Tentu, berikut adalah versi artikel yang sudah ditingkatkan:
—
Sentilan Pedas Hristo Stoichkov: Legenda Barcelona Balik Serang Kritik Juergen Klopp soal Piala Dunia Klub 2025
Juergen Klopp, sosok yang kini menjabat Direktur Sepak Bola Red Bull Group, baru-baru ini menimbulkan gelombang kontroversi dengan kritik tajamnya terhadap format baru Piala Dunia Klub 2025. Turnamen antarklub garapan FIFA ini, yang kini dijadwalkan setelah kompetisi liga Eropa usai atau selama musim panas di Amerika Serikat, memicu kekhawatiran besar Klopp. Periode ini seharusnya menjadi momen libur krusial bagi mayoritas klub Eropa sebelum menyambut musim baru.
Mantan pelatih Liverpool tersebut secara terang-terangan menyuarakan kekhawatiran mendalamnya bahwa jadwal padat turnamen ini dapat berdampak fatal bagi kondisi fisik dan mental para pemain. Terlebih, lokasi dan waktu pertandingan di Amerika Serikat dianggap tidak ramah akibat cuaca panas ekstrem.
Mengutip wawancaranya dengan *Welt am Sonntag*, Klopp menyatakan, “Saya mengerti bagi beberapa klub, uangnya (hadiah dari turnamen ini) banyak, tapi tidak semua tim seperti itu. Para pemain tidak punya waktu untuk pulih, baik secara fisik maupun mental.” Ia menambahkan, “Tahun lalu ada Copa America dan Piala Eropa. Tahun ini Piala Dunia Klub, dan tahun depan Piala Dunia. Kapan mereka bisa beristirahat?”
Klopp kemudian membandingkan nasib pesepak bola dengan atlet NBA yang mendapat jatah libur empat bulan, sementara bintang seperti Virgil van Dijk tidak pernah merasakan istirahat sepanjang itu. Pria berusia 58 tahun ini secara tegas melabeli Piala Dunia Klub 2025 sebagai turnamen yang “tidak manusiawi”.
“Seorang pemain NBA mendapatkan banyak uang dan beristirahat empat bulan setahun,” lanjut Klopp. “Virgil van Dijk belum pernah mendapatkan istirahat seperti itu, apalagi gaji sebesar itu. Saya khawatir muncul gelombang cedera yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka diharapkan memainkan setiap pertandingan seolah-olah itu final untuk 70 atau 75 kali setahun. Tidak bisa terus seperti ini. Tanpa istirahat, bahkan produknya pun kehilangan nilai,” tegasnya. Klopp juga menceritakan pengalamannya, “Selama karier saya, saya hanya sekali memiliki persiapan dua setengah minggu dengan seluruh tim tersedia. Kemudian kami bermain setiap tiga hari selama setahun penuh. Itu tidak manusiawi.”
Kecaman keras dari Klopp ini tak luput dari perhatian Hristo Stoichkov. Legenda Barcelona asal Bulgaria yang kini menjabat sebagai staf FIFA tersebut langsung melancarkan sentilan balik dengan argumen yang cukup menohok.
“Saya tidak menyangka Juergen akan mengatakan itu,” kata Stoichkov seperti dikutip dari *Marca*. “Saya sangat menghormatinya, tetapi mungkin dia sedikit kesal karena RB Salzburg gugur di kompetisi ini dan dia bagian dari Red Bull.” Stoichkov mengingatkan bahwa Liverpool juga pernah berpartisipasi dalam Piala Dunia Klub (format lama) dan mendapatkan keuntungan finansial tanpa adanya keluhan dari Klopp. “Ketika Liverpool bermain di Piala Dunia Klub sebelumnya, Juergen tidak mengeluh. Ketika mereka menerima uang, tidak ada yang mengeluh. Saya pikir kita harus lebih menghormati turnamen seperti ini,” imbuhnya.
Pemenang Ballon d’Or 1994 ini juga mempertanyakan preferensi lokasi Klopp, “Apa yang Klopp inginkan? Pergi bermain di China, Jepang, atau Indonesia, atau ikut kompetisi seperti ini yang memberikan prestise?” Stoichkov kembali menekankan poinnya: “Liverpool pernah bermain di turnamen ini, dan saya tidak mendengar dia mengeluh. Sekarang tiba-tiba dia mengeluh, mungkin karena tidak ada lagi tim dengan logo Red Bull di turnamen ini.”
Perseteruan pandangan antara Juergen Klopp dan Hristo Stoichkov ini menyoroti perdebatan yang lebih luas dalam sepak bola modern: antara ambisi komersial dan kesejahteraan pemain di tengah kalender kompetisi yang semakin padat.
—