Israel Luncurkan Serangan Terhadap Iran, Konflik Nuklir Memanas di Timur Tengah
Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah memuncak setelah Israel melancarkan serangan terhadap Iran pada Jumat, 13 Juni 2024. Target utama serangan tersebut adalah pabrik nuklir Iran dan sejumlah lokasi militer strategis. Eskalasi ini terjadi menyusul peringatan Presiden AS Donald Trump mengenai potensi konflik besar yang berkecamuk di kawasan tersebut.
Laporan televisi pemerintah Iran mengonfirmasi adanya ledakan yang terdengar di ibu kota Teheran pada Jumat pagi. Pasca-serangan, sistem pertahanan udara Iran segera ditingkatkan ke status siaga penuh 100 persen, mengindikasikan tingkat kewaspadaan yang ekstrem.
Merespons serangan tersebut, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengindikasikan kemungkinan balasan dari Teheran. Ia memperingatkan bahwa serangan rudal dan pesawat tak berawak terhadap Negara Israel serta warga sipilnya dapat terjadi dalam waktu dekat. Pernyataan ini mendorong pemerintah Israel untuk mengumumkan keadaan darurat nasional, seperti yang dilansir dari NDTV.
Dampak serangan ini langsung terasa di pasar global, dengan harga minyak mentah melonjak signifikan hingga 6 persen. Kondisi ini terjadi setelah Presiden Trump sebelumnya telah memperingatkan kemungkinan serangan Israel terhadap Iran, sekaligus mengumumkan penarikan staf AS dari kawasan tersebut.
Sebelumnya, saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Kamis, Trump sempat menyoroti potensi serangan Israel. “Saya tidak ingin mengatakan itu akan terjadi dalam waktu dekat, tetapi tampaknya itu adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi,” ujarnya, mengisyaratkan ketidakpastian namun mengakui kemungkinan besar konflik.
Meski demikian, Trump juga mengungkapkan keyakinannya bahwa kesepakatan “cukup bagus” terkait program nuklir Iran sudah hampir tercapai. Namun, ia khawatir serangan Israel terhadap musuh bebuyutannya itu dapat menghancurkan peluang terwujudnya kesepakatan damai tersebut.
Mengenai percakapannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin, Pemimpin AS itu tidak merinci. Namun, ia secara tegas menyatakan, “Saya tidak ingin mereka masuk, karena saya pikir itu akan merusak segalanya,” menegaskan kekhawatirannya akan intervensi militer. Uniknya, Trump segera menambahkan perspektif lain, “Sebenarnya itu bisa membantu, tetapi bisa juga menghancurkannya,” menunjukkan ambivalensi dalam pandangannya terhadap potensi dampak serangan tersebut.
Sementara itu, seorang pejabat AS memastikan bahwa Amerika Serikat tidak terlibat dalam serangan Israel terhadap Iran.
Penarikan staf kedutaan AS dari Irak, yang dimulai pada Rabu, menggarisbawahi kompleksitas dinamika regional, mengingat Irak telah lama menjadi zona konflik proksi antara Washington dan Teheran. Israel sendiri, yang sangat bergantung pada dukungan militer dan diplomatik AS, memandang Iran sebagai ancaman eksistensial, bahkan telah melancarkan serangan terhadap pertahanan udara Iran pada tahun sebelumnya.
Komitmen Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak lagi menahan diri semakin kuat sejak serangan tak terduga oleh Hamas, yang didukung Teheran, pada 7 Oktober 2023. Insiden tersebut memicu respons militer besar-besaran Israel di Gaza, dan kini tampaknya meluas ke Iran.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, termasuk Israel, telah berulang kali menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang secara konsisten dibantah oleh Teheran. Desakan Israel agar negara-negara lain mengambil tindakan lebih lanjut menguat setelah Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) PBB pada Rabu menuduh Iran tidak mematuhi kewajibannya terkait program nuklir. Situasi ini menambah tekanan diplomatik di tengah eskalasi militer yang kian mengkhawatirkan.