Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menegaskan bahwa negaranya tidak memiliki ambisi untuk memproduksi senjata nuklir. Meskipun demikian, ia menekankan bahwa Iran akan tetap mempertahankan haknya untuk memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai.
Pernyataan ini muncul setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata dengan Israel pada hari Selasa (24/6), yang mengakhiri konflik bersenjata selama 12 hari antara kedua negara.
Setelah gencatan senjata disepakati, Pezeshkian melakukan komunikasi dengan Presiden Uni Emirat Arab (UEA), Mohammed bin Zayed, pada hari yang sama. Dalam percakapan telepon tersebut, Pezeshkian kembali menegaskan tujuan Iran dalam pengembangan energi nuklir.
Kepemilikan nuklir Iran telah lama menjadi alasan bagi Israel untuk melancarkan serangan, yang bahkan sempat didukung oleh sekutu dekatnya, Amerika Serikat (AS).
“Kami berharap Anda dapat menjelaskan kepada mereka, dalam hubungan Anda dengan Amerika Serikat, bahwa Republik Islam Iran hanya ingin menegaskan hak-haknya yang sah,” ujar Pezeshkian dalam percakapannya dengan Mohammed bin Zayed. Ia menambahkan, “Kami tidak pernah berusaha untuk memperoleh senjata nuklir dan kami tidak menginginkannya.”
Lebih lanjut, Pezeshkian menyatakan bahwa Iran siap untuk membahas setiap permasalahan melalui jalur perundingan.
Serangan Israel ke Iran yang dimulai sejak 13 Juni 2025, telah menyebabkan tewasnya sejumlah pejabat tinggi militer serta ilmuwan nuklir terkemuka Iran. Serangan-serangan tersebut juga mengakibatkan kerusakan pada fasilitas nuklir Iran.
Selain itu, serangan yang dilakukan oleh AS pada akhir pekan lalu menargetkan fasilitas nuklir di Fordo, Isfahan, dan Natanz. Presiden AS saat itu, Donald Trump, mengklaim bahwa serangan tersebut telah menghancurkan total program nuklir Iran, yang dituduh sedang mengembangkan senjata.
Namun, laporan Trump dibantah oleh Badan Intelijen AS. Mereka melaporkan bahwa serangan tersebut hanya memperlambat pengelolaan dan pengayaan nuklir Iran.
Laporan tersebut juga menegaskan bahwa Iran tidak memiliki atau sedang mengembangkan senjata nuklir. Program tersebut telah dihentikan oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei pada awal tahun 2000-an.