Setiap tahun, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia berkumpul di Makkah, Arab Saudi, untuk menunaikan ibadah haji, sebuah perjalanan spiritual yang suci dan wajib bagi setiap Muslim yang mampu. Haji, salah satu dari lima rukun Islam, merupakan puncak keimanan dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Makkah sendiri, tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW dan tempat turunnya wahyu pertama, memiliki kedudukan istimewa dalam agama Islam, menjadi pusat spiritual bagi umat Muslim di seluruh dunia, di mana Ka’bah, bangunan suci berbentuk kubus, berdiri megah di jantung Masjidil Haram.
Namun, di balik ritual haji yang agung ini, tersimpan fakta-fakta menarik yang mungkin belum Anda ketahui. Lebih dari sekadar mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW, haji sebenarnya telah dilakukan sejak zaman Nabi Ibrahim AS, yang dalam Islam diyakini sebagai pembangun Ka’bah. Ritual-ritual haji, seperti kurban yang hampir dilakukan Nabi Ibrahim, mengingatkan kita akan pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Peristiwa ini juga dikisahkan dalam agama Kristen dan Yahudi, menunjukkan betapa luasnya makna spiritual haji yang melampaui batas-batas agama.
Berbeda dengan beberapa praktik keagamaan Islam lainnya yang menerapkan pemisahan gender, tawaf, ritual mengelilingi Ka’bah tujuh kali, dilakukan tanpa pemisahan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan spiritual inilah yang tercermin dalam pakaian ihram yang dikenakan para jemaah haji. Para pria mengenakan dua helai kain putih tanpa jahitan, menyatakan kesederhanaan dan kesetaraan di hadapan Allah SWT. Sementara perempuan mengenakan pakaian longgar dan sopan yang menutup aurat, dengan kepala tertutup kerudung namun wajah tetap terbuka.
Selain tawaf, haji juga meliputi Sa’i, ritual berjalan cepat tujuh kali antara bukit Safa dan Marwah. Ritual ini mengenang perjuangan Hajar, istri Nabi Ibrahim, yang mencari air untuk putranya, Ismail. Perjalanan antara kedua bukit tersebut menjadi simbol ketabahan dan keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan.
Puncak spiritual haji terjadi di Arafah, dataran gurun di luar Makkah. Di tempat suci ini, jutaan jemaah berkumpul dari terbit hingga terbenam matahari untuk berdoa, berdzikir, dan merenungkan keimanan mereka. Arafah memiliki makna yang mendalam, karena di sanalah Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhirnya. Pengalaman spiritual di Arafah ini menjadi momen yang tak terlupakan bagi setiap jemaah haji.
Baca juga:
* Sengkarut haji furada – Antara kewenangan Saudi, ladang penipuan, dan peran negara
* Arsitek yang menolak dibayar setelah memperluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
* Pelecehan seksual saat haji dan umrah semakin banyak terungkap, dilecehkan di depan Ka’bah hingga di pasar
* Simalakama haji furada, jalur cepat menuju tanah suci: ‘Mempermainkan keinginan ibadah itu dosa besar’
* Mengapa pengelolaan dana haji selalu dipertanyakan?
* Pertama saat pandemi, umat Muslim dunia kembali ke Mekah untuk menunaikan umrah
* Pasutri dari AS meninggal setelah ‘berjalan berjam-jam’ di tengah cuaca panas saat ibadah haji
* Enam alasan mengapa lebih dari 1.300 jemaah haji meninggal di Makkah
* Sering dibawa sebagai oleh-oleh haji, apa korelasi air Zamzam dan ibadah haji?