Kisah Tragis KMP Tunu Pratama Jaya: Peluk Ayah, Hilang di Laut

Avatar photo

- Penulis Berita

Sabtu, 5 Juli 2025 - 17:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berikut adalah artikel berita yang telah ditingkatkan:

### Kisah Pilu Penyintas KMP Tunu Pratama Jaya: Bertaruh Nyawa dan Pelukan Terakhir di Selat Bali

Banyuwangi, Indonesia – Seorang penyintas tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Perairan Selat Bali pada Rabu (02/07) menceritakan momen mengerikan yang ia sebut “bertaruh dengan maut”. Eka Toniansyah, nama penyintas itu, berjuang keras menyelamatkan diri sambil berusaha menolong ayahnya, Eko Satriyo, yang turut dalam pelayaran nahas tersebut.

Dalam keputusasaan, Eka memeluk erat sang ayah di tengah gulungan ombak yang menelan kapal. “Saya rangkul tubuh bapak saat tenggelam dalam ombak. Tapi bapak sudah tidak ada [meninggal],” kenang Eka dengan suara bergetar saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Sabtu (05/07). Meskipun sang ayah telah tiada, Eka tak melepaskan pelukannya, terombang-ambing selama lima jam di laut sebelum akhirnya berhasil dievakuasi.

Detik-detik mencekam saat kapal mulai tenggelam terjadi begitu cepat, dalam waktu sekitar tiga menit. Eka dan ayahnya, Eko Satriyo (51 tahun), yang berada di ruang penumpang, menyaksikan kekacauan terjadi. Menurut Eka, tidak ada peringatan resmi dari petugas kapal saat KMP Tunu Pratama Jaya mulai miring.

Para penumpang, termasuk Eka dan ayahnya, harus berinisiatif menyelamatkan diri, meraih pelampung seadanya dan berpegangan pada besi geladak. “Tidak ada peringatan dari petugas saat kapal miring. Orang-orang [penumpang] yang lain ambil sendiri pelampungnya. Kita semua ambil sendiri,” ungkap Eka. Ia menambahkan, “Mungkin penumpang lain tidak dapat pelampungnya. Bapak sempat saya pakaikan pelampung tetapi tidak selamat.”

Kesaksian Eka ini selaras dengan pengakuan sejumlah penyintas KMP Tunu Pratama Jaya lainnya, yang juga tidak mendengar pengumuman evakuasi. Banyak dari mereka terselamatkan berkat jaket pelampung yang secara tak sengaja tercecer keluar dari kapal.

Menanggapi insiden ini, Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, menyatakan komitmen pemerintah untuk menginvestigasi penyebab kecelakaan dan mencegah terulangnya peristiwa serupa. “Adapun penyebab kecelakaan, kami akan menyerahkan kepada KNKT sesuai dengan tugasnya untuk melakukan investigasi. Pihak kami saat ini fokus pada proses pencarian dan penyelamatan,” ujarnya dalam konferensi pers di Posko Pelabuhan Ketapang, pada Kamis (03/07) petang.

Perkembangan Pencarian dan Korban Tragedi Selat Bali

Hingga Sabtu (05/07) pagi, tim SAR gabungan masih terus berupaya mencari 29 korban yang belum ditemukan dari total manifes 53 penumpang, 12 kru kapal, dan 22 kendaraan yang diangkut KMP Tunu Pratama Jaya. Sejauh ini, sebanyak 36 orang telah dievakuasi, terdiri dari 30 penyintas dan enam korban meninggal dunia.

Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan dan Kesiapsiagaan Basarnas, Eko Suyatno, menjelaskan bahwa belasan kapal dan helikopter milik TNI AL, Polri, dan Basarnas telah dikerahkan, memperluas area pencarian hingga 20 mil laut ke arah selatan dari lokasi kejadian. Sebelumnya, pada Jumat (04/07), upaya pencarian sempat terhambat cuaca buruk, jarak pandang minim, dan tinggi gelombang mencapai 2,5 meter. Namun, tim SAR berkomitmen mendatangkan peralatan pencarian bawah laut untuk mempercepat proses identifikasi dan evakuasi pada Sabtu (05/07).

Duka Misatun: Pesan Terakhir dari Sang Suami

Setelah terombang-ambing selama hampir lima jam, Eka dan jasad ayahnya akhirnya ditemukan oleh nelayan. Keduanya kemudian diseberangkan ke Pelabuhan ASDP Ketapang menaiki KMP Dharma Rucitra dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali, pada Kamis (03/07).

