Lari Makin Cuan: Kisah Fotografer Raup Puluhan Juta dari Tren Lari

Avatar photo

- Penulis Berita

Minggu, 1 Juni 2025 - 10:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mengabadikan Jejak Pelari, Meraup Cuan di Tengah Hobi: Fenomena Fotografer Olahraga Jalanan yang Kian Menggeliat

Tren berolahraga lari, baik sebelum atau setelah jam kerja, maupun saat akhir pekan, kini kian populer di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Fenomena ini tidak hanya melahirkan gaya hidup sehat, tetapi juga menciptakan ceruk bisnis baru yang menarik: fotografi olahraga jalanan. Para pelari rekreasional yang antusias kerap ingin mengabadikan momen kebugaran mereka untuk dibagikan di media sosial, membuka peluang emas bagi para fotografer.

Salah satu yang berhasil memanfaatkan momentum ini adalah Joko Siswanto. Bermula dari hobi dan pengalaman otodidak, Joko sukses meraup pundi-pundi rupiah yang signifikan sebagai fotografer olahraga. “Tren foto lari menjadi sebuah peluang yang cukup menarik untuk menambah pendapatan. Di kota besar seperti Jakarta, bisnis ini tumbuh subur dan semakin banyak diminati para fotografer,” ujar Joko, yang juga pengelola akun @potretgowes dan @potretevent, kepada kumparan.

Profesi ini mulai ditekuni Joko sejak pandemi COVID-19 melanda pada 2020/2021. Kala itu, banyak masyarakat urban beralih melirik hobi lari dan sepeda. Tak ingin kehilangan kesempatan, Joko melakukan riset mendalam mengenai fotografi olahraga, mempelajari strategi penjualan dan kondisi pasarnya dari para pendahulunya. Ia bersyukur akan keberadaan media sosial yang menjadi wadah aktualisasi diri bagi para pegiat olahraga.

Joko menceritakan, di awal merintis profesi fotografer olahraga saat era pandemi, ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin dipenuhi pesepeda. Kala itu, jumlah fotografer belum sebanyak sekarang, hanya berkumpul di titik-titik tertentu seperti Flyover Kuningan, Dukuh Atas Sudirman, Flyover TVRI, dan Simpang Susun Semanggi. Bagi Joko, memotret aktivitas lari dan bersepeda di jalanan Jakarta menjadi pekerjaan rutin, hampir setiap hari. “Alhamdulillah, awal mula memulai bisnis ini adalah sebuah kejutan besar bagi saya, karena omzet yang dihasilkan bisa mencapai puluhan juta rupiah setiap bulannya,” kenangnya.

Umumnya, para fotografer menjual hasil karya mereka seharga Rp 100.000 per foto, dengan kemungkinan harga lebih murah jika pelanggan membeli dalam jumlah banyak. Joko menilai, fotografer seharusnya tidak menjual hasil karyanya dengan harga terlalu rendah. “Saya dan teman-teman pun kerap mengedukasi para fotografer yang baru memulai bisnis ini agar tidak menjual karya fotonya dengan harga yang terlalu murah, karena alat produksi yang kita gunakan, baik itu kamera dan laptop, merupakan barang yang mahal harganya,” tuturnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, omzet dari fotografi olahraga mulai mengalami penyusutan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pasar yang mungkin sudah jenuh dan semakin banyaknya fotografer baru yang bermunculan. Terutama saat ada ajang olahraga besar seperti lari maraton atau Car Free Day (CFD) di Jakarta, jumlah fotografer jalanan yang berjualan foto sepanjang Jalan Jenderal Sudirman bisa mencapai lebih dari 200 orang.

Mengincar Event Lomba Lari demi Keuntungan Lebih Besar

Fotografer lain bernama Rizkiananda Chinta Cheppy memilih strategi berbeda. Ia lebih suka mengincar event-event lari yang biasanya diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Menurutnya, di ajang lomba lari, peluang pelari profesional maupun rekreasional untuk membeli foto lebih besar dibandingkan foto harian.

Pemilik akun Instagram @chintamoments ini mengaku, untuk satu event lari saja ia bisa mengantongi setidaknya Rp 1 juta. Bahkan, pada ajang Bogor Run 2025 di Sentul pada 11 Mei 2025, ia berhasil menjual 60 foto. “Dengan harga per foto Rp 50 ribu, ya, kira-kira bisa dapat Rp 3 jutaan kemarin,” katanya kepada kumparan.

