Perjalanan Tak Terlupakan ke California: Merajut Kenangan Indah di Tanah Amerika
Setelah menjelajahi pesona Eropa, kini tiba saatnya kita berlayar melintasi Samudra Atlantik menuju benua kedua terbesar di dunia: Amerika Serikat. Bagi keluarga kami, Amerika Serikat bukan sekadar destinasi wisata biasa, melainkan panggung bagi sebuah momen penting yang tak terlupakan: kelulusan putra pertama kami di California.
Pada akhir Mei 1987, kami sekeluarga—saya, suami tercinta, putra kedua, putri bungsu, dan adik saya Maria—memulai perjalanan panjang menumpang pesawat Delta Air menuju Amerika. Destinasi pertama kami adalah Chico, sebuah kota kecil di California tempat putra pertama kami, Irmansyah, menuntut ilmu dan menghabiskan masa perkuliahannya.
Kebahagiaan kami memuncak ketika Irmansyah, putra sulung kami, berhasil meraih gelar Master of Computer Science dari California State University pada usia 21 tahun dengan predikat *Magna Cum Laude*. Momen pengumuman namanya di hadapan ratusan hadirin, “Irmansyah Effendi from Indonesia. Master of Computer Science with predicate Magna Cum Laude,” adalah kebanggaan tak terkira, bukti nyata bahwa anak bangsa mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Sungguh merupakan sebuah kebahagiaan dan sekaligus kebanggaan tersendiri bagi kami berdua sebagai orang tua. Hal ini melambungkan rasa syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan untuk menyaksikan Putra kami di wisuda di California State University di Amerika Serikat.
Selain momen wisuda yang mengharukan, perjalanan ini juga menjadi ajang eksplorasi keindahan alam dan hiburan yang ditawarkan California. Putra kami menjadi pemandu wisata terbaik, membawa kami ke berbagai tempat menakjubkan seperti Lake Tahoe. Sungguh tak terduga, di penghujung Mei dan Juni yang merupakan musim semi di Amerika, kami justru menemukan salju abadi di sana. Dinginnya udara dan pemandangan salju yang memukau menjadi pengalaman pertama yang tak terlupakan bagi kami di Amerika.
Petualangan berlanjut ke Reno, Nevada, yang terkenal dengan gemerlap kasinonya. Di sana, kami menginap di hotel Circus Circus yang menawarkan atraksi sirkus gratis bagi para tamu. Kami turut serta dalam permainan di area kasino dan pulang dengan membawa banyak boneka sebagai hadiah kemenangan, sebuah kegembiraan kecil yang menambah semarak perjalanan kami.
Tak lengkap rasanya kunjungan ke California tanpa menyambangi Hollywood, pusat industri perfilman dunia yang selama ini hanya kami saksikan di layar lebar. Di Universal Studios Hollywood, kami merasakan langsung euforia di balik layar. Sebuah tur bus membawa kami berkeliling studio, menghadirkan kejutan demi kejutan. Dari suara gemuruh air bah yang mendebarkan hingga ledakan api yang mengejutkan, setiap adegan yang kami alami seolah menghidupkan kembali film-film favorit. Bahkan, momen saat bus kami ‘diserang’ King Kong raksasa yang tiba-tiba muncul membuat semua penumpang menjerit kaget, meninggalkan kesan yang mendalam dan tak terlupakan.
California memang menawarkan lanskap yang luas dengan kota-kota ikonik seperti Los Angeles, San Diego, San Francisco, dan Sacramento. Namun, di luar gemerlap destinasi wisata dan atraksi yang memukau, pengalaman di Amerika Serikat ini memiliki makna yang jauh lebih dalam bagi kami. Ini bukan sekadar liburan, melainkan perjalanan yang mengukir kenangan indah, terutama karena di sinilah putra kami berhasil membuktikan dedikasinya dan mengharumkan nama Indonesia melalui prestasi akademisnya.
Pengalaman unik dan menarik ini, terlepas dari segala isu yang berkaitan dengan politik, telah menorehkan jejak kebahagiaan abadi dalam hidup kami. Terima kasih kepada seluruh sahabat di Kompasiana yang telah meluangkan waktu membaca kisah perjalanan ini.
2 Juni 2025.
Salam saya,
Roselina.