Hidup Mandiri Pasca Menikah: Kunci Pola Asuh Anak yang Konsisten dan Stabil
Membangun rumah tangga baru merupakan langkah besar dalam kehidupan. Selain belajar menjalani kehidupan berpasangan, tantangan berikutnya adalah membesarkan anak. Keputusan untuk hidup mandiri setelah menikah ternyata berdampak signifikan pada pola asuh anak, menurut Psikolog Meity Arianty, STP., M.Psi.
Pasangan yang memilih tinggal sendiri cenderung menciptakan pola asuh yang lebih konsisten dan stabil secara emosional. Kebebasan dalam merancang pola asuh sesuai nilai dan prinsip keluarga menjadi keunggulan utama. “Mereka memiliki kebebasan lebih besar dalam menentukan pola asuh yang sesuai dengan visi pendidikan anak mereka,” jelas Meity dalam wawancara dengan RAGAMHARIAN.COM. Hal ini berbeda dengan pasangan yang tinggal bersama keluarga besar, di mana berbagai pendapat dan intervensi dari anggota keluarga lainnya dapat mengganggu keseragaman dan konsistensi pola asuh.
Tinggal terpisah dari orangtua memberikan ruang aman bagi pasangan untuk membangun ritme kehidupan bersama. Proses ini memungkinkan mereka untuk saling belajar dan tumbuh sebagai orangtua, membangun keputusan bersama secara sadar, dan menciptakan pola asuh yang terarah dan penuh kesepakatan. Hanya ada satu komando dalam pengasuhan: ayah dan ibu. Hal ini menciptakan identitas keluarga inti yang kuat dan ritme hidup yang stabil bagi anak.
Sebaliknya, tinggal bersama keluarga besar meningkatkan potensi konflik dalam pola asuh. Anak dapat menerima arahan yang berbeda-beda dari berbagai figur otoritas seperti kakek-nenek atau paman-bibi. Situasi ini menimbulkan “conflicting authority”, membuat anak bingung dan melemahkan efektivitas pola asuh. Selain itu, pasangan mungkin merasa kurang percaya diri dalam mengambil keputusan karena tekanan dari orang tua, sehingga keputusan pengasuhan cenderung menjadi warisan keluarga, bukan hasil diskusi dan kesepakatan bersama.
Penting untuk diingat bahwa hidup mandiri bukan berarti memutuskan hubungan dengan keluarga besar. Justru, hidup mandiri memungkinkan terbangunnya relasi yang sehat dengan batasan peran yang jelas. Dengan kebebasan ini, pasangan dapat belajar dari kesalahan, membangun kepercayaan diri sebagai orangtua, dan menciptakan lingkungan keluarga yang paling sesuai bagi mereka. Kebebasan ini menjadi kunci untuk mengembangkan kehidupan berkeluarga yang harmonis dan membangun fondasi pola asuh yang kuat bagi anak.