Tragedi Air India di Ahmedabad: Misteri Keselamatan Penumpang di Kursi 11A
Duka mendalam menyelimuti dunia setelah jatuhnya pesawat Air India di Ahmedabad, India, Kamis (12/6/2025). Dari 242 penumpang, hanya satu yang berhasil selamat: Vishwash Kumar Ramesh (40). Keberuntungannya ini memicu perdebatan sengit mengenai kursi paling aman di dalam pesawat. Ramesh, yang duduk di kursi 11A, tepat di samping pintu darurat, kini menjalani perawatan intensif dengan luka serius namun masih sadar.
Kisah survival Ramesh ini bertolak belakang dengan artikel *The Sun* tertanggal 15 Desember 2024, yang mengutip mantan pramugari American Airlines. Artikel tersebut menyarankan untuk menghindari kursi 11A karena beberapa alasan. Penumpang di kursi ini sering menjadi yang terakhir keluar saat deboarding, terutama kursi A dan F di sisi jendela yang mengharuskan penumpang menunggu mereka yang di sebelahnya berdiri terlebih dahulu. Selain itu, penumpang di baris 11A juga kerap mendapatkan sisa makanan dan minuman.
Namun, keberuntungan Ramesh di kursi 11A menunjukkan bahwa keselamatan dalam situasi darurat sangat kompleks dan dipengaruhi banyak faktor, melampaui sekadar posisi duduk. Lalu, mana posisi duduk yang sebenarnya lebih aman?
Berdasarkan data statistik dan pakar, kursi di bagian belakang pesawat cenderung lebih aman. Ketua APJAP, Alvin Lie, menjelaskan bahwa bagian depan pesawat didesain lebih berat untuk menjaga stabilitas, sehingga menjadi titik benturan pertama saat kecelakaan. Hal ini diperkuat oleh analisis kecelakaan pesawat komersial di AS (1971-2007) yang menunjukkan peluang bertahan hidup lebih tinggi (69%) bagi penumpang di belakang, dibandingkan tengah (56%) atau depan (49%). Data serupa juga didukung investigasi FAA yang dimuat *Time Magazine* pada 2015, dengan tingkat kematian penumpang di bagian ekor lebih rendah (32%) daripada tengah (39%) dan depan (38%). Namun, Alvin menekankan bahwa posisi dan sudut bentur pesawat juga sangat menentukan.
Lebih penting lagi daripada posisi duduk adalah kesiapan penumpang menghadapi situasi darurat. Alvin Lie mengingatkan pentingnya memperhatikan demonstrasi keselamatan awak kabin, mengetahui letak pintu darurat terdekat, menghitung jarak baris kursi ke pintu darurat, selalu mengenakan sabuk pengaman, dan membaca safety card. Kecepatan dan efektifitas evakuasi menjadi kunci utama dalam meningkatkan peluang keselamatan.
Terlepas dari tragedi ini, Alvin Lie menegaskan bahwa penerbangan tetap merupakan moda transportasi paling aman di dunia. Data IATA tahun 2023 menunjukkan tingkat kecelakaan penerbangan global hanya 0,80 per satu juta penerbangan, dengan risiko kematian terus menurun.
Kesimpulannya, meskipun analisis statistik dan pengalaman menunjukkan tren tertentu, keselamatan penerbangan bergantung pada banyak faktor, termasuk posisi duduk, namun yang terpenting adalah kepatuhan terhadap prosedur keselamatan dan kesiapan diri dalam menghadapi situasi darurat.