Dari “Los Galácticos” ke “Anti-Galácticos”: Revolusi Paris Saint-Germain Menuju Puncak Eropa
Paris Saint-Germain (PSG), selama satu dekade terakhir, menjelma menjadi raksasa Ligue 1 dan ambisi besar di kancah Eropa. Berkat suntikan dana besar dari Nasser Al-Khelaifi (Qatar), klub ini berhasil mendatangkan megabintang seperti Zlatan Ibrahimović, Neymar, Lionel Messi, dan Kylian Mbappé, serta pelatih top kelas dunia seperti Carlo Ancelotti dan Luis Enrique. Strategi ini, mirip dengan “Los Galácticos” Real Madrid, berhasil mendominasi liga domestik. Namun, mimpi Liga Champions tetap menjadi momok.
Kegagalan beruntun di Liga Champions bukan hanya masalah keberuntungan. Ego para pemain bintang, terutama saga transfer Kylian Mbappé yang penuh drama, merusak harmoni tim. Perpanjangan kontrak yang berlarut-larut dan status “raja kecil” Mbappé di Parc des Princes berujung pada kepergiannya ke Real Madrid secara gratis. Ini menjadi titik balik bagi PSG.
Munculnya Luis Campos sebagai Direktur Olahraga menandai dimulainya era “Anti-Galácticos”. PSG bergeser dari sekadar memburu nama besar menuju pendekatan yang lebih pragmatis. Perekrutan pemain muda berbakat seperti Désiré Doué, João Neves, dan Lee Kang-in menggantikan pendekatan “beli bintang”. Ousmane Dembélé dan Khvicha Kvaratskhelia menjadi beberapa tambahan berpengalaman yang mendukung strategi ini. Bahkan, langkah untuk merekrut Franco Mastantuono dari River Plate di musim panas 2025 semakin memperkuat komitmen ini.
Luis Enrique, pelatih yang dikenal dengan gaya bermain tim yang solid, menjadi kunci keberhasilan revolusi ini. Keberaniannya mencadangkan bahkan mengganti Mbappé di musim terakhirnya membuktikan komitmennya pada strategi baru. Kepergian Mbappé di musim panas 2024 justru menjadi katalis bagi kebangkitan PSG.
Tanpa beban ego bintang, PSG melesat. Musim 2024-2025 menjadi saksi bisu pencapaian luar biasa: “Quadruple Winner”, termasuk trofi Liga Champions yang selama ini menjadi obsesi klub. Ousmane Dembélé dan rekan-rekannya berjuang keras, melewati tantangan demi tantangan hingga akhirnya menorehkan sejarah.
Keberhasilan ini menandai era baru bagi PSG. Model “Anti-Galácticos”, dengan fokus pada pengembangan talenta muda dan kerja sama tim, terbukti lebih efektif dibandingkan mengumpulkan sekumpulan bintang. Bukti nyata bahwa dalam sepak bola, kerja sama tim jauh lebih penting daripada sekadar individualitas, betapa pun gemilangnya pemain bintang tersebut. Era baru ini bukan hanya tentang gelar, tetapi tentang sebuah filosofi permainan yang lebih berkelanjutan dan berkesinambungan.