Tragedi Longsor Tambang Gunung Kuda, Cirebon: 14 Tewas, 8 Masih Tertimbun
Bencana tanah longsor dahsyat terjadi di lokasi Tambang Galian C Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jumat, 30 Mei 2025, pukul 10.00 WIB. Peristiwa ini menewaskan 14 orang, melukai sejumlah lainnya, dan hingga kini masih menyisakan kepedihan dengan 8 orang yang diduga tertimbun material longsor. Selain korban jiwa, sejumlah kendaraan truk juga rusak akibat tertimbun.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid, mengungkapkan tiga faktor utama penyebab longsor tersebut. Pertama, kemiringan lereng yang sangat terjal, melebihi 45 derajat. Kedua, metode penambangan *under cutting* yang diterapkan di area tambang terbuka. Ketiga, kondisi tanah dan batuan yang labil akibat pelapukan. Wafid menjelaskan longsoran tersebut berupa runtuhan batu dan tanah, dipicu kemiringan lereng ekstrem dan aktivitas pemotongan lereng yang mengganggu kestabilannya.
Lebih lanjut, Wafid merujuk pada Peta Geologi Lembar Arjawinangun, Jawa (2011), yang menunjukkan bahwa batuan di lokasi bencana merupakan satuan batuan terobosan Andesit Hipersten (Hya), yang terdiri dari mineral hipersten, plagioklas, dan sedikit kuarsa. Hal ini semakin menguatkan prediksi kerentanan lokasi tersebut terhadap bencana longsor. Peta prakiraan wilayah gerakan tanah Mei 2025 dari Badan Geologi pun mengklasifikasikan lokasi ini dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi, mengindikasikan potensi tinggi terjadinya longsor, terutama saat curah hujan di atas normal.
Menanggapi tragedi ini, Badan Geologi mengeluarkan rekomendasi penting. Warga di sekitar lokasi bencana diimbau segera mengungsi ke tempat yang lebih aman karena potensi longsor susulan. Pemasangan rambu peringatan bahaya longsor juga disarankan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Proses evakuasi dan pencarian korban selanjutnya harus mempertimbangkan kondisi cuaca dan medan yang terjal, serta dihindari saat dan setelah hujan lebat untuk mencegah risiko bahaya bagi petugas. Pemantauan rutin terhadap potensi gerakan tanah juga sangat krusial untuk deteksi dini.
Tragedi Gunung Kuda menjadi pengingat penting akan bahaya penambangan yang tidak memperhatikan aspek keselamatan dan kelestarian lingkungan. Upaya pencegahan dan mitigasi bencana serupa harus ditingkatkan untuk menghindari kejadian serupa di masa mendatang.