Presiden Prabowo Usulkan Kerja Sama Ekonomi Selatan-Selatan di KTT BRICS Rio de Janeiro
RIO DE JANEIRO – Presiden Prabowo Subianto mencetak debut bersejarahnya sebagai anggota penuh BRICS dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-17 BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, pada 6-7 Juli 2025. Dalam forum bergengsi ini, Presiden Prabowo mengemukakan usulan strategis, yaitu pembentukan Kerja Sama Ekonomi Selatan-Selatan (South-South Economic Compact). Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan akses yang lebih luas bagi negara-negara berkembang di belahan Bumi bagian selatan, atau yang dikenal sebagai Global South.
Wacana ini, yang disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Christiawan Nasir seusai KTT, menjelaskan bahwa South-South Economic Compact diharapkan dapat menjadikan negara-negara anggota BRICS sebagai motor penggerak. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi perdagangan yang lebih luas dan mengintegrasikan perekonomian negara-negara Global South agar menjadi bagian integral dari rantai pasok (supply chain) global. Ini merupakan langkah signifikan untuk memperkuat kemandirian ekonomi kolektif di kawasan selatan.
KTT Ke-17 BRICS menjadi momen penting bagi Indonesia, mengingat kehadiran Presiden Prabowo untuk pertama kalinya sebagai anggota penuh. Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, sebagai tuan rumah sekaligus Ketua BRICS 2025, secara khusus menyambut kehadiran Presiden Prabowo. Presiden Prabowo didampingi oleh delegasi tingkat tinggi yang meliputi Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Christiawan Nasir, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. Beliau sendiri berkesempatan menyampaikan pandangannya pada urutan keenam setelah Perdana Menteri Tiongkok.
Dalam pertemuan puncak tersebut, negara-negara anggota BRICS menyepakati urgensi peran mereka sebagai garda terdepan bagi negara-negara Global South dalam memperkuat kembali multilateralisme. Multilateralisme diyakini semakin tergerus dan ditinggalkan, padahal sistem hukum internasional yang kuat sangat dibutuhkan oleh negara-negara berkembang untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi pembangunan. Arrmanatha menekankan harapan agar BRICS dapat bersatu, menyatukan negara-negara Global South, untuk terus mengingatkan pentingnya sistem multilateral yang kokoh demi kemajuan bersama.
KTT yang berlangsung tertutup ini dihadiri oleh para pemimpin dari negara pendiri BRICS, yakni Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Perdana Menteri Tiongkok Li. Turut hadir pula perwakilan dari anggota penuh lainnya, termasuk Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, Perdana Menteri Mesir Mustafa Madbouly, Presiden Uni Emirat Arab Khalid bin Mohamed bin Zayed al Nahyan, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, serta Menteri Luar Negeri Iran Seyed Abbas Aragchi.
Puncak dari pertemuan ini adalah dirumuskannya Deklarasi Rio de Janeiro. Dalam deklarasi tersebut, negara-negara anggota BRICS tidak hanya menyoroti pentingnya mereformasi tata kelola global dan memperkuat multilateralisme, tetapi juga secara tegas mengecam serangan Israel terhadap Iran. Deklarasi ini juga mendesak Israel untuk segera menghentikan aksinya menggunakan kelaparan sebagai senjata dalam konfliknya dengan warga Palestina di Gaza, menegaskan kepedulian BRICS terhadap isu kemanusiaan dan keadilan internasional.
BRICS, yang resmi terbentuk sejak 2009, kini merepresentasikan sekitar 40 persen dari total populasi dunia dan menyumbang sepertiga dari perekonomian global. Dengan kekuatan ekonomi dan demografi yang signifikan, blok ini menjadi semakin relevan dalam dinamika geopolitik. Keanggotaan penuh Indonesia yang diresmikan pada 6 Januari 2025, mempertegas komitmen bangsa untuk aktif berkontribusi dalam membentuk tatanan global yang lebih adil dan inklusif.