kuat jika otoritas tidak bersikap tegas dalam menjaga integritas pasar.
“Ini adalah tentang membangun ekosistem pasar digital yang berkelanjutan dalam jangka panjang,” ujar Hardjuno. Ia khawatir jika pihak-pihak dengan latar belakang yang diduga bermasalah dibiarkan masuk ke dalam sistem saat ini, maka kepercayaan terhadap pasar aset digital Indonesia akan sulit terbangun. Sebagai pelajaran berharga, Hardjuno merujuk pada skandal global seperti kasus BitMEX di Amerika Serikat dan Thodex di Turki, menyoroti betapa berbahayanya kelengahan dalam pengawasan terhadap pelaku industri kripto. “Kita tidak ingin Indonesia masuk ke dalam daftar negara yang gagal mengawasi dengan benar pionir industri kripto. Keberhasilan IPO COIN harus dibarengi dengan komitmen *clean and clear* dari seluruh pihak yang terlibat di dalamnya,” tegasnya.
Oleh karena itu, Hardjuno mendesak Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan otoritas kripto terkait untuk tidak terbuai euforia jangka pendek semata. Baginya, menjaga kredibilitas institusi pasar jauh lebih krusial dibandingkan sekadar merayakan debut IPO kripto. “Kita boleh bangga punya pionir IPO kripto, namun jangan sampai menutup mata terhadap potensi yang bisa merusak kepercayaan publik,” pungkas Hardjuno Wiwoho. “Karena sekali saja kredibilitas pasar goyah, akan butuh waktu sangat panjang untuk memulihkannya.”
