Law Adam: Legenda Sepak Bola Probolinggo yang Memulai Era Naturalisasi Internasional
Dari kota Probolinggo, Jawa Timur, lahirlah seorang legenda sepak bola yang namanya mungkin tak banyak dikenal di Indonesia, namun memiliki peran penting dalam sejarah sepak bola dunia: Law Adam. Kisah hidupnya, yang dimulai pada 11 Juni 1908, menunjukkan bagaimana praktik naturalisasi pemain, yang kini lazim di berbagai liga dunia, telah dimulai jauh lebih awal dari yang kita bayangkan.
Keturunan Belanda ini menunjukkan bakatnya sejak muda. Setelah pindah ke Den Haag, Belanda, Adam bergabung dengan HVV Den Haag, mengasah kemampuannya mengolah si kulit bundar. Petualangannya berlanjut ke Zurich, Swiss, di mana ia bergabung dengan Grasshoppers dan menjelma menjadi salah satu pemain sayap kanan terbaik di Eropa.
Kehebatan Adam terletak tidak hanya pada kemampuannya, tetapi juga pada inovasi. Max Colthoff, dalam buku *Als de Kraaien Overvliegen*, mencatat trik menggiring bola milik Adam yang unik, sebuah gerakan kaki yang kemudian dikenal sebagai “stepover”. Gerakan memutar kaki mengelilingi bola ini, yang awalnya ia ciptakan, kini menjadi senjata andalan pesepak bola dunia.
Prestasi Adam menarik perhatian Tim Nasional Swiss. Pada 1929, menjelang Piala Eropa yang diikuti oleh tim-tim kuat seperti Hungaria, Italia, Cekoslowakia, dan Swiss, tim seleksi Swiss mengambil keputusan kontroversial: merekrut Adam, seorang pemain asing, ke dalam timnas. Ini merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Swiss, dan membuka jalan bagi praktik serupa oleh timnas Italia dengan merekrut pemain “Oriundi” di tahun 1930-an.
Keputusan Swiss ini memicu kontroversi. Belanda, negara asal Adam, mengajukan klaim atas jasanya. Adam pun sempat membela Tim Oranye, namun kontroversi kembali muncul karena statusnya yang pernah membela Swiss. Sayangnya, kariernya bersama Timnas Belanda terhenti karena penyakit jantung yang dideritanya pada 1933. Ia hanya sempat tampil 10 kali.
Meskipun terpaksa pensiun dini, kecintaan Adam pada sepak bola tak pernah padam. Ia kembali ke Indonesia dan melanjutkan kariernya di Tanah Air. Namun, takdir berkata lain. Pada tahun 1940, saat membela klub Thor melawan Anasher di Surabaya, Adam meninggal dunia di lapangan hijau pada usia 32 tahun karena serangan jantung. Kisah hidupnya, dari Probolinggo hingga Surabaya, mengingatkan kita pada seorang pionir naturalisasi dan legenda sepak bola yang terlupakan. Warisan terbesarnya mungkin bukanlah gelar juara, melainkan jejak langkahnya yang membuka jalan bagi praktik naturalisasi pemain di kancah sepak bola internasional.