Selain foto lari di aspal (road run), Chinta juga sering datang ke race trail run. Event ini menurutnya lebih menantang karena pelari dan fotografer sama-sama menghadapi kesulitan menuju lokasi, apalagi jika event trail diadakan 100 persen di area pegunungan seperti Siksorogo Lawu Ultra di kawasan Gunung Lawu, Jawa Tengah. Ada pula trail run yang menyajikan medan persawahan, pegunungan, dan perkampungan, seperti yang diadakan Bogor City Trail pada 25 Mei 2025, yang menawarkan medan menantang sekaligus cocok bagi pelari pemula.

“Kalau foto road, ada kemungkinan fotografer hanya duduk di satu spot yang sama. Tapi kalau trail, dengan waktu yang cukup lama, gue bisa pindah-pindah dan bisa ngejar mereka di berbagai spot. Bahkan bisa pindah sampai 3 spot,” jelasnya.

Meski fotografi merupakan pekerjaan sampingan karena sehari-hari ia bekerja kantoran, Chinta mengaku profesi ini tetap menjanjikan seiring banyaknya event lari. Berdasarkan situs Kalender Lari, sejak Januari hingga 9 November 2025, setidaknya ada 42 event lari hanya di Jakarta, belum termasuk di Bogor dan kota-kota Jabodetabek lainnya. Meskipun demikian, ia mengaku selektif memilih event lari, hanya mengincar yang memiliki banyak peserta. Sejak rajin memotret di Bogor dan Jakarta, Chinta pernah meraup pendapatan tertinggi Rp 13 juta per bulan dari hasil penjualan di Instagram atau platform Fotoyu. Selain dari lari, ia bersama rekannya @bogormotret22, juga mulai terjun ke cabang olahraga lain seperti tenis dan golf, bahkan menerima proyek foto private atau korporasi.

Dari Driver Ojol Menjadi Fotografer Lari di Bandung

Fenomena olahraga luar ruangan dan bisnis fotografi yang mengikutinya tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di kota-kota besar lain di Indonesia, seperti Bandung. Hal ini diakui oleh salah satu fotografer olahraga di platform Fotoyu, Judi Tandoko.

Judi, yang sudah memiliki hobi memotret, baru-baru ini terpapar oleh fenomena fotografer olahraga jalanan. Ia kemudian mendaftar di platform Fotoyu dan mulai “nongkrong” hingga empat kali dalam seminggu di kawasan Dago Bawah, Bandung. Hobi fotografi kini menjadi pekerjaan sampingan Judi sejak empat bulan lalu, di samping pekerjaan utamanya sebagai pegawai swasta di sebuah toko kain. Sejak saat itu, Judi tidak lagi menjadi driver ojek online (ojol) karena pendapatannya tidak berbeda jauh.

“Sebelumnya, setelah pulang kerja saya ambil beberapa jam untuk bekerja menjadi ojek online dengan penghasilan sekitar Rp 400.000 satu minggu, tapi dengan kondisi lelah saat pulang ke rumah. Di platform ini pun saya bisa mendapatkan kurang lebih hasil yang sama dengan tidak terlalu kelelahan,” ungkapnya.

Total omzet dari hasil fotografi olahraga yang dikantongi Judi bisa mencapai kurang lebih Rp 100.000-500.000 setiap pekannya. Hasil fotonya biasa dibanderol minimal Rp 35.000 per foto. “Keuntungan 90 persen dari harga foto, harga foto diatur komunitas agar harga tetap stabil dan semua pembeli membeli karena karya, bukan harga,” jelas Judi.

Meski demikian, Judi mengakui masih ada pro dan kontra dalam kegiatan jual beli foto yang kini marak dilakukan melalui aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI), yaitu Fotoyu. Berdasarkan laman resminya, Fotoyu adalah sebuah platform marketplace dokumentasi personal yang menghubungkan fotografer (kreator) dengan pengguna melalui teknologi AI, memungkinkan pengguna untuk dengan mudah mencari dan menemukan foto-foto mereka di berbagai acara.

“Saya sebagai fotografer dari platform Fotoyu sadar bahwa ada pro dan kontra terkait fenomena fotografer jalanan ini. Ada yang merasa privasinya terganggu, ada juga yang merasa terbantu karena bisa mendapatkan pose foto bagus untuk dapat di-post di sosial media,” ujar Judi. Ia menilai, hal tersebut merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari di era perkembangan teknologi, dan banyak pegiat olahraga yang merasa terbantu dengan teknologi tersebut. Judi pun menyarankan para pegiat olahraga yang tidak ingin dipotret dan fotonya diunggah di platform tersebut agar langsung meminta fotonya dihapus atau memberikan tanda keberatan. “Fotografer memotret di ruang terbuka, bukan sembunyi-sembunyi, jadi jika ada yang keberatan difoto, bisa langsung minta hapus atau memberikan tanda dengan tangan,” jelas Judi.

