Proyek Strategis BUMN: Pengaruhnya ke Harga Saham? Analisis Lengkap!

Avatar photo

- Penulis Berita

Senin, 30 Juni 2025 - 17:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mengapa Saham BUMN Lesu? Proyek Strategis Hingga Danantara Belum Mampu Yakinkan Investor

JAKARTA – Pergerakan saham emiten-emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), hingga bank pelat merah sekelas PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terpantau cenderung melemah dalam sebulan terakhir. Fenomena ini memicu pertanyaan besar mengenai mengapa pasar belum sepenuhnya merespons positif upaya ekspansi yang masif, termasuk dalam proyek-proyek strategis seperti kendaraan listrik.

Menurut Kepala Riset Praus Capital, Marolop Alfred Nainggolan, ada beberapa faktor krusial di balik respons pasar yang kurang antusias ini. Ia mencontohkan, dalam proyek baterai kendaraan listrik yang melibatkan konsorsium CATL dan Indonesia Battery Corporation (IBC), posisi ANTM hanya sebagai pemegang saham minoritas. “Jika tidak keliru, porsi kepemilikan ANTM dan IBC secara total hanya sekitar 40%,” terang Alfred. Lebih lanjut, proyek-proyek ini masih berada di tahap awal dan baru akan beroperasi dengan kapasitas terbatas, sementara detail resmi mengenai kontribusinya terhadap kinerja keuangan ANTM di masa depan masih minim.

Selain itu, Alfred juga menggarisbawahi tekanan pasar global yang dipicu oleh eskalasi geopolitik. Dalam situasi ketidakpastian ini, investor cenderung menarik diri dari aset-aset berisiko, memilih untuk menanti kejelasan realisasi proyek-proyek besar sebelum kembali menanamkan modal pada saham-saham BUMN. Meski demikian, kehadiran Danantara sempat memberikan sentimen positif awal di pasar, terutama bagi BUMN dengan kondisi keuangan yang rapuh. Namun, untuk proyek-proyek baru berskala besar seperti ekosistem kendaraan listrik, pasar belum menunjukkan antusiasme yang signifikan.

Alfred menilai, keraguan pasar juga dipicu oleh belum adanya rekam jejak yang solid dari Danantara, serta terbatasnya informasi yang tersedia di publik mengenai entitas pendanaan ini. Ia berpandangan, pemerintah seharusnya telah banyak belajar dari pengalaman penugasan proyek pada BUMN Karya yang kerap berdampak negatif pada kesehatan keuangan mereka, terutama pascapandemi. “Sebenarnya, kemampuan pendanaan BUMN kini semakin besar dengan kehadiran Danantara. Tinggal bagaimana pemerintah, melalui Danantara, mengomunikasikannya dengan baik agar tercipta optimisme pasar dan menjadi sumber katalis positif,” imbuhnya.

Koreksi tidak hanya terjadi pada saham sektor tambang dan proyek strategis, melainkan juga menyentuh saham-saham bank pelat merah. Ini mengindikasikan bahwa pasar belum sepenuhnya yakin bahwa ekosistem BUMN mampu menciptakan nilai jangka panjang yang berkelanjutan. “Hal ini karena dalam 5–6 tahun terakhir, performa saham BUMN banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah atau politik. Pasar menangkap ini sebagai langkah yang berpotensi mengurangi kemampuan profitabilitas BUMN, contohnya seperti kebijakan tarif tol, harga gas, dan lainnya,” jelas Alfred.

Alfred berpendapat bahwa justru saat ini adalah momentum krusial bagi Danantara untuk membangun kembali persepsi positif pasar terhadap status BUMN sebagai keunggulan yang dapat memberikan valuasi tambahan bagi harga sahamnya. “Citra profesionalisme yang dibangun dan dilekatkan pada Danantara harus bisa ditransfer dengan cepat ke masing-masing emiten BUMN beserta jajaran stafnya,” tegasnya.

Sebagai contoh langkah tepat, Alfred menyoroti pinjaman modal yang diberikan Danantara kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sebesar Rp 6,65 triliun pada Selasa (24/6) lalu. Ia menilai langkah tersebut sangat relevan, mengingat struktur keuangan Garuda yang masih lemah pascapandemi. “GIAA telah menunjukkan konsistensi dalam menghasilkan surplus EBITDA. Namun, karena beban keuangan yang tinggi, perusahaan masih mencatat kerugian. Posisi EBITDA ini menjadi sinyal penting bagi pemegang saham untuk dapat melakukan suntikan dana,” ujarnya. Ke depan, Alfred tidak menutup kemungkinan pola suntikan modal serupa juga akan dilakukan terhadap BUMN lain yang menghadapi masalah keuangan, asalkan disertai dengan strategi revitalisasi yang jelas dan terukur.

Berita Terkait

Investasi SCBD: Harga Tanah Tomy Winata Rp 300 Juta/M2
Tahukah Sobat Ada Logo Unik Dan Tersembunyi Di Honda HR-V RS Hybrid?
Pertamina NRE: Gebrakan Baterai Listrik, Dukung Ekosistem Nasional!
SCBD: Kisah Tomy Winata Membangun Kawasan Bisnis Terpadu Pertama di Indonesia
Strategi Portofolio Juli 2025: Optimalkan Investasi di Tengah Ketidakpastian
Kocok Ulang Portofolio Juli 2025: Strategi Jitu Hadapi Dinamika Global
Cashback Reksa Dana Mirae Asset: Booster Trading Saham, Untung Maksimal!
BBRI Anjlok! Analis Ungkap Penyebab & Peluang Investasi Saham BRI

Berita Terkait

Selasa, 1 Juli 2025 - 01:20 WIB

Investasi SCBD: Harga Tanah Tomy Winata Rp 300 Juta/M2

Senin, 30 Juni 2025 - 23:42 WIB

Tahukah Sobat Ada Logo Unik Dan Tersembunyi Di Honda HR-V RS Hybrid?

Senin, 30 Juni 2025 - 22:32 WIB

Pertamina NRE: Gebrakan Baterai Listrik, Dukung Ekosistem Nasional!

Senin, 30 Juni 2025 - 21:50 WIB

SCBD: Kisah Tomy Winata Membangun Kawasan Bisnis Terpadu Pertama di Indonesia

Senin, 30 Juni 2025 - 21:29 WIB

Strategi Portofolio Juli 2025: Optimalkan Investasi di Tengah Ketidakpastian

Berita Terbaru

Finance

Investasi SCBD: Harga Tanah Tomy Winata Rp 300 Juta/M2

Selasa, 1 Jul 2025 - 01:20 WIB

Sports

Tammy Abraham Dilepas: AS Roma Akhiri Krisis Transfer?

Selasa, 1 Jul 2025 - 01:13 WIB

Public Safety And Emergencies

Rinjani Memakan Korban: Kemenhut Perketat SOP Pendakian!

Selasa, 1 Jul 2025 - 01:06 WIB

War And Conflicts

Iran Berduka: 935 Tewas Akibat Serangan Israel, Update Terbaru

Selasa, 1 Jul 2025 - 00:39 WIB

Home And Garden

Desain Kamar Mandi 2×3: Tips Elegan, Nyaman, dan Hemat!

Selasa, 1 Jul 2025 - 00:31 WIB