Pesawat latih milik Angkatan Udara militer Bangladesh jatuh ke sekolah Milestone School and College yang berada di wilayah Uttara, Dhaka. Peristiwa itu terjadi saat aktivitas belajar tengah berlangsung, Selasa (22/7).
Kantor Humas Angkatan Darat Bangladesh mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan singkat bahwa pesawat F-7 BGI yang jatuh itu milik Angkatan Udara.
Korban Jiwa Pesawat Jatuh di Bangladesh Meroket, Kini 27 Orang
Korban tewas dalam insiden pesawat latih Angkatan Udara Bangladesh yang jatuh ke kampus di Dhaka sebanyak 27 orang dengan 88 lainnya dirawat di rumah sakit.
Mengutip Reuters Selasa (22/7), pihak berwajib mengatakan beberapa korban yang kini dirawat adalah anak-anak. Sayedur Rahman, asisten khusus penasihat utama bidang kesehatan, mengatakan korban yang dirawat di rumah sakit kebanyakan menderita luka bakar.
Dugaan penyebab jatuh
Militer Bangladesh menyebutkan dugaan penyebab pesawat jet latih berjenis F-7 BGI itu jatuh karena mengalami kerusakan mekanis, tepat setelah lepas landas dari pangkalan udara di Kurmitola dalam misi latihan rutin. Pilot pesawat menjadi salah satu dari puluhan korban jiwa.
Pihak militer pun mengatakan telah membentuk sebuah komite untuk untuk menyelidiki penyebab pasti insiden yang terjadi pada Senin (21/7) siang itu.
Adapun pesawat militer ini dibeli Bangladesh dari China. Itu merupakan hasil penandatanganan kontrak untuk 16 pesawat pada tahun 2011 yang pengirimannya rampung di tahun 2013.
Atas peristiwa ini, pemerintah Bangladesh mengumumkan hari berkabung, dengan pengibaran bendera setengah tiang dan doa khusus di semua tempat ibadah.
Pesawat Tempur Buatan China yang Jatuh di Bangladesh Tak Sekali Alami Kecelakaan
Pesawat latih Angkatan Udara Bangladesh F-7 BGI yang jatuh di Dhaka pada Senin (21/7) merupakan varian tercanggih dari seri F-7 buatan China. Meski digadang sebagai yang paling canggih, insiden ini menambah panjang daftar kecelakaan yang melibatkan produk militer dari Negeri Tirai Bambu tersebut.
Bagaimana rekam jejak pesawat tempur buatan China ini?
Menurut informasi yang dihimpun kumparan, kecelakaan yang melibatkan pesawat-pesawat tempur China umumnya disebabkan oleh masalah mekanis.
Untuk varian F-7 —jenis standar dari seri yang jatuh awal pekan ini —insiden pertama yang bisa ditemukan tercatat pada 9 April 2008. Lokasinya juga terjadi di Bangladesh.
Meski penyebabnya tak pernah diungkap secara rinci, siaran pers dari Inter Services Public Relations (ISPR) dikutip dari The Daily Star menyebut dugaan gangguan teknis sebagai pemicu jatuhnya pesawat. Pilot dalam kejadian itu tewas karena luka parah setelah pesawat jatuh di Upazila Ghatail, Tangail.
Setelah insiden tersebut, serangkaian kecelakaan lain yang melibatkan pesawat tempur ini terus terjadi di Bangladesh. Pada 2015, pilot perempuan Marium Mukhtiar tewas saat menerbangkan seri FT-7PG. Kecelakaan disebut terjadi setelah pesawat mengalami “keadaan darurat serius” di udara.
Kemudian pada 2018, seorang pilot meninggal setelah pesawat F-7BG yang dikendalikannya tiba-tiba terbakar usai menggunakan senjata di udara. Ia tewas karena terlontar dari pesawat pada ketinggian yang terlalu rendah.
Untuk seri di bawahnya yang dikenal di China sebagai Chengdu J-7 atau J-7, catatan kecelakaannya pun tak kalah panjang. Pesawat ini diketahui kerap mengalami insiden di dalam negeri, meski penyebabnya jarang diungkap ke publik. China sendiri akhirnya menghentikan penggunaan J-7 sejak 2023.
Salah satu insiden terbaru jenis pesawat ini pun terjadi di Zimbabwe pada 30 Mei 2025. Sebelum jatuh dan menewaskan pilot, sempat terdengar teriakan dari dalam kokpit melalui radio bahwa pesawat terbakar dan tidak bisa dikendalikan.
Meski memiliki catatan kecelakaan yang cukup banyak, pesawat jenis ini masih banyak digunakan oleh negara-negara kecil dan berkembang di Asia dan Afrika. Hal ini karena biaya akuisisi maupun operasional pesawat yang relatif rendah.