Konflik Israel-Iran Picu Lonjakan Harga Minyak Mentah Dunia
Eskalasi konflik antara Israel dan Iran telah mengguncang pasar komoditas global, mendorong harga minyak mentah melonjak ke level tertinggi sejak Januari. Penutupan perdagangan Kamis (19/6) mencatat kenaikan signifikan, dipicu oleh kekhawatiran atas potensi perluasan konflik dan keterlibatan Amerika Serikat.
Harga minyak mentah Brent, patokan internasional, melesat USD 2,15 atau 2,8 persen, mencapai USD 78,85 per barel. Kenaikan serupa juga terlihat pada West Texas Intermediate (WTI) yang naik USD 2,06 atau 2,7 persen menjadi USD 77,20 per barel. Kedua harga ini menandai penutupan tertinggi sejak 22 Januari lalu. Serangan balasan antara kedua negara, termasuk pemboman target nuklir di Iran oleh Israel dan serangan rudal serta drone Iran ke Israel, menambah kecemasan investor. Ketidakpastian semakin meningkat dengan pernyataan Gedung Putih bahwa Presiden Donald Trump akan memutuskan keterlibatan AS dalam konflik dalam dua minggu mendatang.
“Konsensus di pasar semakin mengarah pada keyakinan akan keterlibatan AS dalam beberapa bentuk,” ungkap Rory Johnston, analis dan pendiri buletin Commodity Context, mencerminkan sentimen pasar yang gelisah. Kekhawatiran ini semakin diperkuat oleh peran strategis Iran sebagai produsen minyak terbesar ketiga di OPEC, mengekstraksi sekitar 3,3 juta barel minyak mentah per hari. Lebih jauh, sekitar 18 hingga 21 juta barel minyak dan produk minyak lainnya melewati Selat Hormuz setiap harinya, jalur vital yang rawan terganggu jika konflik meluas.
JP Morgan bahkan memproyeksikan skenario terburuk: konflik meluas dan penutupan Selat Hormuz, yang berpotensi membuat harga minyak melonjak hingga USD 120-130 per barel. Proyeksi ini menggambarkan dampak potensial yang signifikan terhadap ekonomi global.
Kenaikan harga minyak mentah juga berimbas pada komoditas lainnya. Harga minyak kelapa sawit (CPO) untuk kontrak Juli 2025 naik 0,88 persen menjadi MYR 4.114 per ton (data Barchart). Batu bara juga menunjukkan tren serupa, dengan harga kontrak Juli 2025 naik 0,72 persen ke USD 112,25 per ton (data Barchart). Di pasar logam, nikel mengalami kenaikan tipis 0,02 persen menjadi USD 15.056 per ton (LME), sementara harga timah justru turun 1,07 persen ke USD 32.009 per ton (LME). Pergerakan harga komoditas ini mencerminkan dampak domino dari ketidakstabilan geopolitik yang sedang berlangsung.