DPR Desak Kemenlu Bertindak Cepat Tangani Konflik Israel-Iran yang Kian Mengerikan
Jakarta – Eskalasi dramatis konflik bersenjata antara Israel dan Iran mendesak perhatian serius dari pemerintah Indonesia. Ketua Komisi I DPR RI, Utut Adianto, secara tegas menyerukan Kementerian Luar Negeri untuk segera mengambil langkah responsif mengingat potensi dampak serius terhadap stabilitas kawasan serta kepentingan strategis Indonesia.
“Idealnya, Pak Menteri Luar Negeri Sugiono juga mengundang Duta Besar RI di Teheran untuk memberikan laporan tertulis. Beliau yang berada di lokasi, dan di Teheran sendiri telah terjadi korban luka atau meninggal dunia, serta kerusakan instalasi akibat perang yang baru berjalan tiga hari ini,” tutur Utut di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, pada Senin, 16 Juni 2025.
Utut menekankan bahwa Indonesia tidak boleh berdiam diri di tengah perkembangan ini, meskipun tidak terlibat langsung dalam peperangan. “Kita tentu tidak berperang, namun harus sigap terhadap dampak ikutan lainnya yang mungkin timbul,” ujarnya, menggarisbawahi pentingnya kewaspadaan nasional.
Politikus PDI Perjuangan itu menjelaskan bahwa sejak Jumat, 13 Juni, Israel melancarkan serangan udara masif ke berbagai fasilitas nuklir dan militer Iran, yang mereka sebut sebagai operasi ‘*Rising Lion*’. Serangan ini segera dibalas Iran dengan rentetan rudal balistik ke pusat-pusat kota Israel, dalam operasi balasan yang dinamakan ‘*True Promise The Third*’. “Narasi penamaan operasi ini saja sudah mengerikan, mencerminkan intensitas dan ambisi kedua belah pihak,” kata Utut prihatin.
Hingga hari ketiga konflik, laporan dari Iran menunjukkan angka korban yang sangat memilukan: 224 orang tewas dan lebih dari 1.200 orang terluka, dengan 90 persen di antaranya adalah warga sipil. Sebuah serangan Israel pada Sabtu lalu bahkan menewaskan 60 orang di sebuah blok apartemen 14 lantai di Teheran, separuhnya merupakan anak-anak.
Di sisi lain, pihak Israel melaporkan setidaknya 13 orang tewas dan 380 terluka sejak konflik dimulai. Iran meluncurkan rudal balistik ke kota-kota padat penduduk seperti Tel Aviv, Ramat Gan, dan Rishon Lezion, menyebabkan kerusakan parah pada gedung-gedung apartemen dan memicu evakuasi massal penduduk.
Menurut Utut, perang modern yang melibatkan ratusan rudal dan *drone* ini menunjukkan wajah baru konflik global yang harus dicermati mendalam oleh jajaran pemerintah. “Banyak *drone* yang ikut menembak, tetapi kita belum bisa merinci jumlah dan titik sasarannya. Yang jelas, hanya dalam dua pekan saja, biaya perang ini bisa melampaui APBN kita yang mencapai Rp3.621 triliun,” ungkapnya, menggambarkan skala kerugian finansial yang tak terbayangkan.
Utut juga menyampaikan rasa duka cita mendalam atas gugurnya sejumlah ilmuwan nuklir Iran dan komandan tinggi Korps Garda Revolusi Iran dalam serangan Israel. Baginya, korban dari kalangan ilmuwan menjadi pengingat bahwa perang modern tidak hanya menargetkan kekuatan militer, tetapi juga pilar-pilar strategis dan intelektual suatu negara. “Kami sedih karena 7 orang saintis, ahli ilmu atom, ahli fisika harus gugur. Padahal untuk menciptakan orang seperti itu sulit sekali,” tutur Utut, menyuarakan keprihatinan atas hilangnya aset berharga bagi kemanusiaan.
*Dian Rahma Fika dan Sita Planasari berkontribusi dalam penulisan artikel ini*
Pilihan Editor: Jalan Panjang Suku Adat Menentang Tambang Raja Ampat