Duka mendalam turut dirasakan Misatun, istri dari Eko Satriyo. Ia tak menyangka perjalanan suaminya sebagai sopir truk, ditemani Eka sebagai keneknya sejak bulan lalu, untuk mengirim material semen ke Singaraja, Bali, pada Rabu (02/07) pukul 21.00 WIB, akan menjadi perpisahan terakhir mereka.

Misatun, yang baru mengetahui kabar pilu itu pada pukul 02.00 WIB dini hari Kamis (03/07), langsung bergegas menuju pelabuhan. Pukul 08.00 WIB, kabar pahit itu datang: suaminya meninggal, namun putranya selamat.

Ia mengenang Eko sebagai sosok suami yang penuh perhatian, yang selalu mengingatkan salat, berdoa, bahkan mengirimkan obat di tengah kondisi Misatun yang menderita diabetes. Pesan terakhir dari suaminya, “istriku sayang, ee aku minta maaf,” kini menjadi kenangan pilu yang takkan terlupakan. “Dia bilang sayang tetapi saya ditinggalkan. Aku enggak bisa [kuat] mas,” ujarnya terbata-bata menahan tangis.

Kronologi Kecelakaan Kapal Tunu Pratama Jaya

Menurut Wahyu Setiabudi, Koordinator Pos SAR Banyuwangi, KMP Tunu Pratama Jaya memulai pelayarannya dari Pelabuhan Ketapang pada Rabu pukul 22.56 WIB. Sekitar 24 menit kemudian, tepatnya pukul 23.20 WIB, kapal itu mengirimkan panggilan darurat.

Hanya lima menit setelah sinyal darurat itu, petugas jaga syahbandar menyaksikan kapal tersebut tenggelam. Proses pengerahan petugas dari berbagai instansi ke titik kejadian dilakukan pada Kamis dini hari pukul 00.18 WIB, meski sempat terkendala ombak tinggi mencapai 2,5 meter.

*Laporan oleh Eko Purwanto dari Banyuwangi untuk BBC News Indonesia*

Baca juga:

* Pencarian korban kapal tenggelam di Selat Bali terus berlangsung
* Kapal tenggelam berulang kali terjadi di Indonesia, dua masalah kerap muncul
* Belasan korban kapal tenggelam di Danau Toba ditemukan, lebih dari 180 hilang
* Kapal tenggelam di Sultra tewaskan 15 orang, ‘Bukti keselamatan perairan tidak dipikirkan’

Berita Terkait

Wali Kota Depok Berencana Bangun Masjid Agung sebagai Ikon Baru
Juanda Padat: Warga Serbu Monas, Saksikan HUT Bhayangkara ke-79!
Zhujiajiao: Desa Wisata UMKM yang Berkembang Pesat
Juliana Marins Meninggal: Media Asing Ungkap Hasil Otopsi & Penyebab Kematian
Alasan Pramono Ingin Buka Taman Lapangan Banteng 24 Jam: Terinspirasi London
Prabowo bakal Resmikan PLTP Ijen Hari Ini, Suplai Listrik ke 85 Ribu Rumah Tangga
TNI Beberkan Empat Alasan Kapal Induk AS USS Nimitz Boleh Lintasi Selat Malaka
Selat Hormuz Diblokir? Pertamina Siapkan 2 Jalur Alternatif Ini!

Berita Terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 17:41 WIB

Kisah Tragis KMP Tunu Pratama Jaya: Peluk Ayah, Hilang di Laut

Kamis, 3 Juli 2025 - 04:40 WIB

Wali Kota Depok Berencana Bangun Masjid Agung sebagai Ikon Baru

Selasa, 1 Juli 2025 - 15:27 WIB

Juanda Padat: Warga Serbu Monas, Saksikan HUT Bhayangkara ke-79!

Minggu, 29 Juni 2025 - 14:27 WIB

Zhujiajiao: Desa Wisata UMKM yang Berkembang Pesat

Sabtu, 28 Juni 2025 - 20:01 WIB

Juliana Marins Meninggal: Media Asing Ungkap Hasil Otopsi & Penyebab Kematian

Berita Terbaru

Entertainment

Oasis Kembali! Konser Perdana Setelah 16 Tahun di Cardiff!

Sabtu, 5 Jul 2025 - 21:11 WIB