Kenapa Traveling Bikin Baper? Ini Penjelasan Ilmiahnya!

Avatar photo

- Penulis Berita

Rabu, 18 Juni 2025 - 10:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berikut adalah artikel yang telah ditingkatkan:

Mengapa Traveling Seringkali Berujung pada Cinta? Ini Penjelasan Ilmiahnya!

Pernahkah Anda mendengar kisah romantis seseorang yang menemukan jodohnya saat berpetualang? Fenomena ini, meskipun terdengar seperti plot film, ternyata bukan sekadar kebetulan semata. Berbagai kisah nyata membuktikan, seperti Kelly Tolliday yang menemukan kekasih di Irlandia saat menghadiri pernikahan temannya. Demikian pula Lanie van der Horst, kreator blog perjalanan keluarga, yang bertemu calon suaminya dalam tur tiga minggu di luar negeri. Tak ketinggalan Isheeta Borkar dari Travelicious Couple, yang menemukan koneksi spesial melalui Tinder saat mengunjungi Seattle.

Ternyata, di balik romansa perjalanan ini, ada penjelasan ilmiah yang kuat. Para ahli sepakat, bepergian menciptakan lingkungan ideal untuk tumbuhnya benih-benih cinta, mulai dari penurunan stres hingga keterbukaan terhadap pengalaman baru.

Stres Menurun, Hati Lebih Terbuka

Salah satu alasan utama mengapa *traveling* membuka pintu hati adalah kemampuannya meredakan stres. Daniel Clarke, pakar perjalanan dan Direktur Parklink di Inggris, menjelaskan bahwa saat kita menjelajah ke luar negeri, pikiran cenderung lebih rileks dan terbebas dari beban rutinitas harian. Senada dengan itu, jurnalis sains Florence Williams menambahkan bahwa lingkungan baru, terutama alam bebas, secara ilmiah dapat menurunkan indikator biologis stres seperti tekanan darah, detak jantung, dan pernapasan hanya dalam tiga hari. Kondisi hati yang tenang ini secara alami membuat seseorang lebih terbuka terhadap pengalaman dan hubungan baru. Seperti yang diungkapkan Sunil Gupta, Pendiri Luxury India Tours LLP, “Inilah salah satu alasan utama kita bepergian, untuk keluar dari rutinitas dan merasakan kehidupan yang berbeda.”

Rasa Menjadi Diri Sendiri yang Otentik

Selain itu, *traveling* juga menghadirkan efek psikologis “awal baru” yang sangat kuat. Jauh dari ekspektasi sosial atau tekanan pekerjaan, seseorang cenderung merasa lebih menjadi dirinya sendiri, lebih hadir di momen kini, dan tidak lagi terbebani ekspektasi. Isheeta Borkar, *traveler* sekaligus penulis perjalanan, menegaskan, “Ketika *traveling*, kita lebih hadir di momen sekarang dan tidak terlalu terbebani ekspektasi.” Keaslian inilah yang kemudian menjadi magnet kuat, menarik hubungan yang tulus dan bermakna.

Peluang Bertemu Orang Baru dalam Suasana Petualangan

Kesempatan untuk bertemu orang baru juga jauh lebih besar saat kita bepergian, didukung oleh konsep “growth mindset” dari psikolog Carol Dweck. Dweck menjelaskan bahwa ketika seseorang berada dalam zona belajar dan adaptasi, seperti yang sering terjadi saat menjelajahi tempat baru, mereka lebih terbuka untuk membentuk koneksi yang mendalam. Kelly Tolliday menambahkan, “Dalam situasi belajar dan berkembang, koneksi antarmanusia menjadi lebih mudah terbentuk.” Berbagi momen unik seperti *zipline* di hutan hujan atau tersesat di desa Italia dapat mempererat ikatan dalam waktu singkat. Hal ini diperkuat oleh pelepasan dopamin, zat kimia otak yang memicu rasa senang dan petualangan. Menurut pakar hubungan Holt, “Ketika emosi sedang tinggi, kemungkinan merasa tertarik pada orang lain juga meningkat,” sebuah temuan yang juga ditegaskan dalam studi *Journal of Personality and Social Psychology*. Suasana liburan seringkali terasa seperti dunia terpisah dari kehidupan nyata, membuat banyak *traveler* merasa lebih berani menunjukkan sisi rentan dan jujur pada orang asing. Sunil Gupta menyimpulkan, “Jenis kerentanan seperti ini, menurut pengalaman saya, justru bisa jadi awal dari koneksi yang nyata.”

Tips Destinasi untuk Menemukan Cinta Saat Traveling

Tertarik untuk mengalami kisah romantis Anda sendiri saat berpetualang? Para ahli menyarankan beberapa strategi. Pertama, pertimbangkan untuk mengikuti tur berkelompok atau kegiatan berbasis pengalaman, karena ini membuka kesempatan interaksi dengan individu yang memiliki minat serupa. Kedua, pilihlah destinasi dengan infrastruktur sosial yang selaras dengan nilai dan gaya hidup Anda. Terakhir, tentukan tujuan berdasarkan minat pribadi—misalnya, Florence atau Kyoto bagi pencinta seni dan budaya. Daniel Clarke menutup dengan bijak, “Kalau kalian sudah memilih tur yang sama, kemungkinan besar punya ketertarikan yang serupa.”

Jadi, mungkin sudah saatnya merencanakan petualangan Anda berikutnya, dan siapa tahu, menemukan cinta sejati di sepanjang perjalanan.


Berita Terkait

Museum Wahyu Mekkah: Kisah Suci, Destinasi Haji Favorit Dunia
Jelajahi Osaka Castle: 4 Tips Liburan Anti Pegal
Kuis Ikon Wisata Indonesia: Uji Pengetahuanmu & Menangkan Hadiah!
Hong Kong: Surga Kuliner Halal & Wisata Muslim 2024
10 Kota Terbaik Dunia untuk Hiking: Petualangan di Brasil & Lainnya
Solo Traveling Wanita? 5 Negara Teraman & Ternyaman
Konten Kreator Sorot Wisata Hiu Paus Gorontalo: Eksploitasi?
Australia Incar Wisatawan Indonesia: Kerja Sama dengan Agen Lokal

Berita Terkait

Rabu, 18 Juni 2025 - 16:05 WIB

Museum Wahyu Mekkah: Kisah Suci, Destinasi Haji Favorit Dunia

Rabu, 18 Juni 2025 - 14:05 WIB

Jelajahi Osaka Castle: 4 Tips Liburan Anti Pegal

Rabu, 18 Juni 2025 - 10:50 WIB

Kenapa Traveling Bikin Baper? Ini Penjelasan Ilmiahnya!

Selasa, 17 Juni 2025 - 22:11 WIB

Kuis Ikon Wisata Indonesia: Uji Pengetahuanmu & Menangkan Hadiah!

Selasa, 17 Juni 2025 - 19:31 WIB

Hong Kong: Surga Kuliner Halal & Wisata Muslim 2024

Berita Terbaru

Food And Drink

Rahasia Membersihkan Lap Dapur Berminyak & Kotor Sempurna

Rabu, 18 Jun 2025 - 17:14 WIB

Finance

IHSG Anjlok 0,67%! INCO, TOWR, AMMN Terjun Bebas

Rabu, 18 Jun 2025 - 17:09 WIB

Finance

Suzuki Burgman 125: Tampang Keren, Tapi Kok Gak Laku?

Rabu, 18 Jun 2025 - 16:35 WIB