Gelombang PHK massal yang melanda industri teknologi global belakangan ini membuat banyak pihak mulai bertanya: apakah ini sekadar strategi efisiensi? Ataukah ada yang lebih dalam sedang terjadi?
Microsoft, Meta, Amazon, hingga perusahaan startup—semuanya memangkas ribuan karyawan. Yang ironis, mereka memecat manusia saat investasi pada AI dan otomatisasi justru meningkat. Maka muncul pertanyaan reflektif: apakah di era digital ini, robot lebih dipertahankan daripada manusia?
AI dan Efisiensi: Antara Manfaat dan Luka Sosial
Tak bisa dipungkiri, kecerdasan buatan membawa banyak manfaat. Proses jadi lebih cepat, biaya berkurang, dan keputusan bisnis makin presisi. Tapi apakah efisiensi ini layak dibayar dengan puluhan ribu orang kehilangan penghasilan dan arah hidup?
Di balik grafik pertumbuhan dan valuasi unicorn, ada:
Orang tua yang tak bisa membayar sekolah anaknya.
Karyawan muda yang merasa ditipu mimpi “kerja di startup keren.”
Pekerja yang di-‘layoff’ lewat email tanpa sempat pamit.
Salah Siapa?
Apakah ini salah teknologi? Tidak.
Apakah salah perusahaan? Sebagian.
Apakah salah sistem? Mungkin.
Yang jelas, kita sedang hidup dalam sistem yang mengagungkan kecepatan tumbuh, namun lalai memikirkan daya tahan sosialnya. Raksasa-raksasa teknologi kini mulai terluka oleh sistem yang mereka bangun sendiri: cepat rekrut, cepat pecat.
Solusi: Kita Butuh Revolusi Etika, Bukan Sekadar Teknologi
Untuk menghindari jatuhnya manusia sebagai “biaya yang bisa dipangkas”, kita perlu:
Etika Teknologi di Internal Perusahaan
Teknologi tak boleh jadi dalih untuk membuang manusia seperti barang. Harus ada exit plan yang manusiawi: pelatihan ulang, kompensasi adil, dan pendampingan.
Perlindungan Negara terhadap Pekerja Digital
Banyak pekerja teknologi adalah kontraktor lepas tanpa jaminan. Di sinilah negara harus hadir, dengan kebijakan yang berpihak pada ketahanan sosial, bukan hanya ekonomi.
Gerakan Reskilling dan Revolusi Pendidikan
Dunia kerja berubah cepat, tapi sistem pendidikan kita masih mengejar “gelar”, bukan “kemampuan”. Sudah saatnya pendidikan menyiapkan manusia untuk hidup berdampingan, bukan bersaing, dengan AI.
Perspektif Islam: Manusia Tetap Mulia
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam…”
(QS. Al-Isra: 70)
Dalam Islam, manusia tidak dinilai dari efisiensi kerja, tapi dari takwa, amanah, dan kontribusi terhadap kebaikan. Robot bisa bekerja tanpa lelah, tapi tidak bisa menggantikan keikhlasan, empati, dan doa.
Kesimpulan: Teknologi Tak Boleh Menyingkirkan Kemanusiaan
Gelombang PHK massal ini bukan sekadar fenomena ekonomi—ini ujian bagi nurani kolektif kita. Kita bisa menciptakan teknologi yang luar biasa, tapi jangan sampai kita kehilangan rasa belas kasih terhadap sesama.
Robot tidak berdosa, tapi manusialah yang akan dimintai pertanggungjawaban.