Prabowo Kembali Sorot ‘Serakahnomics’: Menuding ‘Vampir Ekonomi’ Penyebab Kerugian Triliunan Rupiah
Presiden terpilih Prabowo Subianto kembali menarik perhatian publik dengan pembahasan mendalam mengenai istilah “Serakahnomics”. Ia kembali mengemukakan istilah ini, setelah sebelumnya diperkenalkan usai menghadiri acara PSI di Solo pada Minggu (20/7), yang merujuk pada praktik bisnis pengusaha-pengusaha serakah yang mengancam fondasi ekonomi bangsa.
Prabowo menjelaskan bahwa “Serakahnomics” bukan sekadar mazhab ekonomi konvensional seperti liberal, neoliberal, pasar bebas, sosialis, atau ekonomi komando. Ini adalah fenomena unik yang ia sebut sebagai “serakahnomics” sejati. Baginya, pelaku “serakahnomics” ini “tidak perlu kita kasih perlakuan yang baik.” Pernyataan tegas ini disampaikannya usai meluncurkan Koperasi Desa Merah Putih pada Senin (21/7), menggarisbawahi keseriusannya dalam memerangi praktik-praktik merugikan tersebut.
Meski mengakui pentingnya peran pengusaha dalam pembangunan negara—mengingat ia sendiri berlatar belakang pebisnis sebelum terjun ke politik—Prabowo secara lugas menyoroti segelintir pebisnis yang mengeruk kekayaan dengan cara merugikan rakyat, yang kemudian ia beri label “serakah.”
Sebagai ilustrasi nyata dari praktik “Serakahnomics” ini, Prabowo mencontohkan kasus beras oplosan yang belakangan menjadi sorotan publik dan menimbulkan kerugian fantastis. Menurutnya, kecurangan semacam ini bisa merugikan negara hingga Rp 100 triliun. Angka kerugian yang fantastis ini memicu Prabowo menyebut praktik tersebut sebagai tindakan “mengisap darah rakyat.”
Ia tidak ragu melabeli mereka sebagai “parasit pengisap darah” dan “vampir-vampir ekonomi.” Untuk mengakhiri praktik merusak ini, Prabowo mendesak para pengusaha agar patuh pada undang-undang dan regulasi yang telah ditetapkan pemerintah. Ia meyakini bahwa dengan kepatuhan ini, potensi pembangunan akan meningkat pesat.
Prabowo bahkan menjanjikan potensi perubahan drastis jika praktik kecurangan bisa diberantas. Dengan potensi penyelamatan dana hingga Rp 100 triliun setiap tahun, Prabowo memproyeksikan perbaikan 100.000 sekolah per tahun, yang berarti seluruh 330.000 sekolah di Indonesia bisa direnovasi dalam kurun waktu hanya 3,5 tahun.
Prabowo menegaskan bahwa tindakan-tindakan semacam ini merupakan “sabotase ekonomi Indonesia” dan “menikam rakyat dari belakang.” Oleh karena itu, ia menyerukan penghentian total terhadap praktik-praktik “Serakahnomics” demi kebaikan dan kemajuan bangsa.