Kisah Pelajar SMP dan Tantangan Fotografi Trail Run di Medan

Kisah inspiratif para fotografer lari juga datang dari Albie Alfarizi Sembiring (15 tahun). Dari sekadar hobi bulutangkis, kini jalan menuju profesi fotografer olahraga terbuka lebar baginya. Siswa SMP Al Amjad Kota Medan ini awalnya mencoba dunia fotografi hanya untuk mengasah keterampilan, namun kini Albie berhasil meraup keuntungan dari keisengannya.

Pemuda ini kini mengisi libur akhir pekannya dengan merekam momen-momen pelari berolahraga di Jalan Diponegoro, Kota Medan. “Awalnya enggak niat jualan ya, tapi aku mau kasih aja kalau ada yang minta ya, namanya aku masih belajar dan biasa aja hasilnya,” kata Albie kepada kumparan. Albie bercerita, mulanya ia berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk menonton pertandingan bulutangkis. Di sana ia melihat fotografer idolanya dari Tiongkok, Shi Tang, yang akun Instagram-nya sering ia ikuti. Sejak kepulangannya dari Malaysia itu, Albie semakin yakin untuk belajar fotografi agar bisa seperti idolanya.

Senada dengan Albie, ada pengalaman menarik dari Syahran, fotografer lain di Kota Medan. Pria yang menjadikan fotografi sebagai pekerjaan sampingan ini memiliki pengalaman berjam-jam sendirian di perbukitan demi mengabadikan momen pelari, tepatnya di Bukit Lawang, Kabupaten Langkat. “Ada sekitar 4 jam sendirian, mencapai lokasi juga butuh waktu sejam perjalanan, demi background menarik memang harus ditempuh,” kata dia. Lewat hobinya ini, Syahran bisa meraup keuntungan Rp 2-5 juta. Sistem penjualan fotonya pun sama seperti Albie, yaitu melalui platform Fotoyu hingga membagikan tautan Google Drive kepada pelanggannya.

Berita Terkait

Tambang Nikel Ancam Raja Ampat? DPD RI Bereaksi Keras
Iwan Kurniawan Lukminto, Dirut Sritex, Dicekal!
Harga Emas Antam Turun! Cek Harga Terbaru 7 Juni 2025
Rahasia Perawatan Mini Cooper: Panduan Lengkap Pemilik Baru
IHSG Bergantung Damai AS-China & Stimulus? Review Pasar Pekan Ini!
BCA & BRI: Jadwal Operasional Idul Adha 2025 Berubah! Cek di Sini
Indodax Raja Kripto Indonesia: Kuasai 42,83% Transaksi April 2025!
PGAS Bagi Dividen Jumbo Rp4,43 Triliun: Cek Jadwal & Cara Dapatnya!

Berita Terkait

Sabtu, 7 Juni 2025 - 16:39 WIB

Tambang Nikel Ancam Raja Ampat? DPD RI Bereaksi Keras

Sabtu, 7 Juni 2025 - 15:53 WIB

Iwan Kurniawan Lukminto, Dirut Sritex, Dicekal!

Sabtu, 7 Juni 2025 - 14:23 WIB

Harga Emas Antam Turun! Cek Harga Terbaru 7 Juni 2025

Sabtu, 7 Juni 2025 - 14:00 WIB

Rahasia Perawatan Mini Cooper: Panduan Lengkap Pemilik Baru

Sabtu, 7 Juni 2025 - 11:28 WIB

IHSG Bergantung Damai AS-China & Stimulus? Review Pasar Pekan Ini!

Berita Terbaru

Sports

Hubner Tinggalkan Wolves! Fokus Bela Timnas Indonesia

Sabtu, 7 Jun 2025 - 16:49 WIB

Entertainment

Ria Ricis & Evan DC Music: Pacaran? Rencana Menikah & Restu Moana

Sabtu, 7 Jun 2025 - 16:43 WIB

Finance

Tambang Nikel Ancam Raja Ampat? DPD RI Bereaksi Keras

Sabtu, 7 Jun 2025 - 16:39 WIB

Home And Garden

Pagar Rumah Minimalis: 25 Desain Simpel, Aman & Estetis

Sabtu, 7 Jun 2025 - 16:28 WIB