Ragamharian.com – Legenda gulat dunia, Hulk Hogan, meninggal dunia pada usia 71 tahun akibat henti jantung atau cardiac arrest, Kamis (24/7/2025) waktu setempat.
Kabar duka ini dikonfirmasi oleh Kepolisian Clearwater, Florida, setelah petugas darurat menerima panggilan medis pada pukul 09.51 pagi waktu setempat di kawasan Clearwater Beach.
Dalam pernyataan resmi yang dilansir dari USA Today, pihak berwenang menyatakan bahwa Hogan, yang memiliki nama asli Terry Bollea, sempat mendapatkan penanganan medis dari tim pemadam kebakaran sebelum dilarikan ke Morton Plant Hospital. Ia dinyatakan meninggal dunia pada pukul 11.17.
“Seorang pria berusia 71 tahun, Terry Bollea, yang juga dikenal sebagai Hulk Hogan, dirawat oleh petugas Clearwater Fire & Rescue sebelum dibawa ke Morton Plant Hospital, tempat ia dinyatakan meninggal dunia,” bunyi keterangan dari kepolisian.
Tidak ditemukan adanya dugaan kriminal atau tindakan mencurigakan dalam kejadian ini.
Sebelumnya, Hogan diketahui sempat menjalani operasi leher dan dilaporkan dalam kondisi membaik beberapa hari sebelum wafat.
Namun, riwayat cedera yang panjang selama karier gulatnya, khususnya di bagian punggung dan leher, disebut turut memengaruhi kondisi kesehatannya.
Baca juga: Hulk Hogan Meninggal karena Henti Jantung, Ini Penjelasan Medisnya
Apa itu henti jantung?
Dilansir dari Cleveland Clinic dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), henti jantung adalah kondisi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak.
Akibatnya, darah tidak lagi mengalir ke otak dan organ vital lainnya, yang bisa menyebabkan kematian hanya dalam hitungan menit jika tidak segera ditangani.
Berbeda dengan serangan jantung yang disebabkan oleh penyumbatan aliran darah ke otot jantung, henti jantung merupakan masalah kelistrikan pada jantung. Ketika sinyal listrik terganggu, jantung kehilangan iramanya dan berhenti memompa darah.
Kondisi ini dikenal juga dengan istilah henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) dan sering kali terjadi tanpa gejala awal.
Baca juga: Tidak Semua Serangan Jantung Saat Lari Disebabkan Pembuluh Tersumbat, Ini Kata Dokter
Gejala henti jantung
Gejala henti jantung bisa muncul mendadak dan sangat cepat. Beberapa tanda yang umum meliputi:
- Pingsan mendadak (kehilangan kesadaran)
- Tidak bernapas atau terengah-engah
- Tidak merespons saat dipanggil atau digerakkan
- Tidak ada denyut nadi
Dalam beberapa kasus, henti jantung didahului dengan:
- Nyeri dada
- Mual atau muntah
- Sesak napas
- Pusing atau lemas mendadak
Karena kejadiannya berlangsung cepat, henti jantung sering kali menyebabkan kematian sebelum korban sempat mendapat pertolongan medis.
Baca juga: Masih Muda Sudah Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasan Dokter…
Penyebab dan faktor risiko
Sebagian besar kasus henti jantung disebabkan oleh aritmia jantung yang mengganggu impuls listrik jantung.
Salah satu bentuk paling mematikan dari aritmia ini adalah ventricular fibrillation, yakni ketika ruang bilik jantung berkontraksi secara kacau dan tidak efektif memompa darah.
Beberapa kondisi medis yang dapat memicu henti jantung antara lain:
- Penyakit jantung koroner
- Kardiomiopati (pelemahan otot jantung)
- Kelainan irama jantung sejak lahir
- Serangan jantung sebelumnya
- Gangguan elektrolit seperti kalium dan magnesium
- Gagal jantung
- Penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol
- Cedera berat atau trauma
Dilansir dari CDC, laki-laki dewasa, terutama berusia lanjut, memiliki risiko lebih tinggi mengalami henti jantung.
Kelompok ras tertentu, seperti pria dan wanita kulit hitam, juga tercatat memiliki tingkat kematian lebih tinggi akibat henti jantung di luar rumah sakit.
Baca juga: Beda Henti Jantung dan Serangan Jantung, Ini Penjelasan Dokter…
Penanganan darurat
Henti jantung merupakan kondisi gawat darurat medis yang memerlukan tindakan segera. Langkah pertama yang harus dilakukan jika menemukan seseorang yang kolaps dan tidak responsif adalah:
- Hubungi layanan darurat medis (911 atau nomor lokal)
- Lakukan resusitasi jantung paru (cardiopulmonary resuscitation/CPR)
- Gunakan automated external defibrillator (AED) jika tersedia
Menurut Cleveland Clinic, kemungkinan bertahan hidup mencapai 90 persen jika CPR dan defibrilasi dilakukan dalam beberapa menit pertama.
Namun, tingkat kelangsungan hidup menurun sekitar 10 persen untuk setiap menit tanpa tindakan.
Baca juga: Gaya Hidup Serba Cepat dan Stres, Kombinasi Mematikan bagi Jantung
Risiko dan komplikasi jangka panjang
Bagi penyintas, henti jantung dapat meninggalkan dampak jangka panjang, terutama pada fungsi otak dan kemampuan kognitif. Kekurangan oksigen selama proses henti jantung dapat menyebabkan:
- Kerusakan otak permanen
- Gangguan memori dan konsentrasi
- Masalah gerak dan koordinasi
- Kelemahan otot
- Gangguan bicara
- Gangguan emosional dan stres pascatrauma
Baca juga: Dokter: Banyak Pasien Muda Serangan Jantung, Tapi Tidak Sadar Faktor Risikonya
Waspadai dan cegah
Meski tidak selalu bisa diprediksi, henti jantung dapat dicegah dengan:
- Mengelola penyakit jantung atau tekanan darah tinggi
- Menghindari rokok dan obat-obatan terlarang
- Menjaga pola makan sehat
- Rutin berolahraga
- Memantau kadar kolesterol dan gula darah
- Menjalani pemeriksaan jantung secara berkala, terutama jika memiliki riwayat keluarga
Disclaimer: Artikel ini disusun dengan tujuan edukasi dan tidak menggantikan konsultasi medis langsung dengan tenaga kesehatan profesional.