Ragamharian.com JAKARTA. Penjualan kendaraan roda empat di Indonesia terus menunjukkan tren penurunan. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan penyebab utama melemahnya pasar mobil adalah menyusutnya kelas menengah, penurunan daya beli masyarakat, serta tingginya beban pajak kendaraan yang harus ditanggung konsumen.
Menurut data Gaikindo, harga mobil rata-rata naik sekitar 7,5% per tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan upah minimum yang hanya naik sekitar 3% per tahun, atau bahkan stagnan di beberapa wilayah. Akibatnya, pasar mobil bekas justru semakin tumbuh, dengan penjualan mencapai 2 juta unit pada 2024, dibandingkan dengan 865.000 unit mobil baru. Gaikindo menargetkan penjualan mobil baru sebesar 850.000 unit pada 2025.
Handy Noverdanius, Analis CGS International Sekuritas Indonesia dalam riset 3 Juli memaparkan, situasi ini sebagai sinyal bahwa daya beli masyarakat berada dalam tekanan serius. “Kenaikan harga mobil yang tidak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan jelas berdampak pada permintaan. Beban pajak yang tinggi juga menjadi hambatan besar bagi konsumen kelas menengah ke bawah,” ujar dia.
Penjualan Mobil Landai, Gaikindo & LPEM UI Soroti Pajak Tinggi dan Insentif Otomotif
Gaikindo memperingatkan bahwa penurunan penjualan mobil dapat menimbulkan efek berantai terhadap perekonomian, mulai dari potensi PHK di pabrik perakitan, bengkel, dealer, hingga industri komponen otomotif. Asosiasi itu mendesak pemerintah agar melihat isu ini secara lebih menyeluruh. Gaikindo mengingatkan kebijakan pembebasan PPnBM untuk Low-Cost Green Car (LCGC) pada 2013 berhasil mendorong penjualan dan menciptakan lapangan kerja, khususnya di sektor transportasi online. Langkah serupa perlu dipertimbangkan kembali. “Hal ini juga menciptakan lapangan kerja di sektor layanan transportasi online,” jelas Handy dalam riset.
Fenomena pelemahan penjualan mobil bukan hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh negara di Asia Tenggara (kecuali Malaysia) mengalami tren serupa. Di Thailand, misalnya, tiga pabrik besar milik Suzuki, Subaru, dan Honda telah tutup sejak 2024 hingga 2025. “Ketika sebuah pabrik produksi ditutup dan pemilik brand memutuskan untuk keluar dari suatu negara, kecil kemungkinan mereka akan kembali,” kata Handy.
Gaikindo menyebut peningkatan penjualan mobil di Malaysia dalam lima tahun terakhir didorong oleh insentif pemerintah. Menurut Gaikindo, cara tercepat untuk mengatasi tren pelemahan penjualan kendaraan roda empat (4W) adalah dengan menurunkan pajak bagi konsumen (atau memberikan insentif pajak otomotif). Gaikindo menyoroti bahwa Toyota Avanza dikenakan pajak yang lebih rendah di Malaysia dibandingkan di Indonesia, meskipun GDP per kapita Malaysia lebih tinggi. Sebagai perbandingan, Toyota Avanza di Malaysia hanya dikenai pajak sebesar Rp 885.000, jauh lebih rendah dibandingkan Rp 6 juta di Indonesia.
Selain itu, Gaikindo dan pemerintah sedang membahas insentif tambahan untuk kendaraan hybrid. Gaikindo mendorong agar kendaraan hybrid dibebaskan dari aturan ganjil-genap di kawasan pusat bisnis (CBD). Penjualan mobil listrik berbasis baterai (BEV) hingga lima bulan di tahun ini memang menunjukkan hasil yang kuat, atau berkontribusi 10% dari total penjualan kendaraan roda empat. Angka ini naik dibandingkan dengan pangsa pasar di tahun 2024 sebesar 5%. Pertumbuhan ini didorong oleh harga dan fitur yang menarik, serta insentif pajak dari pemerintah untuk kendaraan BEV.
Namun, Gaikindo mencatat bahwa sebagian besar pembeli mobil BEV bukanlah pembeli mobil pertama, dan mereka meyakini bahwa penjualan BEV dapat mengalami normalisasi di masa mendatang. Menariknya, produsen BEV tidak diwajibkan untuk membangun pabrik di Indonesia guna mendapatkan insentif pajak BEV. Mereka dapat menggunakan kontraktor perakitan umum lokal untuk mematuhi regulasi dan tetap menerima insentif pajak. Namun, setelah regulasi insentif pajak ini berakhir pada Desember 2025, Gaikindo menyebut bahwa insentif tersebut tidak akan diperpanjang.
Gaikindo Khawatir Pelonggaran TKDN Ancam Industri Otomotif Dalam Negeri
Oleh karena itu, Gaikindo menargetkan agar Indonesia menjadi pusat produksi dan ekspor mobil China yang menggunakan stir kanan, karena Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar kedua setelah India yang menggunakan stir kanan.
Di saat yang sama, Gaikindo juga terus mendorong pemerintah untuk memberi insentif pada sektor otomotif. Dia percaya jika penjualan kendaraan roda empat berpotensi turun di bawah 800.000 unit per tahun dan bisa berada di level kritis 750.000 unit. “Pemerintah akan menganggap situasi ini sebagai hal yang mendesak dan mungkin perlu segera memperkenalkan insentif otomotif,” harap Handy.
Meski kondisi industri otomotif menunjukkan penurunan. “Kami mempertahankan rekomendasi Overweight kami mengingat pangsa pasar otomotif, Astra International (ASII) yang kuat dan peluncuran model-model baru yang akan datang,” jelas Handy. Namun prospek ASII bisa melemah jika penjualan mobil terus melambat dan daya beli yang melemah. “Katalis positif ke depan mencakup insentif pajak otomotif dan pemulihan daya beli. Namun, risiko seperti perlambatan penjualan mobil dan tekanan ekonomi tetap perlu dicermati,” tutup Handy.
Secara teknikal, saham ASII berpotensi bergerak di kisaran support Rp 4.480 – Rp 4.280. Sedangkan level resistance ada di Rp 4.880 dan Rp 5.075 per saham. Pada Kamis (10/7) saham ASII ditutup turun 0,85% di Rp 4.680 per saham.
Pasar Mobil Masih Lesu, Gaikindo Berharap GIIAS 2025 Bisa Dongkrak Penjualan