Dari Puncak Klasemen Moto2 ke Pemecatan: Kisah Tragis Sergio Garcia
Nasib memprihatinkan menimpa pembalap Moto2, Sergio Garcia. Setahun setelah kariernya terlihat begitu menjanjikan, ia kini harus menghadapi kenyataan pahit dipecat dari tim QJMotor – FRINSA – MSI. Keputusan ini, yang disebut sebagai kesepakatan bersama, diambil jelang seri kesembilan GP Italia di Sirkuit Mugello, Italia, akhir pekan ini.
Mungkin tak ada yang menduga pemecatan Garcia dari skuad MSI akan terjadi. Pasalnya, setahun yang lalu, jika pun ia hengkang dari tim asal Spanyol itu, tujuannya bukanlah pulang ke rumah, melainkan promosi ke MotoGP. Pada Moto2 musim 2024, Garcia tampil memukau, bahkan memimpin klasemen kelas menengah setelah delapan balapan. Pembalap yang juga menjadi kompetitor Mario Suryo Aji ini berhasil meraih dua kemenangan dan tiga podium lainnya dari delapan seri tersebut.
Performa gemilangnya bahkan menuai pujian tinggi dari juara MotoGP, Fabio Quartararo. El Diablo menyebut Garcia sebagai pembalap yang layak mengisi kursi tim Pramac yang saat itu sedang menyusun formasi baru sebagai tim satelit Yamaha. “Ia pekerja keras, saya senang melihat cara dia membalap, dia pembalap yang sangat baik,” puji Quartararo. Ia bahkan menambahkan telah menyampaikan impiannya mengenai susunan pembalap di tim satelit baru kepada Yamaha, mengisyaratkan dukungan kuatnya agar Garcia naik kelas.
Ucapan Quartararo sontak melambungkan asa Garcia. Meskipun Yamaha kala itu tengah dilanda krisis performa, Garcia dengan antusias menyatakan kesediaannya untuk bergabung jika ada kesempatan. “Saya senang bisa menjadi rekan setimnya. Saya punya hubungan baik dengan Fabio, dia pembalap hebat dan saya sangat memperhatikannya. Jelas bahwa Yamaha akan menjadi pilihan untuk naik kelas, mereka melakukan pekerjaan hebat, dan kenapa tidak? Saya harap ini bisa terwujud,” ujarnya penuh harap.
Namun, kenyataan pahit tak terhindarkan. Garcia bukanlah pilihan akhir bagi pabrikan berlogo garpu tala. Yamaha memilih bermain aman dengan merekrut Miguel Oliveira dan Jack Miller, dua pembalap berpengalaman, demi membantu pengembangan YZR-M1 yang sedang terseok-seok. Tak hanya itu, Trackhouse Racing, tim MotoGP lain yang sempat mendekati agen Garcia, juga berbalik arah dan memilih mempromosikan rekan setim Garcia sendiri, Ai Ogura.
Dalam satu bulan, nasib Garcia berubah drastis. Dari kandidat kuat *rookie* MotoGP, ia kini terancam tak kemana-mana, bahkan jika berhasil menjadi juara dunia Moto2 sekalipun. Ironisnya, tiga pembalap yang akhirnya promosi ke MotoGP—Ogura, Fermin Aldeguer, dan Somkiat Chantra—semuanya berada di bawahnya dalam peringkat klasemen musim lalu, kecuali Ogura yang pada akhirnya mengunggulinya dan naik ke MotoGP sebagai juara dunia Moto2.
Kemerosotan Garcia semakin nyata seiring tanda-tanda gangguan psikis yang mulai terlihat, seperti badannya yang gemetar usai balapan di Misano pada Oktober tahun lalu. Ia juga dilaporkan terlibat perselisihan dengan tim MSI karena bersikeras dengan strategi balapannya sendiri yang justru berakhir kegagalan. Akibatnya, dari 160 poin yang diraihnya dalam 10 balapan pertama musim lalu, Garcia hanya mampu menambah 34 poin dari 15 balapan berikutnya. Petaka berlanjut dengan cedera yang membuatnya absen di empat seri balap pertama musim ini. Ia hanya sekali mencatat poin dengan finis ke-13 di GP Prancis (3 poin), bahkan berada di bawah Mario Aji (8 poin) di klasemen sementara, meskipun pembalap Indonesia itu juga lebih sering absen karena cedera. Kini, karier yang menjanjikan itu harus berakhir tragis dengan pemecatan.