Legenda tinju Manny Pacquiao, dalam sebuah wawancara di podcast Cigar Talk, mengungkapkan pertarungan terberat sepanjang kariernya yang gemilang. Bukan duel ikonik melawan Floyd Mayweather Jr atau Juan Manuel Marquez yang ia sebut, melainkan pertarungannya melawan Miguel Cotto pada tahun 2009.
Pacquiao, yang memulai karier profesionalnya pada tahun 1995 dan terakhir bertanding pada tahun 2021 dengan rekor 62 menang, 8 kalah, dan 2 imbang dari 72 pertarungan, menjelaskan kekuatan fisik Cotto yang luar biasa. “Duel lawan Miguel Cotto,” tegasnya, seperti dikutip Juara.net dari Secondsout.com. “Dia begitu kuat… Jotosannya begitu keras,” tambah Pacquiao, menggambarkan dahsyatnya pukulan-pukulan petinju Puerto Rico tersebut.
Pertarungan sengit tersebut berlangsung hingga ronde ke-12, dengan hasil yang tampak akan ditentukan oleh keputusan juri. Namun, di ronde terakhir, Pacquiao berhasil menemukan momentum yang tepat. Dengan sisa waktu 55 detik, ia berhasil meraih kemenangan TKO yang dramatis. Kemenangan ini menjadi kunci bagi Pacquiao untuk mendominasi kelas welter. Ia meraih empat kemenangan beruntun setelahnya, sebelum akhirnya dikalahkan oleh Tim Bradley pada tahun 2012.
Sementara itu, karier Cotto sendiri penuh dengan pasang surut. Ia pernah menjadi juara kelas menengah ringan WBA setelah mengalahkan Yuri Foreman, namun gelar tersebut direbut oleh Floyd Mayweather Jr pada tahun 2015. Setelah kekalahan dari Mayweather, Cotto menjalani tujuh pertarungan lagi dengan catatan empat menang dan tiga kalah, sebelum akhirnya pensiun pada tahun 2017 setelah dikalahkan oleh Saddam Ali dalam perebutan gelar kelas menengah ringan WBO. Kisah Pacquiao dan Cotto, dua legenda tinju dengan perjalanan karier yang berbeda, menunjukkan betapa kerasnya persaingan dan perjuangan di dunia tinju profesional.