Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melontarkan tuduhan mengejutkan: Iran berada di balik dua upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, selama kampanye pilpres 2024. Pengakuan ini disampaikan Netanyahu dalam wawancara eksklusif dengan Brett Baier dari Fox News pada Minggu, 15 Juni 2025. Netanyahu menegaskan Iran sebagai ancaman utama keamanan global, khususnya karena ambisi nuklirnya, dan menganggap Trump sebagai penghalang terbesar bagi ambisi tersebut.
“Mereka yang meneriakkan ‘Mati untuk Amerika’ telah mencoba membunuh Presiden Trump dua kali,” tegas Netanyahu. Ia melanjutkan, “Apakah Anda ingin negara seperti itu memiliki senjata nuklir dan kemampuan untuk meluncurkan serangan ke kota-kota Anda? Tentu tidak. Oleh karena itu, kami membela diri, dan juga membela dunia.”
Mendengar klaim tersebut, Baier menanyakan bukti keterlibatan langsung Iran. Netanyahu menjawab, “Melalui proxy, ya. Melalui intelijen mereka, ya. Mereka ingin membunuhnya.” Meskipun demikian, hingga saat ini, badan intelijen dan keamanan AS belum secara resmi mengkonfirmasi keterlibatan Iran. Namun, Trump sendiri pernah menyatakan dugaan serupa pada September tahun lalu. Iran sendiri secara konsisten membantah segala bentuk keterlibatan.
Netanyahu juga mengungkapkan dirinya menjadi target serangan Iran, namun menekankan bahwa Trump merupakan ancaman yang jauh lebih besar bagi Teheran. “Mereka juga mencoba membunuh saya, tapi saya hanya mitra juniornya. Mereka tahu bahwa Presiden Trump adalah ancaman besar terhadap rencana mereka untuk mempersenjatai diri dengan senjata nuklir,” jelasnya.
Dua upaya pembunuhan terhadap Trump terjadi pada musim panas 2024. Pertama, pada 15 September, Ryan Routh ditangkap di Trump International Golf Club dengan membawa senapan semi-otomatis. Routh mengaku terinspirasi oleh Crooks dan menulis surat dari penjara yang mengkritik sistem politik dua partai di AS. Sebulan sebelumnya, di sebuah acara kampanye di Butler, Pennsylvania, Trump lolos dari maut setelah peluru penembak nyasar mengenai telinganya. Pelaku, Thomas Matthew Crooks, seorang mahasiswa teknik, tewas di tempat setelah ditembak oleh penembak jitu Secret Service. Trump sendiri menggambarkan kejadian tersebut sebagai “keajaiban”.
Pernyataan Netanyahu ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, ditandai dengan pertukaran serangan rudal yang telah mengakibatkan korban jiwa di kedua belah pihak. Tuduhan serius ini semakin memperkeruh situasi geopolitik yang sudah tegang dan menimbulkan pertanyaan mendalam tentang perhitungan risiko dan konsekuensi dari konflik tersebut.